Chrono Prisoner

Penulis N
Chapter #11

11

Setelah peristiwa di ruang gelap, Riven, Lira, dan Aren berdiri bersama di tengah dunia yang kini tampak lebih terbuka, meskipun penuh dengan kekacauan. Ruang tanpa batas yang semula hanya dipenuhi kegelapan kini menunjukkan bentuk-bentuk yang samar, mirip dengan dunia mereka yang dulu, tetapi semuanya terdistorsi, seakan baru saja terbentuk.

"Ini... dunia baru?" tanya Lira, masih belum percaya dengan apa yang ada di hadapannya. Semuanya terlihat begitu asing, namun ada kesan familiar di balik bentuk-bentuk kabur ini.

Riven mengangguk perlahan. "Ini adalah dunia yang kosong, sebuah dunia tanpa struktur, tanpa hukum. Kita harus membentuknya dari awal."

Aren yang berdiri di samping Riven tampak tidak sepenuhnya yakin. "Tapi bagaimana kita bisa mulai? Apakah kita hanya menciptakan sesuatu begitu saja? Bukankah ada cara lain yang lebih pasti?"

Lira menatap Riven, menunggu penjelasan lebih lanjut. Riven menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk mengendalikan ketegangan yang masih ada di dalam dirinya.

"Kita harus memulai dari diri kita sendiri," kata Riven dengan suara tegas. "Jika kita ingin dunia ini berdiri kokoh, kita harus mengatasi ketakutan kita terlebih dahulu, dan itu dimulai dengan menghadapi kegelapan dalam diri kita sendiri. Hanya dengan begitu, kita bisa menciptakan sesuatu yang nyata."

Lira dan Aren saling berpandangan, mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh Riven. Mereka masing-masing menyimpan ketakutan dan keraguan yang mendalam, ketakutan yang terus menghantui mereka sejak mereka pertama kali melangkah ke dunia ini.

Aren mengangguk perlahan, meskipun raut wajahnya menunjukkan bahwa dia masih bimbang. "Baiklah, kita akan melakukannya. Tapi... bagaimana kita tahu jika kita sudah siap?"

Riven berjalan maju, melihat ke arah horizon yang samar. "Kita tidak akan pernah siap sepenuhnya. Tetapi kita harus berani mencoba. Ini adalah langkah pertama kita untuk menciptakan kembali dunia yang hilang."

Di belakang mereka, bentuk-bentuk kabur mulai mengambil wujud yang lebih jelas. Langit yang gelap mulai memunculkan warna biru keabu-abuan, sementara tanah yang tampak kosong mulai terbentuk, mirip dengan lahan yang dipenuhi tanaman yang baru tumbuh. Walaupun dunia ini masih tampak rusak, ada harapan yang muncul di tengah kekacauan.

Lira berjalan lebih dekat ke Riven. "Apa yang kita lakukan pertama kali?" tanyanya, matanya penuh tekad.

Riven berhenti sejenak, merenung, lalu menjawab, "Kita harus membentuk fondasi dunia ini. Dimulai dengan sesuatu yang sederhana. Sebuah tempat yang bisa menjadi titik awal bagi segala hal lainnya."

Aren menatap sekeliling, masih terkejut melihat dunia yang mulai terbentuk. "Jadi, kita membangun sesuatu? Apa yang harus kita bangun?"

Riven tersenyum sedikit, namun senyum itu penuh dengan tantangan. "Kita akan membangun sebuah kota. Tempat yang menjadi pusat dunia ini, tempat di mana segala sesuatunya bisa dimulai. Dari sana, kita bisa membentuk segala hal lainnya—jalan, rumah, tanaman, dan bahkan kehidupan itu sendiri."

Lira mengangguk, tampak semakin mengerti. "Kota itu... apa yang akan kita sebut?"

Riven memikirkan sebentar. "Sebuah nama... Nama yang bisa menjadi pengingat bagi kita semua tentang apa yang kita perjuangkan. Kita akan menyebutnya 'Aeternis'."

"Aeternis?" tanya Aren, mencoba menyerap makna nama itu. "Apa artinya?"

"'Aeternis' berarti abadi," jawab Riven dengan suara yang penuh keyakinan. "Kota ini akan menjadi simbol dari keberanian kita untuk membangun kembali dunia ini, meskipun semuanya hancur. Dan meskipun dunia ini tampak rapuh, kita akan menjaganya."

Aren menatap ke arah kota yang mulai terbentuk, dan untuk pertama kalinya sejak mereka memasuki dunia ini, dia merasakan sebuah harapan kecil yang tumbuh di dalam dirinya. "Jika kita membangun kota ini, apakah itu berarti kita akan menciptakan kembali dunia yang dulu?"

"Ya," jawab Riven dengan tegas. "Tapi bukan hanya itu. Kita akan menciptakan dunia yang lebih baik. Dunia yang berdasarkan pilihan kita, bukan takdir yang sudah ditentukan."

Lira tersenyum kecil, dan kemudian bergabung dengan Riven dan Aren. "Jika itu yang harus kita lakukan, maka mari kita mulai."

Dengan langkah yang penuh semangat, mereka bertiga mulai bekerja. Dunia di sekitar mereka perlahan-lahan berubah, seiring dengan usaha mereka membangun 'Aeternis', kota yang akan menjadi titik awal dari segala sesuatu yang baru.

Namun, meskipun mereka mulai dengan harapan, mereka tidak tahu apa yang menunggu di depan. Akan ada banyak ujian dan tantangan yang harus mereka hadapi, dan kegelapan yang mereka lawan belum sepenuhnya hilang.

Tapi, satu hal yang pasti: Mereka tidak akan menyerah.

Beberapa minggu berlalu sejak mereka mulai membangun "Aeternis". Dunia yang dulunya kosong kini semakin berkembang, meskipun belum sempurna. Struktur-struktur kasar dari kota mulai terbentuk, dengan tembok-tembok yang masih tampak rapuh dan jalan-jalan yang baru saja tercipta. Meskipun begitu, ada aura semangat dan harapan yang menyelimuti setiap sudut kota yang masih muda ini.

Riven, Lira, dan Aren berdiri di tengah-tengah kota yang semakin berkembang. Mereka mengamati hasil kerja keras mereka, meskipun mereka tahu bahwa ini hanyalah langkah awal dari perjalanan panjang yang akan datang.

"Ini lebih dari yang saya bayangkan," kata Lira, matanya yang penuh keingintahuan memandang ke segala arah. "Meski dunia ini berbeda dari apa yang kita kenal, kota ini mulai terlihat seperti tempat yang bisa kita sebut rumah."

Aren mengangguk, namun tatapannya serius. "Ya, tapi kita masih jauh dari selesai. Kita baru saja membangun dasar dari semuanya. Sekarang, kita harus mencari cara untuk membuat dunia ini bertahan lebih lama."

Riven tersenyum tipis, tangannya terlipat di dada. "Kita akan mencapainya. Kita tidak bisa membangun dunia ini hanya dengan fisik. Kita harus menciptakan struktur yang lebih dalam. Sebuah fondasi yang lebih kuat—sesuatu yang bisa mendukung kota dan kehidupan yang ada di dalamnya."

"Apa yang kamu maksud?" tanya Lira, sedikit bingung.

"Sebagai permulaan," jawab Riven, "kita perlu menciptakan sistem yang bisa mendukung keberlanjutan hidup. Semua ini—tanah, udara, tanaman, dan makhluk hidup—harus terhubung. Ada yang lebih dari sekadar membangun rumah dan jalan. Kita perlu membentuk hubungan yang lebih kuat dengan alam di sekitar kita, agar bisa memastikan semua yang kita buat ini tidak runtuh."

Aren menghela napas. "Kita mulai dari mana?"

Riven berpaling ke arah lanskap kota yang baru, memikirkan langkah-langkah selanjutnya. "Mulailah dengan sumber daya alam yang ada. Kita harus memahami kekuatan yang ada di dunia ini. Alam ini mungkin berbeda, tetapi dia tetap memiliki hukum-hukum yang bisa kita pahami."

Selama beberapa hari ke depan, mereka menghabiskan waktu untuk mempelajari dunia sekitar mereka, mencari cara untuk berinteraksi dengan kekuatan alam yang ada. Mereka menemukan bahwa dunia ini memiliki energi yang luar biasa, tetapi sangat rapuh. Untuk bisa membuat dunia ini bertahan, mereka harus belajar bagaimana mengendalikan dan memanfaatkan energi tersebut.

Namun, semakin dalam mereka menyelami alam ini, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Bagaimana mereka bisa menguasai energi yang begitu kuat tanpa menghancurkan segala sesuatu di sekitar mereka? Apakah mereka bisa menciptakan keseimbangan antara kekuatan alam dan kebutuhan mereka untuk berkembang?

Malam itu, setelah berjam-jam berdiskusi dan bereksperimen, Riven duduk di pinggir kota yang tengah berkembang. Di depannya terbentang langit malam yang gelap, hanya diterangi oleh beberapa bintang yang samar. Rasa lelah tampak di wajahnya, tetapi ada juga kebanggaan tersendiri atas apa yang telah mereka capai sejauh ini.

Lira mendekat dan duduk di sampingnya. "Apakah kamu merasa kita sudah cukup siap untuk menghadapi dunia ini?"

Lihat selengkapnya