Chrive

Shiina Lee
Chapter #9

Bab 8

Aku bergelung di balik selimut. Mataku memanas dan kepalaku terasa dihimpit godam raksaksa. Berbagai pikiran, kemarahan, kekecewaan berputar-putar di benakku. Pintu kamarku terbuka sedikit. Aku menegakkan punggung, dan menatap Mama yang melangkah masuk dengan sorot mata khawatir.

“Yves, kamu kenapa?”

Aku menggeleng. “Ga apa-apa.”

“Cerita aja sama Mama,” kata Mama sambil duduk di tepi ranjang. Lalu ia mengelus rambutku. “Mama dengar kamu mendapat nilai tertinggi di Ujian Nasional dan Ujian Sekolah.”

“Aku mau sendiri, Ma,” kataku pelan. “Maaf.”

Mama menghela napas dan bangun dari ranjangku, “Ya, sudah, kalau tak mau cerita. Mama tak bisa memaksa. Tapi Mama harap kamu baik-baik saja, Sayang.”

***

Jam berapa sekarang?

Aku mengerjap pelan. Kamarku gelap gulita. Naluriku mengatakan hari sudah berganti. Kericuk riuh di perut menandakan lambungku yang kosong sejak kemarin. Perlahan aku bangkit menuju ruang makan. Siapa tahu ada sepotong dua potong biskuit yang bisa kujadikan ganjal perut.

Betapa terkejutnya aku ketika menemukan sepiring omelet keju tersaji di bawah tudung makanan. Memang sudah dingin, tapi itu membuatku sadar bahwa ternyata Mama memang begitu memperhatikanku. Di balik perangainya yang tertutup dan keras, Mama menyayangiku dengan caranya. Sepiring omelet ini menjadi bukti nyata. Aku meraih garpu dan mulai mencungkili omelet itu, menyuapkannya perlahan-lahan. Hatikku sesak oleh rasa haru dan bahagia.

***

Hari pertama liburan kenaikan kelas. Aku bangun pagi dengan perasaan gamang. Tidak tahu harus mengisi liburan ini dengan kegiatan apa. Diam-diam aku sedikit menyesal karena sudah melepaskan pekerjaan di toko buku. Tapi paling tidak pengorbanan itu berbuah nilai-nilai ulangan yang bagus.

Aku menghela napas. Aku harus bergerak maju. Tidak mungkin terus-menerus memikirkan orang yang jelas-jelas sudah melupakanmu.

'Ayo, Ves, move on,' runtukku dalam hati. Gontai aku melangkah turun dari ranjang. Mungkin membantu Mama merangkai pesanannya bisa membantuku mengurangi sedikit perasaan yang berkecamuk sejak kemarin malam.

“Pagi, Ves!” sapa Mama riang. Ia sedang duduk di depan meja makan, membaca koran paginya.

Lihat selengkapnya