Cindervelin

Evelyn
Chapter #11

#10 The day

Pisau itu tergeletak di tanah, masih berlumuran darah segar dari seseorang yang wajahnya nampak tidak jelas. Bulu kuduk laki-laki itu berdiri tegak, kakinya tersungkur lemas. Darah itu mengalir dengan derasnya hingga sampai tepat di depan laki-laki itu.

Axel terjingkat dari tempat tidurnya, ia membuka matanya perlahan. Syukurlah ternyata cuma mimpi. Tapi, mimpi itu benar-benar terasa nyata. Kepalanya sekarang terasa sedikit nyut-nyutan.

”Kak... Jangan lupa hari ini kita dateng ke nikahan Kak Agatha,” teriak Sherrina dari lantai bawah.

Axel menyipitkan matanya, mengarahkan pandangannya ke arah jam yang menghiasi dinding kamar yang dipenuhi oleh poster Kobe Bryan di setiap sudut ruangan.

Udah jam 10? Gila gue kebo banget.

Laki-laki itu menggosok kedua matanya perlahan. Masih dengan kepala yang berat sebelah, ia melangkahkan kakinya menuju ke meja makan. Seperti biasa yang ada di ruang makan hanyalah Sherrina dan Bik Inem. Sisanya mungkin masih sibuk dengan urusannya masing-masing.

”Kak btw aku udah terima tawaran Kak Gilang. Kayanya sih bakal seru.”

”Ohh?” Raut wajah Axel yang datar membuat adiknya kebingungan.

”Kenapa kak? Cuma buang-buang waktu ya ikut acara gituan?”

”Kalau menurutmu oke ya coba aja, kan dari sana juga bisa nambah temen. Cuma ati-ati aja kalau banyak cowok yang modus,” tutur Axel was-was.

Sherrina tertawa lepas. “Hahaha... Kalau itu sih jangan kuatir, cuma kak Cakra yang ada dihati,” jawab gadis itu sambil menunjukan wallpaper ponselnya.

***

Jarum jam tengah menunjukan pukul tiga sore. Sherrina bergegas untuk mencari baju yang akan dipakainya nanti. Gadis itu mulai membuka pintu lemarinya dengan gusar, mengeluarkan satu demi baju perlahan.

“Kayanya udah pernah pake yang ini... Yang ini juga udah... Kayanya semua dressnya udah pernah aku pake deh,” ucap Sherrina sambil menghempaskan gaun yang sedang berada di genggamannya.

Matanya terus mencari sampai ia menemukan satu gaun berwarna biru yang mencuri perhatiannya. Gaun itu nampak sederhana namun terkesan mewah, dengan taburan swaroski yang tidak terlalu berlebihan dan kain satin yang menjulur kebelakang.

”Ini sih harusnya oke,” ujar gadis itu melihat pantulan bayangannya di cermin lemarinya.

”Kakkkk!!” teriaknya kencang.

”Apa??” Axel masih asik memainkan ponselnya di kamarnya.

”Sini bentar dong.”

Axel melihat jam di ponselnya dengan seksama. Ini kan masih jam 3? Jangan bilang bocah itu udah siap-siap buat ke pesta.

”Kak? Ini keliatan oke gak?” tanya gadis itu sesekali berputar untuk menunjukan sisi belakang gaun yang dipakainya.

”Iya oke kok,” jawab Axel asal-asalan. Menurutnya kalau cewek cantik pake apapun juga bakal tetap kelihatan cakep kok.

Lihat selengkapnya