Bening tersenyum mengenang bagaimana pertama kali mereka bertemu hingga menjalin cinta. Semua berjalan cepat, tapi begitu melekat dalam pikiran. Tiga bulan lebih mereka menjalin cinta dan semua tetap sama. Kevin tetap menjadi orang yang sama, begitu pun Bening. Riak-riak kecil sering terjadi. Cemburu yang berujung pertengkaran, rindu yang juga mengundang pertengkaran sudah menjadi hal lumrah bagi mereka. Nyatanya ketika salah satu dari mereka menyatakan rindu, semua selesai dengan sendiri.
Tok tok
Bening terkejut.
"Ya Tuhan!" Bening berlari menuju pintu. Kevin pasti sudah ada di depan pintu. Bukankah tadi janjinya dua jam lagi? Lalu ini ...?
"Ha ... kamu belum mandi?" Bening meringis dan mengangguk.
"Ngapain aja kamu?" Kevin memasuki rumah Bening. Keningnya berkerut menatap isi rumah yang berantakkan.
"Aku mandi dulu, ya?" Bening melenggang ke kamar mandi dengan kimono mandi tersampir di bahu.
Kevin tetap berdiri berkacak pinggang menatap sekitar. Sepatu dan tas yang diletakkan begitu saja di meja. Bantal dan selimut yang sudah di lantai dan meja rias yang berantakkan.
"Aku panggil orang buat beres-beres, ya?" tanya Kevin sedikit berteriak ke arah kamar mandi.
"Nggak usah! Nanti aku beresin!" jawab Bening yang juga sedikit berteriak.
"Kebiasaan kamu, nih!"
Terdengar Bening yang hanya terkekeh dari dalam kamar mandi.
Satu jam kemudian Bening sudah segar dengan kaus putih polos dan jeans biru. Kevin menatapnya tak berkedip.
"Gitu doang?"
Bening balik menatapnya. "Emang mau gimana?" Kevin menghela napas kasar.
"Kamu kenapa?" Bening mendekat. Jemarinya meraba pipi dengan cambang halus milik sang kekasih. Bening sangat hapal. Beban kerja dan urusan bisnis memang sering membuat suasana hati Kevin buruk. Bukan hanya sekali.
"Entahlah! Lagi banyak pikiran." Kevin meremas jemari Bening dan mengecupnya sekilas.
"Tapi masih mikirin aku, 'kan?" Bening menaikkan alisnya, menggoda.
"Huum." Kevin beringsut menuju pintu.
"Aku tunggu di mobil!" Bening manyun. Sepertinya kali ini masalahnya sangat serius.
"Oh, ya, pakai dress biru yang kubelikan di Singapura kemarin! Sepatu ... pakai yang hitam. Tinggi!"
Bening termenung. Selalu begitu. Kevin akan meminta Bening berdandan sesuai permintaannya. Masalah? Tentu saja tidak. Karena selama ini memang Kevin membelikan semua hal yang akan dikenakan Bening.
Gadis itu kembali ke kamar. Matanya tertegun menatap deretan gaun mewah dan mahal yang nyaris memenuhi lemarinya. Ada deretan sepatu mahal dari berbagai model dan warna di sebelah lemari. Barang-barang mewah dan bermerk itu tak pernah diminta Bening. Kevin memberikannya sendiri. Bahkan kadang tanpa sepengetahuan gadis itu.
---
"Kok make-up kamu agak berantakkan, sih?" Kevin mengusap kening Bening dan memperhatikan riasan sang kekasih dengan seksama. "Ada jerawatnya juga," lanjut Kevin mengusap belahan dagu Bening. Gadis itu hanya memanyunkan bibir.