Langkah Riven semakin mantap saat ia menapaki dunia yang terhampar di depannya. Dunia itu seakan memanggilnya, mengundangnya untuk mengungkap lebih banyak misteri yang tersembunyi. Di setiap langkah yang ia ambil, rasanya ada kekuatan yang semakin menguatkan tekadnya. Setiap bayangan yang datang menyapanya justru terasa semakin nyata, seolah membimbingnya ke arah yang tak bisa ia hindari.
Di depan Riven, sosok yang semakin jelas itu kini mengungkapkan dirinya. Ia mengenakan jubah panjang yang terbuat dari material transparan, hampir seperti kabut yang menyelimuti tubuhnya. Meskipun sosok itu tampak tak berbentuk, Riven bisa merasakan adanya kehadiran yang kuat, seakan sosok tersebut bukan hanya seorang penunggu, tetapi juga seorang pengawas, penjaga dunia ini.
"Riven," suara sosok itu terdengar lebih lembut, lebih dalam, tetapi terasa sangat akrab, hampir seperti suara yang pernah ia dengar sebelumnya—dari dalam pikirannya. "Kamu telah datang sejauh ini. Tetapi perjalananmu baru dimulai. Apa yang kamu temui di sini adalah cerminan dari dirimu sendiri, perjalananmu, dan pilihan-pilihan yang akan datang."
Riven berhenti sejenak, meresapi setiap kata yang diucapkan. Setiap kalimat terdengar seperti teka-teki yang harus ia pecahkan, sebuah kunci yang perlu ditemukan untuk membuka jalan lebih jauh.
"Aku tahu," jawab Riven, suara yang tegas keluar dari bibirnya, meskipun ada sedikit kebingungan yang terpendam di baliknya. "Aku datang untuk mencari jawaban, untuk memahami diriku, takdirku. Tapi... apakah ini hanya sebuah ujian? Apakah aku benar-benar siap untuk apa yang akan datang?"
Sosok itu mengangguk perlahan, meskipun tidak tampak jelas gerakannya. "Ini bukan tentang kesiapanmu, Riven. Ini tentang menerima ketidakpastian, tentang membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak terhitung jumlahnya. Takdir bukanlah sebuah garis lurus yang dapat kamu ikuti. Takdir adalah rangkaian keputusan yang kamu buat, dan setiap keputusan itu membuka banyak jalan yang berbeda."
Riven merasa sebuah beban berat mengisi dadanya, tetapi juga ada perasaan ringan yang mengalir bersamaan dengan kata-kata itu. Apa yang telah ia perjuangkan selama ini ternyata lebih dari sekedar pencarian jawaban. Ia berhadapan dengan sebuah konsep yang lebih besar, lebih kompleks.
"Bagaimana aku bisa memilih jalan yang benar?" Riven bertanya, meskipun ia sudah tahu bahwa tidak ada jawaban yang pasti.
Sosok itu hanya tersenyum, meskipun Riven tidak dapat melihat ekspresinya. "Tidak ada jalan yang benar atau salah, Riven. Ada jalan yang akan membawamu pada pertumbuhan, ada jalan yang akan membawamu pada pemahaman yang lebih dalam tentang dirimu sendiri. Semua itu tergantung pada bagaimana kamu menanggapinya."
Riven menarik napas dalam-dalam. Sejenak, ia hanya berdiri, memandang sosok itu. Semua yang dia hadapi terasa sangat rumit, penuh teka-teki dan ketidakpastian. Namun, seiring dengan semakin dekatnya waktu, ia merasa semakin kuat, semakin mantap dalam keputusan-keputusannya. Mungkin inilah saatnya untuk tidak lagi takut menghadapi ketidakpastian itu.
"Jika tak ada jalan yang benar atau salah," gumamnya, "maka aku akan memilih jalanku sendiri. Aku akan menerima setiap langkah, dan aku akan menghadapinya."
Sosok itu tampak seperti mengangguk setuju. "Itulah pilihan yang paling penting, Riven. Menghadapi segala kemungkinan, menerima apa yang datang, dan tidak pernah berhenti bergerak. Karena hanya dengan bergerak, kamu akan menemukan jawabannya."
Riven memejamkan mata sejenak, merasakan kedamaian yang datang dari kata-kata itu. Ia merasa sebuah kekuatan mengalir dari dalam dirinya. Dalam dirinya, ia mulai merasa lebih siap untuk melangkah maju. Bukan karena ia tahu apa yang akan datang, tetapi karena ia percaya bahwa setiap langkah yang ia ambil, ia akan menemukan jawabannya sendiri.
Ketika ia membuka mata, sosok itu sudah menghilang. Di depannya kini hanya ada jalan terbuka, sebuah lorong yang mengarah ke dalam gelap, namun di dalamnya ada sebuah cahaya yang semakin terang. Riven tahu bahwa ini adalah saat yang tepat. Waktu untuk melangkah ke dalam kegelapan itu, untuk mencari tahu lebih banyak tentang dirinya sendiri, lebih banyak tentang dunia yang menunggunya di luar sana.
Dengan satu langkah mantap, Riven bergerak maju.
Tidak ada lagi ketakutan, hanya sebuah rasa ingin tahu yang membara, dan keyakinan bahwa ia sedang menuju sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang akan mengubah dirinya selamanya.
Dan langkahnya berlanjut, tanpa ragu, tanpa takut.
Langkah Riven membawa dirinya semakin dalam ke dalam lorong cahaya, sebuah jalan yang tampaknya mengarah pada sesuatu yang lebih besar, lebih misterius. Setiap langkah yang ia ambil terasa lebih mantap, seiring dengan perubahan yang mulai ia rasakan dalam dirinya. Dunia yang terbentang di depannya bukanlah dunia yang biasa. Di sini, segala sesuatu terasa lebih hidup, lebih intens, lebih nyata. Setiap bayangan yang bergetar di udara, setiap suara yang mengalun, terasa memiliki arti yang dalam.
Di sepanjang perjalanan, dinding-dinding lorong tampak berkilau dengan cahaya biru yang memancar dari dalamnya. Riven bisa merasakan energi yang mengalir dari dinding itu, seakan memberi petunjuk tentang apa yang akan datang. Sesekali, ia melihat kilatan-kilatan bayangan yang bergerak cepat di sudut matanya, dan ketika ia mencoba menoleh, bayangan itu langsung menghilang. Seperti ada sesuatu yang menunggunya, tetapi ia tidak bisa menangkapnya dengan mudah.
Tak lama kemudian, lorong itu berbelok tajam, mengarah ke sebuah pintu besar yang terbuat dari logam hitam. Pintu itu tampak tak tergerak, seakan menunggu seseorang untuk membukanya. Riven merasa ada sesuatu yang familiar dengan pintu ini, sebuah perasaan bahwa ia telah menemui kunci dari segala pencariannya. Dengan hati yang berdebar, ia mendekat dan memeriksa pintu itu lebih dekat.
Pintu itu tidak memiliki pegangan atau kunci yang terlihat. Hanya ada simbol-simbol kuno yang terukir dengan sangat halus di permukaannya. Riven meraba simbol-simbol itu, merasa seperti ada energi yang mengalir di sepanjang tangannya. Setiap goresan, setiap ukiran, seakan memberi pesan yang harus ia pahami.
"Ini... ini kunci untuk membuka jalan ke depan," bisik Riven pada dirinya sendiri, mencoba memahami arti dari simbol-simbol yang ada di hadapannya.
Tiba-tiba, sebuah suara terdengar di dalam pikirannya. Bukan dari sosok yang ia temui sebelumnya, melainkan suara yang lebih dalam, lebih jauh. Suara itu penuh dengan kebijaksanaan dan kekuatan, tetapi juga ada rasa urgensi yang terasa menggetarkan.
"Riven, apa yang kamu cari bukanlah sesuatu yang akan kamu temui dengan mudah. Kunci itu ada di dalam dirimu sendiri. Temukanlah itu."
Riven terkejut mendengar suara itu. Kunci itu ada dalam dirinya? Apa maksudnya? Namun, sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, suara itu kembali terdengar.