Chrono Prisoner

Penulis N
Chapter #15

15

Di luar gua, langit malam kembali menyelimuti mereka. Lira dan Aren berdiri, seakan dunia yang mereka kenal sudah berubah. Mereka baru saja menyaksikan kenyataan yang lebih dalam, seolah sesuatu yang lebih besar sedang mengawasi mereka, menunggu untuk dihadapi.

"Apa yang baru saja terjadi?" tanya Aren, suaranya sedikit gemetar meski dia berusaha tegar.

Lira menatap batu besar yang kini hanya tampak seperti sebuah objek biasa, tak lagi memancarkan cahaya. "Aku... aku tidak tahu. Tapi ada sesuatu yang lebih besar di sini, Aren. Sesuatu yang lebih kuat dari yang kita bayangkan."

Mereka berjalan keluar dari gua, meskipun kekosongan itu terus mengintai di luar sana, mengancam untuk menyelimuti dunia mereka. Keputusan untuk melawan kenyataan dan kegelapan yang ada telah dibuat, tetapi pertarungan ini belum berakhir.

Langit di atas mereka mulai bergolak, seperti alam semesta ini sedang mempersiapkan sesuatu yang besar. Petir tiba-tiba menyambar dari langit, mengoyak kegelapan dan memberikan cahaya yang sementara mengungkapkan pemandangan yang mengerikan. Pemandangan itu adalah bayangan raksasa yang bergerak di kejauhan, menciptakan kekacauan dengan langkah-langkah besarnya.

"Apa itu?" Aren berbisik, matanya penuh ketakutan.

Lira menggenggam tangan Aren lebih erat, berusaha menunjukkan keteguhan. "Kita harus bertarung. Itu bukan sesuatu yang bisa kita biarkan begitu saja."

Bayangan raksasa itu semakin dekat, setiap langkahnya menimbulkan getaran kuat yang membuat tanah di bawah mereka bergetar. Ketika bayangan itu semakin jelas, tampak bahwa itu bukan makhluk biasa, melainkan sesuatu yang terlahir dari kenangan dan kegelapan yang telah terkubur lama.

"Ini adalah ciptaan dari semua bayangan yang kita lupakan," kata Lira dengan suara yang penuh keteguhan. "Setiap ketakutan yang kita hindari, setiap kenangan yang kita lupakan, kini menjadi nyata."

Aren menatap Lira, matanya penuh kebingungan. "Tapi kita sudah mengalahkan Zereth. Kenapa ini bisa terjadi?"

Lira menghela napas panjang. "Zereth hanya bagian kecil dari teka-teki ini. Kegelapan yang kita hadapi sekarang jauh lebih dalam dari itu. Apa yang kita lihat sekarang adalah hasil dari masa lalu yang tidak pernah kita hadapi."

Tanpa memberi waktu untuk berpikir lebih lama, mereka berdua berlari menuju bayangan itu. Setiap langkah mereka terasa lebih berat, seakan dunia ini berusaha menghalangi mereka. Namun, mereka tidak bisa mundur. Tujuan mereka hanya satu: menghadapi kegelapan yang telah membentuk dunia ini.

Semakin mereka mendekati bayangan itu, semakin jelas bahwa itu bukan hanya satu makhluk besar. Itu adalah kombinasi dari berbagai kenangan yang telah hilang, sesuatu yang dibentuk oleh rasa takut dan penyesalan yang telah lama terkubur. Setiap bagian dari bayangan itu adalah potongan-potongan dunia yang telah mereka tinggalkan di belakang.

Lira dan Aren berhenti sejenak di hadapan bayangan itu, menatapnya dengan penuh tekad. "Kita harus menghancurkannya. Tidak ada jalan lain."

Tiba-tiba, bayangan itu bergerak lebih cepat, melesat menuju mereka dengan kekuatan yang luar biasa. Lira dan Aren saling berpandangan dan tahu bahwa ini adalah ujian terakhir mereka.

Mereka mengumpulkan segala kekuatan yang mereka miliki, bersiap untuk pertempuran yang akan menentukan nasib dunia ini. Tetapi sebelum mereka bisa bergerak, bayangan itu berbicara, suaranya seperti bisikan dari kedalaman yang jauh.

"Kenapa kalian bertarung? Apa yang akan kalian selamatkan?" suara itu bergema di udara, mengguncang hati mereka.

Lira menarik napas dalam-dalam, suara di dalam dirinya seolah memberikan kekuatan yang tak terlihat. "Kami bertarung karena ini adalah takdir kami. Kami tidak akan membiarkan kegelapan ini menelan segalanya."

Aren mengangguk, matanya penuh keyakinan. "Kami akan menghadapinya, apapun risikonya."

Dengan itu, mereka melompat ke arah bayangan itu, tubuh mereka bergerak dengan cepat, melawan kekuatan gelap yang menghalangi. Setiap serangan yang mereka lancarkan menyentuh bayangan itu, memecahnya menjadi serpihan kenangan yang berhamburan.

Namun, meskipun bayangan itu hancur, bayangan lainnya segera muncul, semakin kuat dan lebih banyak. Seperti tak ada habisnya, bayangan-bayangan itu menggulung mereka dengan kekuatan yang luar biasa.

Lira dan Aren semakin kewalahan. Namun, mereka tidak menyerah. Mereka tahu, hanya dengan menghadapinya, mereka dapat memutuskan rantai kegelapan ini. Dan hanya dengan itu, mereka bisa menemukan kunci untuk menghentikan semuanya.

"Ini belum berakhir," Lira berteriak, mata penuh api semangat.

Aren mengangkat pedangnya, siap untuk berjuang lebih keras. "Kita tidak akan mundur!"

Kegelapan ini akan hancur, dan dunia mereka akan kembali terbebas. Tapi mereka tahu, tantangan yang lebih besar masih menanti.

Serpihan bayangan yang sebelumnya terpecah kini terhimpun kembali dengan cepat, membentuk makhluk-makhluk baru yang lebih kuat dan lebih banyak. Keadaan semakin mencekam saat bayangan-bayangan itu berputar, mengelilingi Lira dan Aren. Tidak ada tempat untuk mundur. Mereka terjebak dalam lingkaran kegelapan yang tak berujung.

"Aren!" Lira berteriak, menarik perhatian pemuda itu. "Kita tidak bisa melawan mereka satu per satu! Ini lebih dari sekadar kekuatan fisik."

Aren mengangguk, napasnya terengah-engah, tetapi matanya tetap fokus. "Apa yang harus kita lakukan?"

Lira menatap bayangan yang terus berputar di sekitar mereka. "Kita harus memanggil kenangan kita, yang telah lama terkubur. Jika ini semua berasal dari kenangan yang terlupakan, mungkin kita bisa menghancurkannya dengan memanggil kembali kebenaran yang tersembunyi."

"Apa maksudmu?" tanya Aren, kebingungan.

"Kenangan," jawab Lira, "yang kita lupakan. Rasa takut kita, penyesalan kita, semua hal yang kita sembunyikan. Kita harus menghadapi semuanya, bukan dengan kekuatan, tetapi dengan kesadaran akan apa yang telah kita lewati."

Seketika, ingatan-ingatan masa lalu Lira mulai kembali, melintas begitu cepat di hadapannya. Kenangan tentang orang tuanya, tentang kampung halaman yang telah lama hilang, tentang keputusan-keputusan sulit yang pernah ia ambil. Ia merasakan setiap emosi itu mengalir kembali, membanjiri dirinya dengan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Lihat selengkapnya