Velinda merapikan seragamnya yang terlihat sedikit berantakan. Gadis itu menggenggam tali tas ranselnya erat-erat. Jujur saja sekarang ia merasa sedikit gugup.
Rambut hitam panjangnya yang tergerai ke belakang tertiup oleh kencangnya angin yang berhembus. Gadis itu lagi-lagi mengamati dirinya di depan cermin.
Bibir merah muda yang dilapisi lipgloss tipis, wajah yang terlihat segar setelah dipoles dengan sedikit taburan bedak dan alis yang digambar simetris.”Harusnya udah oke gak sih?” gumamnya dalam hati.
”Sebelum memulai rapat hari ini lebih baik kita kenalan dulu. Kenalin nama gue, Gilang Permana. Kebetulan tahun ini gue dipercaya sebagai ketua di acara Malam Kesenian Fajar Cahaya,” ujar laki-laki berkulit sawo matang itu dengan suara yang sangat lantang.
”Gak usah tegang-tegang. Setelah briefing singkat. Kalian dipersilakan buat rapat bersama koordinator kalian masing-masing.”
Velinda memperhatikan Gilang yang sedang menjabarkan mengenai acara yang akan diselenggarakan dua bulan lagi. Ia mencatat hal yang menurutnya penting di dalam buku notes bergambar karakter boyband favoritnya, Sesekali gadis itu mengalihkan pandangannya ke arah samping. Lagi-lagi ia masih berharap akan bertemu dengan seseorang yang dikenalnya. Namun, ternyata ia tidak menemukan satu orangpun yang setidaknya pernah ia kenal sebelumnya.
”Sampai di sini rapat hari ini ada yang mau ditanyakan?” ujar Aldo, sang koordinator acara itu tersenyum ke arah anak-anak acara lainnya.
”Kak, jadinya pembukaan audisi Fajar Got Talent kapan ya?” tanya seorang gadis dengan suara lembut. Velinda menoleh ke sumber suara itu. Wajah gadis di depannya benar-benar cantik natural. Dengan wajah yang kecil, kulit putih langsat dan mata cokelatnya hampir membuat semua wanita yang melihatnya merasa iri dengan proporsi wajahnya.
Aldo mengangkat alisnya sebelah. “Itu... rencananya sih dua minggu dari sekarang kalau semuanya berjalan lancar. Minggu depan kita udah mulai announce audisinya... Ohh ya nama,u Sherrina ya?” tanya Aldo tersenyum genit.
”Iya kak!” seru Sherrina yang juga menyunggingkan senyumnya.
Velinda melihat pemandanganan itu sambil menopangkan tangan kanannya di bawah dagunya, ia seperti menyaksikan predator yang sedang mengintai mangsanya. Yang satu terlihat sangat lugu dan yang satu jelas-jelas terlihat buaya. Cewek ini bener-bener gak tahu tanda-tanda bahaya ya? Tapi tunggu dulu...Sherrina?...Dia bukannya adeknya Axel ya?
Melihat dari kemiripan wajahnya, mereka harusnya memang bersaudara.
"Semua boleh pulang… kalau ada yang mau ditanyakan bisa langsung kontak aku aja ya. See you next week!" ujar Aldo memperhatikan wajah Sherrina sambil tersenyum penuh arti sebelum meninggalkan kursi yang ditempatinya.
Dengan cekatan, Velinda membersihkan tepak pensil terletak di atas meja lipat, ia melirik jam tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul tiga sore. Hari ini adalah jadwal Cloudly untuk live streaming mempromosikan album terbaru mereka. Gadis itu tidak boleh sampai ketinggalan. Ketika ia beranjak dari kursi, matanya bertatapan dengan Sherrina.
”Sherr...” ucap Velinda memberanikan diri untuk memanggil gadis itu.
”Ya, Kak?” jawab Sherrina masih mengembangkan senyum di wajahnya. Sepertinya gadis ini selalu tersenyum setiap saat.
”Kamu adeknya Axel ya?” tanyanya ragu.
”Loh kakak kok tahu?”
”Tadi Axel bilang, kalau udah selesai rapat lo langsung suruh telfon dia,” terang Velinda mendekap notes yang ada di tangannya.
”Makasih kak, btw itu notes kakak tadi itu edisi cloudy ya?” tanya gadis itu menunjuk buku tulis yang sedang digenggam Velinda.
***
Dengan gontai, Axel berjalan menyusuri lorong sekolah yang sudah mulai sepi. Audisi untuk menjadi bagian dari tim inti di ekskul basket sebenarnya telah dilakukan minggu lalu. Namun, hari itu bertepatan dengan jadwalnya untuk berkonsultasi ke psikiater. Ia sudah mendaftarkan namanya minggu lalu, semoga hari ini masih ada kesempatan untuk melakukan susulan audisi. SMA Fajar Cahaya cukup terkenal dengan tim basket yang handal. Axel sangat ingin bergabung ke dalam tim inti.
”Kak...” ujar Axel kepada seniornya yang sedang berada di ujung lapangan.
”Ya?” jawab laki-laki itu dingin.
”Kemarin kan waktunya audisi tapi saya gak bisa datang karena ada urusan kalau sekarang audisi bisa gak?” tutur Axel.