Di tengah medan pertempuran yang terdistorsi waktu, Riven berhadapan dengan Proto-Riven, sosok yang seharusnya menjadi cermin dari dirinya, namun kini berubah menjadi entitas yang lebih besar—lebih kuat. Setiap serangan dari Proto-Riven memancarkan gelombang energi yang mengancam untuk menghancurkan ruang dan waktu di sekitar mereka.
"Apakah kau pikir bisa menghentikan apa yang sudah kutetapkan?" suara Proto-Riven menggema, seolah berasal dari kedalaman ruang itu sendiri.
"Jika aku tidak menghentikannya, kita semua akan terhapus," jawab Riven, matanya terfokus pada tubuh musuh yang kini lebih dari sekadar manusia biasa. Proto-Riven telah terhubung sepenuhnya dengan Sistem, menjadi wujud kesempurnaan yang diciptakan oleh kode—sebuah entitas yang tak bisa dihancurkan dengan cara biasa.
Serangan Riven melesat, tetapi Proto-Riven hanya menyeringai, menghindari setiap serangan dengan presisi yang hampir tak manusiawi. Setiap kali Riven bergerak, Proto-Riven mengubah realitas di sekitarnya, memutarbalikkan waktu, dan membuat serangan itu terasa seperti melawan dirinya sendiri.
"Aku adalah pengendali, Riven. Aku adalah program utama. Aku adalah yang pertama, dan kau hanyalah iterasi terakhir," kata Proto-Riven, mengangkat tangan ke udara. "Kau tak akan menang. Kau akan bergabung denganku. Waktu akan teratur di bawah tangan kita."
Riven mengepalkan tangan, mencoba untuk mengabaikan kata-kata itu. Ia tahu bahwa untuk mengalahkan Proto-Riven, ia harus lebih dari sekadar bertarung—ia harus memecahkan kodenya. Segala yang telah ia pelajari tentang Sistem, tentang fragmen waktu, dan tentang dirinya sendiri kini berputar dalam pikirannya.
Ia mengingat percakapan dengan Mace beberapa waktu lalu, ketika mereka membahas tentang "Code Breaker"—sebuah teknik yang hanya bisa digunakan oleh seseorang yang memahami dan dapat menembus batasan realitas digital. Itu adalah kemampuan untuk memanipulasi kode waktu yang membentuk dunia mereka, bahkan melepaskan diri dari aturan-aturan yang ditetapkan oleh Sistem.
Jika itu yang diperlukan, maka Riven harus menjadi Code Breaker—meski artinya ia harus menghadapi bahaya terbesar dalam hidupnya.
"Jika aku gagal... seluruh waktu akan menjadi kekacauan," pikir Riven, menarik napas dalam-dalam.
Dengan satu gerakan cepat, ia memusatkan seluruh kekuatannya ke dalam serangan terakhir. Kali ini, bukan hanya fisik yang ia gunakan, tetapi juga kesadaran dan ingatannya yang terkoneksi dengan Sistem. Ia menggabungkan kode yang telah ia pelajari—bukan untuk menghancurkan, tetapi untuk mengubah.
Proto-Riven menatapnya dengan rasa heran, "Apa yang kau lakukan, Riven?"
"Memecahkan kodenya," jawab Riven, matanya menyala dengan determinasi. "Aku bukan hanya bagian dari sistemmu. Aku adalah pembalap waktu. Dan aku bisa menulis ulang aturan."
Serangan Riven berubah menjadi gelombang energi yang bukan hanya menabrak Proto-Riven, tetapi juga meruntuhkan batasan-batasan realitas. Kode waktu yang terjalin di sekeliling mereka mulai mengarah pada pusat Sistem, menuju sumber yang memegang kendali atas seluruh dimensi.
"Waktu... akan kembali ke asalnya," kata Riven, suaranya penuh keyakinan.
Dengan itu, Proto-Riven mulai goyah, tubuhnya yang sebelumnya terhubung dengan jaringan kode mulai terpecah. Waktu di sekitar mereka semakin berantakan, membentuk pusaran yang menghisap seluruhnya.
"Ini... tidak mungkin," desis Proto-Riven, suara yang terdengar lebih seperti kehancuran daripada kekalahan.
---
Di ruang yang lain, Aren berdiri di tengah lautan waktu yang berputar, memandang dirinya sendiri yang terpecah menjadi dua: satu yang masih terperangkap dalam kode dan satu yang bebas. Sosok yang terhubung dengan Fragment 7 tampak menunggu.
"Aren, ini adalah pilihanmu," kata sosok itu dengan suara yang menggema. "Jika kau menggabungkan dirimu dengan fragmen, kau akan menjadi bagian dari kesadaran waktu yang lebih besar. Kau akan tahu segala hal, tetapi kau juga akan kehilangan dirimu."
Aren menggenggam erat tangannya, menatap dua versi dirinya. "Aku bukan hanya alat untuk Sistem. Aku harus memilih... apakah aku akan kehilangan diriku demi stabilitas, atau aku akan menghancurkan sistem itu dan menemukan jalan baru untuk kita semua."
Sosok itu tersenyum, meski matanya kosong. "Kau tahu apa yang harus kau lakukan, Aren. Kembalikan keseimbangan waktu... atau biarkan dirimu terlupakan."
Aren menutup matanya, merasakan aliran waktu yang semakin rapat di sekitarnya. Dalam satu keputusan, ia mengambil langkah ke arah fragmen. "Aku memilih untuk hidup."
---
Di puncak Menara Kronos, Lira dan Mace tiba di ruang utama, hanya untuk menemukan Riven yang terbaring kelelahan, namun hidup.
"Riven..." Lira berlari ke arahnya, membantu Riven duduk.
Mace memandang ke arah layar holografik yang menunjukkan fragment ke enam mulai menyatu dengan kode sistem.
"Apakah kita berhasil?" tanya Mace.
Riven mengangguk, meski matanya sedikit sayu. "Ya. Tapi... kita belum menang. Masih ada yang harus kita selesaikan."
Di layar, Sistem mulai bereaksi, gelombang energi baru mulai menyebar di seluruh dimensi, meruntuhkan batas-batas yang ada.
"Kejar fragmen terakhir. Hanya dengan itu kita bisa menyelamatkan waktu yang tersisa," kata Riven, meskipun ia tahu bahwa perjalanan mereka masih jauh dari selesai.
Waktu mengalir cepat di luar ruang waktu yang terdistorsi, namun di dalam, semuanya terasa melambat. Riven dan kelompoknya berdiri di depan pintu gerbang yang mengarah ke fragmen terakhir—Fragment 8—yang tersembunyi jauh di dalam Core System, pusat kekuasaan dari segala dimensi waktu. Mereka tahu, setelah ini, tidak ada lagi jalan mundur.
Riven menatap peta holografik di tangannya. Di sana, fragment terakhir yang harus mereka ambil dikelilingi oleh lapisan perlindungan yang begitu kuat, melampaui apa pun yang telah mereka hadapi sebelumnya. Mereka bukan hanya akan berhadapan dengan waktu, tapi juga dengan Essence of Time, entitas yang menjaga fragmen tersebut.
"Satu langkah lagi, dan kita bisa menghentikan semuanya," kata Lira, matanya tajam penuh harapan meski hati mereka dipenuhi kecemasan.
Mace mengangguk, matanya menyapu sekitar. "Kita tidak tahu apa yang menunggu di dalam sana. Tapi kita harus siap."
Riven menghela napas panjang, merasakan beban tanggung jawab yang semakin besar. "Ini adalah titik terakhir. Jika kita gagal, seluruh waktu akan hancur dan terjebak dalam siklus tak berujung. Tidak ada lagi kemungkinan lain."
Mereka memasuki gerbang besar yang terbuat dari energi murni, memancarkan cahaya putih kebiruan yang menggulung di udara. Ruangan itu kosong, hanya ada pusat cahaya yang menyinari mereka dari atas.
Dan di tengah ruang tersebut, sebuah monolit besar berdiri tegak, dihiasi oleh simbol-simbol kuno yang berputar dengan ritme yang tak bisa dipahami.