Chrono Prisoner

Penulis N
Chapter #14

14

Angin terasa lebih berat. Langit biru yang baru saja terbentuk mulai retak-retak, seperti cermin yang terkena tekanan dari dalam. Di hadapan mereka, Zereth berdiri dengan tenang, tapi atmosfer di sekitarnya sudah berubah—ia bukan lagi representasi sistem semata. Ia adalah sisa kehendak terakhir dari Perintah Lama, yang menolak dilenyapkan.

"Kau pikir dunia bisa dibangun dari kehendak dan emosi?" kata Zereth perlahan. "Tanpa parameter. Tanpa kalkulasi. Dunia itu... chaos."

Lira menatapnya tajam. "Chaos lebih baik daripada tirani."

Aren berdiri di sisi Lira, tangannya siap menggenggam senjata apa pun yang masih tersedia. Tapi senjatanya telah hancur bersama sistem lama. Yang tersisa hanyalah dirinya sendiri.

Zereth mengangkat satu jari, dan dari tanah muncul paku-paku logam besar, membentuk lingkaran seperti mahkota runtuh yang berputar perlahan. Dari setiap paku muncul bayangan-bayangan tinggi: entitas hitam dengan wajah kabur, tubuhnya tampak seperti glitch.

"Mereka adalah System's Warden. Penjaga fondasi lama. Tak akan membiarkan dunia berjalan liar."

Aren menatap ke sekitar, menghitung jumlah mereka—lebih dari dua belas.

"Kita tidak bisa melawan mereka dengan kekuatan biasa," gumam Lira.

Aren menyentuh tanah. Ia teringat sesuatu—residu dari Architect Seed. Meski bola itu telah pecah, fragmennya tersisa di tanah ini. Ia menutup mata.

"Dengar, aku akan mengalirkan energi dari fragmen yang tersisa. Tapi kamu harus jadi katalisnya, Lira."

"Aku?" Lira menatapnya gugup.

"Kamu sudah jadi penghubung dunia baru. Kamu bisa memanggil ether dari sistem yang kita bentuk."

Zereth mulai melangkah maju. Para Warden bergerak bersamaan—tubuh mereka nyaris tak bersuara, tapi udara seperti berderak dengan setiap langkah mereka.

Aren menarik napas dalam. "Mulai sekarang, kita tidak bertarung untuk menang. Kita bertarung untuk memastikan dunia ini tidak kembali ke tangan algoritma."

Ia menancapkan kedua tangannya ke tanah, membiarkan energi menyebar. Lira berdiri di belakangnya, membentuk lingkaran cahaya tipis di sekitar mereka.

Tiba-tiba—dari tanah, muncul sesuatu yang berbeda. Bukan bayangan, bukan glitch.

Melainkan... bentuk manusia.

Satu demi satu, siluet orang-orang yang pernah hilang oleh sistem lama muncul dari tanah. Bukan tubuh fisik—tapi proyeksi memori, jiwa-jiwa yang terjebak di sistem lama, dan kini dipanggil kembali sebagai penjaga dunia baru.

"Apa ini?" bisik Lira, nyaris menangis.

"Orang-orang yang kita pikir telah lenyap. Mereka bukan mati. Mereka hanya... dibekukan," jawab Aren.

Dan di depan mereka, berdiri seorang lelaki tua dengan jubah putih robek.

"Pendirinya," desis Zereth.

Sosok itu membuka mata.

"Aku bukan pendiri. Aku hanya orang pertama yang percaya dunia ini bisa dibentuk ulang. Dan kini... saatnya kami ambil alih lagi."

Perang tak bisa dihindari. Tapi bukan hanya Aren dan Lira yang akan berdiri di garis depan.

Melainkan seluruh arwah yang pernah percaya bahwa dunia tanpa sistem absolut... adalah mungkin.

Sosok lelaki tua dengan jubah putih itu kini berdiri di hadapan mereka. Di matanya, ada kedalaman yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tanpa berkata apa pun, ia melangkah maju, dan setiap langkahnya membuat tanah di bawahnya bergetar dengan kekuatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Bukan hanya energi fisik yang ia lepaskan, melainkan getaran dari seluruh ingatan yang pernah ada—sebuah kolektif dari segala memori yang tersimpan dalam sistem lama.

Lira merasa dunia sekelilingnya berubah. Bayangan masa lalu, suara-suara yang mengingatkan pada kegagalan dan keruntuhan, mulai bergema di kepalanya. Wajah-wajah yang hilang, suara-suara yang terlupakan, semuanya kembali menyeruak.

"Apa yang kau inginkan, sebenarnya?" tanya Aren dengan tegas, mencoba mempertahankan kendali. "Kau ingin mengembalikan dunia pada keadaan semula? Atau kau hanya ingin mengendalikan ingatan kita?"

Lelaki itu berhenti dan menatap mereka. "Aku tidak bisa mengendalikan ingatan. Aku hanya menciptakan fondasi. Yang lain—mereka yang hilang dalam sistem—hanya mencari tempat untuk kembali. Tempat yang mereka percayai, tempat yang pernah mereka bangun."

"Apa itu artinya kita tak bisa membangun dunia baru? Dunia yang kita inginkan?" Lira menatapnya dengan penuh harap.

Sosok itu terdiam sejenak. "Dunia baru? Kau pikir itu bisa dibentuk hanya dengan kehendak dan cahaya biru? Tidak ada dunia yang bebas dari ingatan, Lira. Ingatan adalah inti dari segala hal. Dan kami adalah ingatan itu."

Aren memandang lelaki itu dengan tajam. "Kau bukan ingatan. Kau hanya sisa-sisa dari kegagalan."

Lelaki tua itu tersenyum tipis. "Jika kalian tidak mampu menerima ingatan, kalian akan terperangkap di dalamnya. Semua yang kalian ciptakan hanya akan menjadi bayangan dari masa lalu yang tidak bisa kalian tinggalkan."

Lihat selengkapnya