Beberapa hari kemudian
“Pagi, Ves!” tiba-tiba saja, hari Minggu, Christin mengetuk pintu kamarku. Aku yang masih tertidur langsung membuka mata dan bangun dari tempat tidur dan membukakan pintu.
“Christin?!”
“Ga kusangka ternyata kamu males juga. Liat, jam berapa sekarang!”
Aku melihat jam. Sudah hampir jam 10 pagi.
Lalu aku teringat semalam aku bergadang untuk menyicil pelajaran untuk besok Senin.
“Maaf, deh, maaf!” aku menyesal, “Ngapain kamu ke sini?”
“Ajakin kamu jalan-jalan,” Christin tersenyum lalu membantuku membereskan tempat tidurku, “Jadi, sekarang, ayo cepet mandi dan ganti baju! Biar aku yang bantu beresin ranjangmu!” Ia menyuruhku mengambil baju, lalu ia menyeretku ke kamar mandi.
***
Christin
Fiuh, semoga tidak ketahuan kalau aku mengajaknya jalan-jalan untuk menanyakan cerita mengapa dia menghindariku!
Setelah membereskan tempat tidurnya secepat yang aku bisa, aku menjelajahi kamarnya. Mencari hal yang menarik. Kuselusuri meja belajar mungilnya yang lumayan tertata dibandingkan dengan keadaan kamar Kak Donny yang seperti habis diterpa angin topan. Buku-buku pelajaran, buku-buku catatan yang isinya latihan sampai pertengahan semester ganjil, buku-buku pelajaran di luar buku paket, hmm ... membosankan, apa Yves ini kerjanya belajar melulu? Tak adakah buku-buku lain?
Kutarik laci meja belajarnya. Buku-buku pelajaran piano dan clear holder tebal berisi ratusan lagu yang aku ingat pernah dipelajari sepanjang kami di kelas piano. Selama ini rupanya dia masih menyimpannya.
Sesuatu terselip di bawah clear holder. Kutarik benda itu, dan aku terkejut. Ini kan ....
Jantungku tiba-tiba berdebar lebih cepat. Dia ... kenapa dia masih menyimpan ini?
Suara langkah kaki Yves makin mendekat. Aku buru-buru memasukkan benda itu kembali ke laci. Syukurlah, masih sempat, semoga dia tak menyadarinya!
“Chris, jadi pergi?" tanya Yves. Baru kali ini, setelah sembilan tahun berlalu, aku melihat ia dengan baju kasual.
“Ah, iya, jadi dong!” kataku agak gugup. Masih berdebar karena apa yang aku lihat di laci tadi.
***
Pergi berdua bersama Yves. Apa ini bisa disebut ... kencan?
Aduh, kok aku mikir yang macam-macam, sih? Dia ini kan lebih muda dariku, tentu tak bisa dijadikan pacar!
"Chris?”