Intan berjalan bak orang kesetanan mendekati Gita dan langsung mendorong bahunya dengan sangat kencang hingga membuat tubuh Gita mundur beberapa langkah, "LO GILA, HAH!!" teriaknya murka.
Gita kembali berdiri menatap Intan dengan tajam, "APA? LO MASIH NGGAK MAU NGAKU?"
"GUE NGGAK IKUT-IKUTAN, GUE CUMAN NURUTIN RENCANA LO DANĀ LO DALANG DARI SEMUANYA!"
"BACOT! LO YANG NYIRAM DIA MAKE AIR PELAN ANJING!" teriak Gita tidak terima dengan penghianatan Intan.
"Gue lakuin itu atas perintah lo, dan lo juga berencana menyingkirkan Abel supaya lo bisa gantiin posisi dia," ucap Intan mengungkapkan semua rencana awal dan itu membuat Gita semakin geram.
"LO DIEM, BANGSAT!" teriaknya kerasĀ lalu menampar Intan.
Tidak terima dengan tamparan itu, Intan juga membalasnya, ia menampar Gita dengan sekuat tenaga hingga darah segar keluar dari sudut bibirnya. Semua orang yang melihat itu ikut merasa ngilu.
Kedua teman Intan memilih untuk pergi meninggalkan keributan tersebut daripada ikut kena masalah.
Intan kemudian menarik rambut Gita dengan keras, "Disini gue juga korban, kalau aja gue tau dari awal penyebab Charen meninggal itu elo, nggak bakalan gue mau bantuin elo!"
"DIEM ANJING!" Gita menggeram frustasi sambil berusaha melepaskan cekalan tangan Intan pada rambutnya.
"Seru juga ya, nontonin anjing saling menggigit," timpal Gilbert sangat menohok.
"Playing victim!"
"Huuuuu!"
"Udah salah bukannya minta maaf malah makin nyolot."
"Huuuu!"
Semua murid yang ada di kerumunan tersebut berteriak sambil melempari Gita dan Intan dengan apapun yang bisa mereka dapatkan.
"Bentar-bentar!" teriak Gilbert membuat semua orang yang tengah asik melempari keduanya seketika terdiam.
Gilbert membuka sepatunya kemudian melepas kaos kakinya yang sangat bau membuat semua orang yang berdiri di dekatnya seketika menutup hidungnya.
"Apaan sih lo," ketus Andriska sewot.
Gilbert menatap Gita dan Intan dengan seringai di wajah tampannya.
Kemudian ia menyumpal mulut Gita dan Intan dengan kaos kaki busuknya.
Huek
Huek
Uhuk uhuk
Intan dan Gita langsung muntah sambil terbatuk-batuk. Hal itu mengundang tawa semua murid yang ada di sana.
"Berhenti!"
Suara bariton tersebut membuat semua orang yang ada di sana seketika menoleh ke sumber suara.
Dua orang polisi berjalan mendekati kerumunan tersebut.
Deg
Keringat dingin mulai bercucuran membasahi pelipis Gita. Ia semakin gemetar ketakutan, dia tidak ingin di penjara.
Dengan sisa tenaga yang dia punya, dia berniat kabur dari kerumunan itu. Ia memanfaatkan situasi saat semua orang tengah fokus menatap kedua polisi itu.
Baru melangkah beberapa langkah, tiba-tiba kerah bajunya di tarik kasar oleh seseorang dari belakang.
"Mau kemana lo?" Perkataan Hendra membuat perhatian semua orang kembali beralih kepada Gita.
"Lepasin!"
Melihat Gita yang berniat melarikan diri membuat rahang Aidel mengeras menahan emosinya.
Ia mencengkeram lengan Gita yang sudah gemetar itu, "Lo nggak akan pernah bisa kabur lagi."
Disaat yang sama, kedua polisi itu telah sampai di hadapan mereka.
"Selamat pagi, kami dari pihak kepolisian membawa surat perintah penangkapan terhadap saudari Anggita Adleena atas beberapa tindakan kriminal yang saudari lakukan."
"Bawa mereka, Pak," ucap Aidel mendorong tubuh Gita sedikit kencang ke hadapan dua polisi itu.
"Kak Aidel, Gita minta maaf, maafin Gita, Kak," ucapnya lirih dengan bibir yang gemetar menahan tangisannya.
"APA DENGAN LO MINTA MAAF DAN NYESAL SEMUANYA AKAN KEMBALI SEPERTI SEMULA, HAH?" teriak Aidel menggebu-gebu, bentakannya membuat Gita terasa hancur, tangisan yang dia tahan sedari tadi mendadak pecah.
Aidel berjalan mendekati Gita, "Masih beruntung gue nggak ngelakuin hal yang udah lo lakuin terhadap adik gue dan Charen. Ini pilihan yang tepat, biar manusia toxic kayak elo nggak bebas berkeliaran lagi," ucap Aidel menohok.
"Makanya jadi anak pungut jan belagu," ucap Gilbert dengan wajah tengilnya.
"Ikut kami ke kantor!" perintah polisi itu dengan tegas.
"Jangan bawa saya, Pak, saya nggak bermaksud ngelakuin itu semua," lirih Gita memelas.
Haikal langsung berdecih pelan, "Tchh, udah jelas-jelas salah masih mau ngeles aja, rasain tuh gimana enaknya mendekam di penjara sama orang-orang yang otaknya kriminal kayak elo!"
"Baik-baik ya di rumah baru lo, jangan nyari ribut, disana nggak ada orang baik, ntar anggota tubuh lo udah nggak lengkap, kan nambah ngerepotin," ujar Hans menimpali.
Gita hanya mendengarkan sambil memejamkan matanya, kalimat-kalimat tajam itu berhasil menusuk hatinya dengan sangat dalam.