Di tengah malam yang dingin, tangis seorang bayi memecah keheningan rumah bersalin. Ia baru saja datang ke dunia membawa tangis yang manja.
"Cup cup cup ..., Sayang, Sayang. Ini Mama, Nak," ucap seorang wanita yang matanya terlihat sayu, Eli.
Tubuhnya masih terbaring lemah di atas ranjang putih, dahinya masih dibasahi keringat dan napasnya masih ngos-ngosan. Tapi, nada bicaranya menampakkan kalau ia sangat senang juga antusias mendapati bayinya yang sudah berhenti menangis setelah ia susui. Sudut bibirnya tak henti-hentinya ia tarik ke atas. Sesekali air mata menetes dari sudut netranya yang cemerlang.
Dokter dan perawatnya telah melaksanakan tugas dengan baik. Usai membantu Eli melahirkan, membersihkan si kecil, dan membedongnya, tugas selanjutnya adalah mempersiapkan box bayi.
"Selamat, ya. Bayinya sehat dan juga cantik," puji seorang wanita berjas putih, "Apa Bapak dan Ibu sudah punya nama?"
Eli melirik ke arah lelaki yang tengah duduk di sebelah ranjangnya, Robert. Lelaki berkulit putih dan berhidung mancung.
"Gimana, Pa? Yang nama kemarin atau diganti?"