CHRISTABEL QUEENZA

Basmalahku
Chapter #36

Part.35


"Bahkan seandainya angin meminta maaf ranting itu masih tetap patah."


_Aidel Gevariel


"Gue pastiin, ayah nggak akan pernah ketemu sama Abel lagi!"

"Maksud kamu apa?"

"Kurang jelas?" tanya Aidel sambil maju beberapa langkah mendekati ayahnya.

"Gue akan bawa Abel pergi sejauh mungkin supaya terhindar dari manusia-manusia toxic kayak kalian!" ucap Aidel menekan setiap kalimatnya.

"Jangan macam-macam kamu."

"Apa? Kenapa? Lo nggak terima?"

"Aidel jaga omongan kamu, saya ini ayah kamu!"

Aidel seketika berdecih pelan, "Tchh, setelah semua yang udah lo lakuin, menurut lo, lo masih pantes disebut ayah?"

Perkataan Aidel berhasil membuat Zaki terdiam.

"Sekarang setelah semuanya terbongkar lo mau apa? Nyesal? Minta maaf?"

"Lo pikir dengan lo nyesal dan minta maaf, semuanya akan kembali seperti semula? Ingatan Abel akan kembali lagi? Penyakit Abel akan menghilang? Charen akan kembali lagi? Abel nggak akan di rundung lagi, IYAA?"

Zaki sedikit tersentak mendengar teriakan Aidel di akhir kalimatnya.

Hatinya mencelos melihat bagaimana khawatir nya Aidel terhadap keadaan Abel saat ini.

Tetapi ia juga sadar bahwa dia tidak punya hak untuk melarang Aidel memarahinya. Ingatan tentang perlakuannya kepada Abel selama ini membuat Zaki semakin merasa bersalah.

"Setelah ini, jangan pernah muncul di hadapan gue sama Abel lagi, lo fokus aja ngurusin keluarga baru lo yang paling berharga itu." Aidel kemudian beranjak meninggalkan Zaki dan Rani yang masih diam mematung.

Baru melangkah beberapa langkah, tangannya langsung di cekal oleh Zaki.

"Nak, maafin ayah, izinkan ayah bertemu dengan putri ayah. Ayah ingin tau gimana keadaannya sekarang."

Aidel dengan cepat menepis tangan Zaki dengan kasar kemudian melanjutkan langkahnya menuju pintu keluar dan menghiraukan panggilan Zaki.

"AKHH!"

Zaki menjerit frustasi sambil beberapa kali memukul tembok di sampingnya berniat meluapkan emosinya.

Bugh

Bugh

Bugh

Zaki terus memukuli tembok tersebut, tidak peduli dengan tangannya yang sudah memar bahkan berdarah.

Rani yang melihat itu langsung berusaha menghentikannya, ia langsung mencekal tangan Zaki dengan sekuat tenaganya, "Mas, kamu nggak boleh kayak gini."

"Diam kamu!" bentak Zaki sambil menepis tangan Rani dengan kasar hingga membuat tubuh Rani terhuyung beberapa langkah kebelakang.

Zaki kembali melangkah mendekati Rani dan mencengkeram lengan Rani dengan sangat kuat. Bisa di pastikan lengan Rani akan membiru setelah ini.

Zaki menatap Rani dengan tajam, dia tidak peduli dengan rintihan kesakitan Rani.

"Kamu dan putri mu itu sama aja, sama-sama serakah dan tidak tau di untung!"

"Kamu pikir selama ini saya tidak tau, bagaimana perlakuan kamu kepada anak saya, hah?"

"Selama ini, saya dengan bodohnya percaya terhadap drama-drama buatan Gita hingga saya melukai putri kandung saya sendiri!"

"Ini semua terjadi karena kamu dan putri mu yang playing victim itu."

"SAYA SUDAH MEMBERIKAN SEMUANYA DAN ITU BELUM CUKUP JUGA, HAH?" teriak Zaki menggebu-gebu.

Ia menghempaskan tangan Rani dengan kencang membuat Rani terkejut sampai ia tidak bisa mempertahankan keseimbangannya hingga berakhir terjatuh di atas lantai yang dingin.

"Awhhh."

Rani merintih kesakitan sambil mengelus lengannya yang terasa sangat perih itu.

Ia kembali mendongak menatap Zaki, "Mas, kamu."

Melihat tatapan tajam Zaki membuat Rani menelan salivanya dengan susah payah. Kata-kata yang tadinya ia sudah susun rapi di kepala mendadak hilang. Berakhir ia tertunduk kehabisan kata.

"Malam ini juga, tinggalkan rumah saya!" cecar Zaki membuat Rani terkejut.

"Mas, ka-kamu bercanda kan?" tanyanya sambil berusaha mencari kebohongan dari manik hitam Zaki.

Tetapi nihil, hanya tatapan kecewa dan marah yang ia temukan di sana.

"Besok pagi saya kembali, saya harap sudah tidak ada lagi hal apapun yang berkaitan dengan kamu dan putri mu itu di rumah ini. Surat cerai akan dikirim oleh sekretaris saya secepatnya!" tegas Zaki.

"Mas aku mohon, jangan lakuin itu mas. Aku memang salah dan aku benar-benar meminta maaf."

"Mas boleh ngelakuin apapun, tapi jangan ceraikan aku, Mas," pinta Rani sembari mengesot mendekati Zaki.

"Bi, tolong bantu dia mengemasi semua barang-barangnya."

"Baik, Tuan."

Lihat selengkapnya