Chrono Prisoner

Penulis N
Chapter #8

8

02:15 AM.

Langkah kaki mereka bergema di lorong gelap bawah tanah yang terbentang luas. Setiap detik terasa seperti menelan mereka lebih dalam, ke dalam ruang yang seakan tak berujung. Di setiap sisi, dinding berlapis besi dan tembok beton berlumut, menjulang tinggi, menandakan bahwa tempat ini sudah lama terlupakan. Bahkan waktu pun seakan berhenti bergerak di sini.

"Ini... tempat yang aneh," bisik Lira, matanya mengamati lorong yang sepi.

Aren menatap dengan waspada. "Memang, tempat ini terasa... mempengaruhi."

Kaelis berjalan dengan langkah cepat di depan mereka. "Tempat ini lebih dari sekadar ruang fisik. Ini adalah rekaman dari semua yang telah dilalui oleh waktu. Semua memori, kesalahan, dan distorsi—semua terkumpul di sini."

"Jadi ini adalah tempat untuk menyaksikan masa lalu?" tanya Riven, matanya tidak lepas dari Kaelis.

Kaelis mengangguk. "Tidak hanya masa lalu. Juga masa depan yang mungkin—tapi belum tentu. Ini adalah tempat di mana segala kemungkinan bertemu. Bahkan masa depan yang tak tercapai."

Lira mengangkat tangannya. "Tapi kalau ini tentang kemungkinan masa depan—kenapa tidak ada satu pun tanda bahwa kita bisa keluar dari loop ini?"

Kaelis berhenti dan menoleh. "Itu karena kamu belum melihatnya."

Dengan gerakan gesit, Kaelis mendorong pintu besar yang ada di depan mereka. Begitu pintu terbuka, mereka disambut oleh sebuah ruangan luas yang penuh dengan layar holografik yang tampak seperti ribuan jendela menuju dunia lain. Setiap layar menampilkan gambaran berbeda: beberapa menunjukkan dunia yang tampak utuh, yang lain menunjukkan kehancuran. Semua memperlihatkan peristiwa yang tidak mereka kenal—momen-momen yang sudah atau belum terjadi, semua berpadu dalam satu pemandangan yang mencengangkan.

02:22 AM.

Kaelis menatap Riven. "Inilah yang kalian cari—kenangan yang tersembunyi. Dan di sini... kamu akan melihat apa yang benar-benar terjadi."

Riven mendekati salah satu layar yang paling cerah. Di dalamnya, ia melihat dirinya—tapi bukan dirinya yang sekarang. Dalam gambaran itu, Riven terlihat lebih muda, dan sedang berdiri di depan gerbang besar yang terbuat dari logam gelap. Sekelilingnya dipenuhi dengan asap tebal, dan ada cahaya redup yang memancar dari gerbang itu.

"Ini... aku?" gumam Riven.

"Ada sesuatu yang berbeda," ujar Kaelis. "Apa yang kamu lihat adalah salah satu kemungkinan masa lalu—waktu yang sangat mungkin terjadi jika kamu membuat pilihan yang berbeda."

Riven mengerutkan kening. "Tapi ini—kenapa aku tidak ingat?"

Kaelis mendekat dan menepuk pundaknya. "Karena kalian adalah Chrono Prisoner, yang dipilih untuk hidup dalam distorsi. Ingatan kalian terhapus, dilupakan, atau disembunyikan. Tapi kenyataannya, kamu sudah melakukan banyak hal yang hanya ada dalam mimpi."

Lira bergeser mendekat dan memandang layar lain. Kali ini, yang ia lihat adalah gambar kota yang hancur. Jalan-jalan kosong, dengan asap yang keluar dari reruntuhan. Tampaknya tempat itu dulu dipenuhi kehidupan, tapi sekarang semuanya telah hilang.

"Ini—ini dunia kita?" tanya Lira, suaranya bergetar.

"Ya," jawab Kaelis pelan. "Tapi hanya dalam beberapa loop yang lalu. Kalian mungkin sudah tidak tahu lagi, tapi ini adalah dunia yang kalian tinggalkan. Atau lebih tepatnya, dunia yang dipertaruhkan untuk dipilih."

Aren berjalan ke layar lain, kali ini menatap gambaran yang lebih gelap. Riven bisa melihat ada beberapa orang di sana—para tahanan, termasuk dirinya, semua tergeletak tak bergerak di bawah cahaya redup. Mereka terperangkap dalam lingkaran waktu yang tak pernah berakhir.

"Jadi, ini tempat kita. Selalu terjebak dalam waktu yang sama?" Aren bertanya.

Kaelis mengangguk. "Bukan hanya terjebak. Kalian adalah bagian dari waktu itu sendiri. Begitu banyak kehidupan yang terjalin, hilang, dan kembali tanpa kalian sadari."

Riven berpaling. "Dan apakah kita bisa menghentikan semuanya?"

Kaelis menatap tajam. "Jika kalian bisa mengubah 'The Ninth Bell', jika kalian bisa menyeberang ke titik yang benar—maka mungkin, kalian bisa menghentikan waktu dan mengakhiri semuanya. Tapi kalian juga harus siap dengan konsekuensinya."

02:37 AM.

Riven menatap sekeliling ruangan itu, merasa ada sesuatu yang hilang, sebuah bagian dari dirinya yang belum terungkap. Di layar yang lebih jauh, ia bisa melihat siluet dirinya berlari menuju gerbang yang sama, namun kali ini diiringi dengan suara lonceng yang keras.

Dan di saat itulah, semuanya berubah.

Satu layar menyala terang, menampilkan sosok yang tak asing—diri Riven, tapi lebih tua dan dengan tatapan yang penuh kesedihan. Sosok itu tersenyum penuh harapan, namun di balik senyum itu, ada rasa sakit yang dalam.

Riven berguman, "Apa ini?"

"Apa yang kamu lihat adalah hasil akhir dari semua pilihanmu," jawab Kaelis. "Tapi kalian hanya akan sampai di titik ini setelah memilih—dalam loop terakhir kalian."

02:45 AM.

Riven menatap Kaelis. "Apakah aku akan siap?"

Kaelis tersenyum tipis. "Tidak ada yang siap. Tapi kalian akan tahu—kapan waktu itu datang."

02:46 AM.

Dentang pertama terdengar menggema dari kejauhan—pelan, namun menusuk jiwa. Suara logam berat yang saling beradu itu mengguncang dinding ruangan penuh layar holografik. Seolah ada sesuatu yang bangkit dari tidur panjangnya.

Riven mendongak. Suara itu—dentang lonceng—membuat bulu kuduknya berdiri. "Itu... suara lonceng yang kita dengar di awal loop."

Kaelis mengangguk pelan, matanya muram. "Itulah The Ninth Bell. Kalian sudah mendekati pusatnya."

Satu demi satu, layar di sekeliling mereka mulai padam, berganti dengan simbol spiral jam yang terputar mundur. Ruangan itu berubah dari tempat observasi menjadi ruang tekanan. Dinding seperti menyempit, waktu seolah melambat, lalu mempercepat lagi secara liar.

Lira tersentak. "Kita harus keluar dari sini!"

Namun Kaelis berdiri diam. "Ini bukan tempat yang bisa kau tinggalkan begitu saja. Sekali kau mendengar suara kesembilan, waktu tidak akan kembali seperti semula."

02:48 AM.

Riven menatap jam digital kecil di pojok ruangan. Angka-angka berubah terlalu cepat untuk diikuti, lalu tiba-tiba membeku di angka 00:00. Jantungnya berdegup keras.

"Apa artinya ini?" tanya Aren, menarik Kaelis dari lamunannya.

Kaelis menoleh pada mereka. "The Ninth Bell adalah penanda bahwa loop akan reset... tetapi tidak seperti sebelumnya. Kali ini, ia akan menghapus satu realitas sepenuhnya."

"Menjadikannya tidak pernah ada?" bisik Lira, wajahnya pucat.

"Ya," jawab Kaelis. "Dan dunia yang terhapus bisa jadi... dunia tempat kalian berasal."

02:49 AM.

Seketika, cahaya merah muncul dari lantai, membentuk lingkaran raksasa yang berpendar. Suara seperti gema retakan kaca mengisi udara, dan dari tengah lingkaran itu muncul sesosok siluet tinggi berbalut jubah hitam dengan wajah tertutup topeng jam pasir.

Lihat selengkapnya