Chrysanthemum

DYAH UTARI, S.Pd.
Chapter #29

Kembali

“Aku kembali. Arti kata kembali adalah balik ke tempat atau keadaan semula. Bisakah kita seperti itu lagi, Fre? Berharap kau tetap menantiku di sana. Aku ingin merengkuhmu lagi. Mendengar setiap kata lembut yang berusaha menjernihkan keadaan dan mengungkap apa yang belum kau ungkap. Aku akan mendengarkannya dengan tenang.” (RAFFA)

Raffa melajukan mobil meninggalkan kota. Meskipun pamannya memaki, dia akan tetap kembali. Meskipun tidak diakui sebagai keponakan sekalipun, dia akan tetap pulang ke Wilson Arts Senior High School. Frea pasti sedang menanti. Dan sekarang, dengan tenang dia akan mendengarkan penjelasannya. Jika gadis itu tidak mengacuhkan sekalipun, dia akan tetap di sisinya sampai mau memaafkan.

Setir dibelokkan ke kiri meninggalkan jalur utama. Gerak dipercepat. Jalan yang dilalui sepi dan meneduhkan. Sepanjang tepiannya, hanya ditumbuhi pepohonan tinggi dengan rimbunan daun hijau yang rantingnya melengkung memayungi jalan. Tidak begitu banyak mobil yang lalu lalang, hanya satu dua, kemudian lengang kembali. Puluhan kilometer masih harus Raffa tempuh. Tubuh menggigil menahan debaran di dada. Perasaan antara senang akan berjumpa dengan pujaan hati dan malu karena kesalahpahaman yang ditimbulkan.  

Jalan masih disuguhi keasrian vegetasi alam. Dari arah berlawanan, mobilnya berpapasan dengan sedan hitam. Kemudian, tidak ada kendaraan lain. Sekarang, dia yang menguasai jalur dan makin menggila dalam memegang kemudi.

Saking cepatnya, Raffa dapat sampai di Wilson Arts Senior High School tanpa memakan waktu yang lama. Gerbang kokoh terkuak lebar seperti mempersilakan masuk. Senyum tersungging di bibir dan makin bersemangat menginjak gas, melunjur, dan berhenti di depan gedung utama. Pintu terbuka dan melihat sang mama—barangkali ada ikatan batin antara ibu dan anak sehingga ibu kandungnya bisa merasakan kepulangannya—tersenyum bahagia. Berlarian ke arahnya. Raffa ditarik ke pelukan hangat tepat setelah keluar dari mobil. Tidak dia duga, seseorang yang amat disayanginya itu menangis.

“Mama sangat rindu, Raf,” kata Mama sesenggukan dengan kedua tangan begitu erat mencengkeram kaus.

“Baru sehari, Ma. Mamaku lebih cantik ketika tersenyum,” ledek Raffa menghapus kesuraman di wajah sang mama dengan usapan lembut.

Lihat selengkapnya