Cin-Cin di Ujung Lorong

Mahtawati Purba
Chapter #1

1.Rutinitas Arga Setiap Hari

Cincin di ujung lorong

1.Rutinitas Arga Setiap Hari

           Tepat pukul 04.00 wib suara ibu Siti sudah terdengar gaduh di rumah petak yang berukuran kurang lebih 6x9 meter dengan ruangan sempit yang terbagi-bagi menjadi beberapa bagian. Arga seakan tidak mau mendengar ocehan sang bunda. Pak Ikhsan mencoba menanggapi dengan tenang keributan pagi itu dengan tetap duduk santai berlapiskan tikar dan sajadah serta perlengkapan untuk sholat. Ibu Siti segera menarik bantal yang sengaja ditutupkan ditelinga Arga untuk menghindari ocehan sang bunda pada pagi itu. Bantal yang ditarik sang bunda membuat Arga setengah terjatuh kelantai. Arga pun terpaksa terduduk dengan mata yang masih tertutup dan sedikit memelas.

Ibu kan masih subuh

Seru Arga dengan nada lirih dan mengusap-usap wajahnya dengan tangan untuk menghindari kantuk. Arga pun sempoyongan pagi itu menuju kamar mandi untuk cuci muka dan mengambil air wudhu untuk sholat subuh. Maklum saja Arga lembur tadi malam mengerjakan tugas prakarya ditambah dengan PR fisika yang lumayan banyak dari pak Hurtman. Seorang guru kiler dan menakutkan di sekolah Arga yang tidak pernah sungkan-sungkan memukul bahkan menendang anak-anak yang menurutnya kurang ajar dan tidak bisa diajari.

            Karena menyelesaikan tugas ini Arga harus rela melek sampai jam 01.00 dini hari. Arga tidak habis pikir jika ke dua PR ini tidak selesai, mengingat keduanya sama-sama penting untuk dituntaskan hari itu juga. Seperti biasa setiap paginya habis sholat subuh Arga akan bergegas mempersiapkan segala kebutuhan sang bunda. Mencuci piring kemudian menyusunnya dan mengangkat panci dan menata piring serta merapikannya dalam gerobak. Arga harus cepat dan sigap membantu sang bunda. Ayah Arga sendiri memang tidak diperbolehkan Arga lagi mengerjakan tugas itu karena merasa ayah sudah cukup lelah dengan pekerjaannya sehari-hari. Tugas sang Ayah diambil alih oleh Arga. Sehari-hari Arga sibuk sekali mempersiapkan keperluan sang bunda untuk berjualan nasi lemak. Setiap pagi Arga harus mendorong gerobak sang bunda ke pasar yang berjarak kurang lebih 1 km dari rumah. Gerobak sang bunda harus sampai minimal jam 6 pagi. Jika tidak, maka lapak akan di ambil alih orang lain. Maklum sang bunda belum mampu membeli lapak tetap yang di sewakan pihak pasar. Terpaksa Arga harus bangun cepat untuk mencari lapak buat sang bunda untuk berjualan nasi lemak. Keringat bercucuran di pagi buta, Arga dengan langkah cepat dan hati-hati mendorong gerobak melewati sepanjang lorong. Maklum lorong sekitaran rumah berbatu-batu. Pernah di janjikan oleh pihak pemerintah setempat untuk perbaikan jalan di sekitar lorong tapi nyatanya sampai sekarang lorong dekat rumah mereka belum diperbaiki. Penerangan sepanjang lorong bisa dikatakan minim sekali hanya lampu rumah yang memberikan sinar di sekitar jalanan lorong. Dengan keadaan itu Arga harus tahu melewati setiap lubang dan batu-batuan dengan baik, jika tidak maka gerobak akan terjungkal dan jatuh ke parit. Setelah berjuang mendorong gerobak, akhirnya sampai di pasar, Argapun segera mencari lapak untuk berjualan. Ada memang lapak yang di sediakan khusus untuk pedagang yang tidak mampu oleh pihak pasar. Jadi sipemakai hanya dipungut uang kebersihan setiap bulannya. Tapi gerobak-gerobak tersebut tidak diperbolehkan menginap atau bermalam di pasar karena pasar harus dibersihkan setiap harinya jika pasar sudah tidak beroperasi lagi. Lapak yang dicari harus strategis dan dapat menjangkau pembeli yang hendak berbelanja di pasar. Tepat pukul 5.00 pagi tadi gerobakpun sudah tiba di pasar, Arga dengan sigap mengemasi panci dan piring yang ada di gerobak.

            Sang bunda memang datang belakangan setelah Arga, karena sang bunda harus kemas-kemas dulu segala peralatan dan perlengkapan serta mempersiapkan sarapan dan makan siang. Setelah beres maka sang bunda akan menyusul Arga ke pasar. Ada sekitar satu jam Arga menunggu sang bunda di pasar. Terkadang Arga mengambil alih pekerjaan sang bunda yakni melayani pembeli di pasar apabila ada orang-orang yang menyambangi gerobak mereka untuk serapan pagi. Jam yang tepat untuk mengisi perut dengan sepiring nasi dan segelas teh hangat bagi warga pasar yang sudah melek dari jam 1.00 dini hari. Arga cukup lihai dalam melayani pembeli. Arga sudah di ajari oleh sang bunda dalam berjualan dan memberi takaran pada setiap sendokan nasi dan lauknya. Ibu-ibu di pasar juga sudah banyak yang mengenal Arga, mereka sering berseloro dengan Arga sambil membeli dagangan Arga. Ada ibu Sutini penjual cabe dan tomat yang selalu datang menghampiri gerobak Arga. Bu Sutini memiliki perawakan gemuk bak gajah, tapi bu Sutini sangat ramah dan baik kepada Arga sekeluarga. Setiap pagi bu Sutini selalu membeli nasi lemak Arga dengan porsi jumbo. Menurut bu Sutini nasi lemak bu Siti sangat maknyoss apalagi di layani sama Arga. Bu Sutini pernah berkilah sewaktu silaturahmi lebaran kerumah, kalau Arga sangat cocok dengan anaknya Marwah. Bu Sutini juga pernah meminta pak Ikhsan dan bu Siti supaya menjodohkan keduanya. Menurut bu Sutini Arga sangat cocok dijadikan menantu baginya karena rajin dan pekerja keras. Arga tidak pernah canggung menanggapi pernyataan dan rayuan bu Sutini, Arga cukup bijak menanggapi seloro yang sering dilontarkan bu Sutini . Bisa dikatakan bu Sutini dan Arga adalah best friend jika di pasar. Bu Sutini juga akan menegur orang-orang yang nakal dan mengganggu Arga dan sekeluarga. Maklum suami bu Sutini adalah penjaga keamanan di pasar jadi cukup di segani oleh pihak pasar.

           Pagi itu Arga sedang menunggu sang bunda ke pasar, tidak seperti biasanya sang bunda terlambat 10 menit. Sementara Arga harus segera meninggalkan pasar untuk segera kembali kerumah. Arga mulai cemas dan bertanya ada apa dengan sang bunda. Apakah sedang terjadi sesuatu di rumah atau di jalan? Sambil merenung dan sedikit khawatir, tiba-tiba sang bunda mengejutkan Arga yang sedang bengong melihat jalan.

“Kring…kring” suara klakson sepeda sang bunda dari arah yang berbeda.

Arga sangat terkejut. “ Bunda!…hehhhhh, Jantungku mau copot bunda” seru Arga.

Arga, jangan suka melamun masih pagi nanti rezeki di patuk ayam” seru sang bunda. Seolah-olah lupa kejadian tadi pagi dimana bunda telah dibuat kesal oleh Arga.

“ Bunda kog rezeki dipatuk ayam?Apakah ada hubungannya dengan melamun ya bunda?”

Ibu Siti hanya tertawa terpingkal-pingkal melihat ekspresi sang anak yang kaget bukan karuan saat mendengar suara klakson sepeda dari arah yang berbeda.

” O ya bun mengapa lewatnya dari seberang pasar?”

“Tadi di jalanan depan lorong kita lagi ada tabrakan antara mobil dan truck” jawab bu Siti. Arga pun langsung menyambar kata-kata sang bunda dengan nada penasaran.

Lihat selengkapnya