Chrive

Shiina Lee
Chapter #26

Bab 25

Christin

From: Someone Someone (someone@mail.com)

To: Christin Aurelia (ch_aurelia@mail.com)

Subject: No Subject

I have a big surprise for you.

PS: You don’t need to know me.

Sebuah e-mail asing masuk ke kotak masuk e-mail-ku. Siapa pengirim e-mail ini? Apa ini spam? Dengan cepat aku menghapus e-mail itu. Tak kusangka, kalau setelah ini gara-gara tindakanku itu, muncul peristiwa besar.

***

Yves

“Yves! Permainanmu tolong lebih dihayati! Kalau main sempurna, tapi tak pakai penghayatan, penonton akan tahu!” lagi-lagi Pak Friedrich menegurku.

Aku melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah lewat dari jam sebelas malam. Berarti, sudah lebih dari tujuh jam aku berada di sini, bermain piano nyaris nonstop. Badanku sudah sejak tadi meminta istirahat, namun aku belum diizinkan istirahat oleh Pak Friedrich. Aku sangat lelah dan mengantuk, apalagi semalam aku sama sekali tak tidur untuk mengerjakan tugas mendadak yang deadline-nya pagi ini.

“Saya tahu sebenarnya kamu bisa jauh lebih bagus daripada yang kamu mainkan sekarang ini. Tapi, kalau mainmu terus seperti ini, dan belum berkembang sama sekali sejak tadi sore, kamu lebih buruk dari peserta yang gagal audisi! Mach mich nicht enttäuscht![1]” Pak Friedrich membentakku. Aku hanya bisa menghela napas dan memejamkan mata sejenak.

“Capek bukan alasan untuk tak menghayati permainan! Saat menjelang audisi, kamu bermain piano nyaris tengah malam dengan sangat bagus. Artinya, kamu bisa! Ayo, mainkan sekali lagi, kali ini dengan penghayatan. Setelah itu kamu boleh pulang dan istirahat.”

Aku mencoba bermain sekali lagi, berkonsentrasi dan mencoba menghayati, namun sangat sulit. Hari ini aku betul-betul tak bisa menghayati lagu yang kumainkan.

Pak Friedrich menghela napas, “Ya sudah, saya juga sudah mau pulang dan istirahat. Besok, saat latihan terakhir sebelum latihan bersama, saya harap kamu sudah bisa bermain bagus.”

Es tut mir leid.[2] Saya akan berusaha."

Aku berpamitan padanya, dan keluar dari ruang piano dengan langkah gontai. Memang, aku tahu betul kenapa hari ini aku sama sekali tak bisa menghayati lagu yang kumainkan.

Ada hal penting, yang sedang kupikirkan.

***

Aku dan Christin, beserta kedua orangtua kami, sedang berdiri di depan panggung, di sebuah ballroom hotel berbintang lima yang didekorasi sedemikian rupa, sehingga terkesan colorful namun tetap elegan dengan konsep taman bunga indoor rancangan Mama. Sebuah kue pengantin berbentuk istana dengan inisial nama kami di puncaknya, berdiri megah di dekat panggung. Orang-orang berkumpul dengan pandangan mata tertuju pada kami berdua.

Aku berhadapan dengan Christin. Ia selalu terlihat cantik di mataku, namun riasannya membuat ia semakin seperti seorang putri malam itu. Rambut panjangnya yang sepinggang ditata begitu indah dengan veil berhiaskan benang perak. Ia memakai gaun pengantin warna putih tanpa lengan model mermaid look dengan aksen payet dan renda di bagian depan. Di tangannya, tergenggam buket bunga aneka warna yang harumnya memanjakan indra penciumanku. Kakinya dibalut sepatu hak warna putih dengan aksen perak setinggi 20 sentimeter membuat tinggi kami nyaris sama. Ia balas menatapku, dan tersenyum padaku. Sorot matanya menunjukkan rasa sayang. Tangannya menggenggam tanganku. Di jari kanan kami masing-masing tersemat sebuah cincin berukir nama kami berdua.

Kami saling berpelukan, memperdekat jarak diantara kami. Tak lama setelahnya, bibir kami saling bertaut untuk pertama kalinya. Lama dan mesra. Namun, setelah itu, air matanya menetes. Tiba-tiba ia melepaskan pelukannya dariku. Berlari meninggalkan panggung, turun, dan akhirnya ia keluar dari ruangan. Aku berteriak-teriak, meraung sambil menangis memanggil namanya sekuat yang aku bisa. Aku berusaha mengejarnya, tapi dia sedikitpun tak menghiraukanku. Ia terus berlari dan berlari, akupun terus mengejarnya sambil memanggil namanya. Namun, pada akhirnya aku sudah tak sanggup lagi berlari, dan aku terjatuh. Dia semakin menjauh dan akhirnya menghilang dari pandanganku.

Mimpi lagi. Kenapa, sih, aku?

Napasku serasa mau putus. Keringat membanjiri tubuhku. Aku merasa sangat lemas.

Aku terbatuk. Suaraku menjadi serak. Wajahku basah oleh peluh dan air mata.

Kenapa ini? Mimpi, tapi serasa sangat nyata. Seolah aku benar-benar berlari dan berteriak-teriak mengejar Christin.

***

From: Jesse Claude (jesse_s_email@mail.com)

To: Yves Michaelo (yves.michaelo@mail.com)

Subject: Baguslah, gue kira lo ngilang.

Iya, kok, Ves. Mereka bahkan baru aja diberitain besar-besaran pas Christin sweet seventeen-an kemarin. Masuk internet juga, lho! Coba, deh, kamu ketik nama lengkap Christin di search engine, pasti kamu langsung menemukan berita itu. Sorry baru bales, gue juga baru selesai musim ujian, nih. Tapi gapapa, sekarang tiap malem biasanya gue online, kok. Nanti gue add messenger lo, ya? ID lo apa?

Lihat selengkapnya