Yves
Aku menatap foto-foto Christin yang kusimpan di laptopku. Mulai dari foto-foto saat kami masih kecil, fotonya saat konser, foto saat kami masih pacaran di Jakarta, foto-foto yang dia kirimkan lewat e-mail. Rasanya tak percaya kalau aku sudah tak menyandang status sebagai pacarnya. Hubungan kami, yang sudah kuimpikan sejak hampir sepuluh tahun lalu, ternyata hanya bertahan hampir dua tahun.
“Lagi ngapain, Ves?” Gratia memegang kedua pundakku dari belakang. Aku buru-buru menutup folder yang berisi foto-foto Christin itu.
“Ga ngapa-ngapain, kok, Gras,” jawabku gugup.
“Yuk, ke kelas bareng! Kelas Pak Wilhelm udah mau mulai, nih!” Gratia membantuku berdiri dan menggandeng tanganku mesra. Sudah lama tanganku tak digandeng cewek seperti ini, membuatku agak gugup.
***
Gratia
Aku menghampiri Takumi saat Yves sedang latihan piano untuk klub orkestra.
“Kamu ga latihan?” Takumi kaget melihatku. Matanya melirik Yves, yang sedang diberi pengarahan oleh Pak Friedrich sendiri, dari balik pintu kaca, kemudian ganti menatap ke arahku.
“Kamu jangan menatapku begitu, dong! Aku belum latihan, kan, solo piano dulu. Duetnya masih ntar ... beberapa minggu lagi, mungkin,” kataku, “Ngomong-ngomong, aku mau melaporkan soal sukses atau tidaknya rencanamu itu.”
“Gimana? Sukses, kan? Ga cuma di depanku aja, kan?”
“Rencanamu sukses besar, Takumi!” aku memeluknya bahagia, “Dia bahkan ga menolak kuperlakukan seolah dia pacarku!”
“Iya, iya... Rencanaku kan emang belum pernah gagal,” Takumi melepaskan pelukanku dan tersenyum, “Aku senang dipeluk cewek secantik kamu. Tapi kalau Yves tahu, bisa gawat, kan?”
“Ah, iya juga, ya ....”
***
Christin
Happy sweet seventeen birthday, my honey! May your dreams come true, and our relationship will last forever. From Caesar, your beloved boyfriend. PS: please attend my special event, just for you. I will pick you up at 5 P.M. tomorrow.
Aku menerima pesan itu darinya malam ini, yang datang kepadaku bersama karangan bunga warna-warni yang sangat indah, yang diantarnya ke depan rumahku tepat jam 12 malam. Dia orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku hari ini. Kira-kira apakah Yves akan mengucapkan selamat ulang tahun padaku?
Aku membuka e-mail-ku, dan rasa kecewalah yang timbul. Bukannya ucapan selamat ulang tahun yang kudapatkan, melainkan balasan dari e-mail-ku waktu itu.
From: Yves Michaelo (yves.michaelo@mail.com)
Subject: Re: Re: Re: please, kasih tau jawaban secepetnya.
OK, Chris, kalau itu maumu, mulai sekarang aku harus mencoba melupakanmu. Mendoktrin diriku sendiri, bahwa kamu itu ga pernah hadir dalam hidupku dan mengisi hari-hariku. Ini memang berat, tapi menurutku cuma ini satu-satunya cara, karena aku ga bisa menahan perasaanku kalau mengingat hal-hal yang berhubungan denganmu. Mungkin kamu berharap kita bisa tetap saling kontak setelah putus, tapi sekarang aku yang ga bisa, Chris. Tiap kali mengingatmu, pasti aku selalu teringat janji kita, dan aku akan terus merasa kecewa karena itu tak bisa terwujud.
Aku berharap suatu saat nanti aku bisa melupakanmu sepenuhnya.
Aku tak bisa lagi menahan air mataku. Yves mau melupakanku? Ternyata keputusanku ini sangat berat akibatnya bagi Yves. Gara-gara aku, dia jadi seperti ini.
Kalau saja waktu bisa terulang kembali, mungkin aku akan memikirkan ulang keputusanku waktu itu ....