Chrive

Shiina Lee
Chapter #7

Bab 6

“Udah dengar kabar terbaru?”

“Ada apa?”

“Udah tau pemegang ranking tertinggi untuk nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah?”

“Belum, siapa? Si pemegang beasiswa buat siswa berprestasi itu? Yang dari kelas 9-A?”

“Yves Michaelo, maksudnya? Tepat!”

“Kalau bukan dia, gue justru malah heran!”

“Hahaha!”

***

Aku menatap papan pengumuman nilai Ujian Nasional dan Ujian Sekolah tahun ini. Syukurlah! Namaku ada di urutan teratas! Tak sia-sia aku belajar keras!

“Matematika... 100. IPA, 100. Bahasa Indonesia, 94. Bahasa Inggris, 96,” Jesse tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingku, “Rata-rata nilai: 97.5. Gila, lo, Ves! Lo itu keturunan dewa atau apa?”

“Kebetulan aja, kali," kataku merendah.

“Ujian sekolah juga, paling rendah 90. Rata-rata, 95! Wow! Ujian praktek juga cuma rendah di praktek pidato Bahasa Indonesia sama Bahasa Inggris doang. Lainnya bagus-bagus semua!”

“Lo juga bagus kok, dapet ranking 2,” aku menunjuk angka 2 di samping nama Jesse, "Beda rata-rata kita cuma 2.5 poin, kan?”

“Jauh, lah, itu! Kapan gue bisa ngalahin lo,” gumam Jesse, “Lo dapet beasiswa di sebelah kan?”

“SMA Harapan Bangsa? Tau dari mana?”

“Kalo lo, sih, ga heran. Semua anak juga udah pasti tau. Lo kan ‘si penerima beasiswa untuk siswa berprestasi’,” Jesse berbisik di telingaku, “Dan, kalo masuk sekolah itu, lo bisa lebih deket sama si ‘temen-masa-kecil’ lo itu dong?”

Mukaku langsung memerah. Aku tak bisa menjawab.

“Haha, lo lucu banget sih,” Jesse mengamati mukaku yang memanas, “Segitu sayangnya ya sama dia?”

“Ukh, Jesse!” aku kesal sendiri. Apa aku segitu berharapnya bisa jadian sama Christin?

***

Sebuah mobil sport berkaca gelap, berhenti dan membunyikan klaksonnya tepat di depanku, ketika aku baru keluar dari sekolah, hendak berjalan sedikit ke jalan besar untuk menunggu kendaraan. Pengemudi mobil itu membuka kaca mobilnya, dan aku terkejut.

“Naek sini!” kata yang mengemudi. Aku menggeleng, merasa tidak mengenal sang pengemudi.

Tangan pengemudi itu menarik tanganku, “Udah cepet, naek aja! Gue mau ke Hana Florist.”

Mendengar nama florist Mama membuatku menurut. Aku membuka pintu mobil mewah itu dan masuk. Aku mengamati sekeliling mobil ini, berusaha tidak berdecak kagum. Interior mobil dengan aneka fungsi yang biasa aku hanya lihat di film saja, kursi yang empuk, AC yang dingin, sampai atap mobil yang bisa dibuka tutup. Suasana mobil juga terasa senyap dan guncangannya nyaris tidak terasa. Belum pernah aku naik mobil yang senyaman ini.

Lihat selengkapnya