"Mari bahagia tanpa satu sama lain."
_Hendra Renandra.
.... Kita udah nggak punya hubungan apa-apa lagi!" ucap Abel dengan suara yang bergetar menahan isakannya.
Hendra berjalan mendekati Abel, keinginannya untuk pergi dari rooftop dia urungkan.
"Bel, lo-"
Abel memutar tubuhnya menghadap ke arah Hendra, "Kenapa? Gue cuman pembunuh kan? Kenapa masih disini? Pergi!" ucap Abel dengan tegas, tidak ingin dibantah.
"Dengerin penjelasan gue dulu," ucap Hendra sambil meraih tangan Abel yang langsung ditepis oleh siempunya.
"Penjelasan apa lagi? Semuanya udah jelas. Dan gue yang memilih selesai dari lo, pergi," ucap Abel dengan lirih sambil menyeka air matanya.
"Bel, gue-"
"PERGI!" teriak Abel akhirnya.
Hendra menatap Abel tidak percaya, ini kali pertama Abel meninggikan suaranya kepadanya. Hingga akhirnya ia menganggukkan kepalanya, "Kalau itu mau lo, oke gue pergi. Bahagia terus, Bel," ucap Hendra kemudian dengan langkah tertatih berlalu meninggalkan Abel.
"Apa peduli lo," ucap Abel yang tentu saja tidak terdengar lagi sambil menatap punggung Hendra yang menghilang di balik pintu dengan senyum yang hambar.
"Ren, sakit," lirih Abel dengan suara parau hingga ia tak mampu menahan tubuhnya lagi lalu terjatuh bersimpuh di lantai.
Air matanya kembali menetes diiringi rasa sesak yang selalu memenuhi dadanya, dengan rakus ia menarik nafas mengisi paru-parunya yang terasa terhimpit.
Sebelum akhirnya pintu balkon kembali terbuka menampilkan Gita, Intan dan teman-temannya.
Gita langsung bertepuk tangan melihat keadaan Abel, "Nah ini yang paling gue suka," ucapnya sambil tertawa puas.
"Uluh, sakit ya? Kasian ...," cibirnya lagi.
"Ditinggal mati sahabat, diputusin pacar, dipukuli ayah sendiri, udahlah, Bel. Kalau gue jadi lo juga udah gue susul tuh sahabat, kali aja masuk surga bareng. Bener nggak?"
"Bener dong," jawab Intan dan teman-temannya sambil tertawa mengejek Abel.
Dengan malas Abel berdiri menatap Gita dan teman-temannya nyalang, "Lo kan, bukan gue? Gue punya otak jadi bisa mikir, nggak kayak lo, otak kok di taro di dengkul, ya gini," ucap Abel membuat Gita dan teman-temannya menghentikan tawanya.
"Minimal tau diri dikit lah, jadi parasit nggak usah banyak tingkah. Lo nikmatin aja tuh harta bokap gue dan akui kalau lo dan mama lo itu emang parasit," lanjutnya.
"Parasnya doang so jagoan giliran profesi di umbar, langsung ketakutan. Emang harta bokap gue kurang ya? Sampe lo nyari kerja gituan?" cecar nya.
"Maksudnya apa, Git? Lo kerja apa?" tanya Intan.
Wajah Gita seketika memerah, ia menatap Abel dengan tangan yang terkepal kuat.
"Kasih tau aja," ujar Abel lagi.
"Baru gue kasih tau clue nya sama beberapa orang, lo udah tremor aja," cibir Abel.
Abel tersenyum puas melihat Gita yang berhasil masuk kedalam perangkapnya. "Atau gue aja yang ngasih tau? ke mereka doang elah, belum semua orang."
"Jadi sebenarnya, Gita-"
"Tutup mulut lo, sialan!" Teriak Gita kemudian berjalan seperti orang kesetanan kearah Abel.
Plakk
Satu tamparan keras berhasil mendarat di pipi Abel hingga tubuhnya jatuh tersungkur di dinding rooftop. Abel menyeka darah segar yang keluar dari sudut bibirnya.
Sambil menahan rasa perih dan panas di pipinya, Abel melihat ke bawah sejenak kemudian menelan salivanya dengan susah payah.
"Kenapa? Takut gue dorong ke bawah? Tadi gue pengennya gitu sih, tapi setelah dipikir-pikir gue nggak akan biarin lo mati. Lo harus tetap hidup sampai lo sendiri ngerasa lebih baik untuk mati." Ucapan Gita cukup membuat hati Abel tersentil.
Abel berusaha berdiri ia menatap Gita nyalang, ia bahkan tidak tau kesalahan apa yang telah dia buat hingga membuat Gita sangat membencinya.
Abel mendengus geli kemudian dengan langkah tertatih berjalan mendekati Gita.
"Gue nggak akan nyerah, apalagi nyerah sama lo, Bitch."
Gita mengangkat tangannya lalu tamparan itu kembali Abel rasakan di pipi yang sama, terasa panas dan sakit seakan saraf di wajahnya kaku.
"Tahan dia," perintah Gita yang langsung dituruti oleh Intan dan teman-temannya.
"Lepasin!" teriak Abel, cengkeraman tangan mereka yang sangat kuat membuat Abel meringis, bisa di pastikan setelah ini kedua lengannya akan membiru.
Gita langsung mencengkeram rahang Abel tidak kalah kencang. "Lo yang buat gue makin benci sama lo."