3. Party
🌹🌹🌹
Bening bangun dengan mata sembap dan tubuh pegal. Matanya menyipit, menahan sinar matahari yang menerobos dari jendela kamar. Dia bangkit dan menuju jendela. Gadis itu terpekik ketika mendapati hal mengejutkan di bawah jendela.
"Kevib? Kamu ...."
"Selamat pagi, Sayang." Kevin menggeliat dan menepuk tubuhnya yang sedikit kotor. Lelaki itu tersenyum pada sang kekasih yang masih mematung tak percaya.
"Kamu tidur di situ semalaman?" tanya Bening meyakinkan.
"Ehm ... nggak, kok. Aku cuma jagain kamu, hehe."
"Kamu, tuh, ya!" Bening membuka pintu yang menuju taman samping kamarnya, tempat di mana Kevin berada.
"Ngapain tidur di situ coba?" Bening membersihkan punggung Kevin yang sedikit kotor. Akibat kesibukan beberapa hari ini memang membuat Bening tak sempat membersihkan bangku tamannya.
"Aku pengin suara kamu adalah hal pertama yang kudengar ketika bangun tidur." Kevin meraih jemari Bening dan menempelkannya di dada.Â
Bening merengut. Rupanya kemarahannya semalam masih tersisa. Tepatnya muncul kembali setelah mengendap dalam lelap.
"Maafin aku, ya!" Kevin menunduk menatap wajah sang kekasih.Â
"Didiamkan kamu seperti semalam bikin aku gila dengan tidur di sini. Apa kamu mau bikin aku lebih gila lagi?" Bening menatap mata tajam Kevin. Mata yang tak pernah bosan ditatapnya. Dia melihat keseriusan, rindu, dan cinta di manik kehijauan itu.
"Jangan buatku takut kehilanganmu!" ucap Bening sembari membenamkan wajahnya di dada Kevin. Lelaki itu memeluknya dengan erat dan mengecup puncak kepala gadis itu.
🌹🌹
"Besok malam aku ada acara sama kolega papa dari Jepang dan Kanada. Kamu ikut, ya!" ucap Kevin dengan mulut yang masih penuh dengan makanan. Bening urung menyuap nasi gorengnya.Â
"Besok? Ehm, oke."Â
"Besok aku suruh orang nganter dress dan keperluan kamu lainnya." Kevin meneguk susunya hingga tandas. Dia lantas memperhatikan Bening yang masih sibuk menyendok nasi goreng sosis kesukaannya. Bibirnya melengkungkan senyum.
"Kok bisa sih aku sayang banget sama kamu?" Kevin mengacak rambut Bening yang dicepol sembarangan. Gadis itu tersipu.Â
"Eh, aku pakai dressku sendiri aja, ya? Aku bikin dress kemarin. Bagus, kok." Bening bangkit dan menuju lemarinya. Dia mengeluarkan dress biru muda dengan motif mawar—bunga kesukaannya—yang masih dibungkus plastik.
"Bagus, 'kan?" Bening menempelkan dress itu ke tubuhnya lantas berputar sekali di depan Kevin.Â
"Ehm, kurang seksi, Yang. Kecantikan kamu kurang terpancar." Bening manyun. "Lagian aku sama papa pakai jas hitam semua. Masa kamu pakai biru muda?"
"Kan belt-nya hitam, tas tangannya hitam, hiasan rambutnya hitam, dan sepatunya pun hitam. Ehm ...." Bening meneliti deretan sepatunya yang berjajar. "Yang ini." Bening menunjukkan stiletto hitam pekat pada Kevin.
"Kan itu sudah pernah dipakai, Yang. Lagian kurang tinggi juga."