”Jadi... gimana?” ujar laki-laki paruh bayah itu membenarkan dasinya yang agak melenceng.
”Gimana apanya Pak Wijaya?” balas laki-laki di depannya dengan muka penuh tanya.
”Deal kita yang kemarin itu loh...” balas laki-laki itu santai.
”Saya gak ngerti pak...”
”Kan bapak udah janji mau ngasih proyek itu ke saya?” Suara Pak Wijaya kini mulai meninggi.
”Ohh... Tapi saya masih harus diskusi sama pemegang saham lain, Pak. Gak bisa asal setuju aja.”
”...Bapak mau berapa sih?”
”Bapak... tahu saya siapa kan? Saya gak butuh uang Pak,” balas Pak Surya berbalik mengambil jas yang tergantung di atas kursi dan beranjak untuk keluar dari ruangan.
Bapak Wijaya menendang kursi di depannya dengan keras menghela napas dengan gusar. “Sial! Harus pake cara apa lagi kalau cara ini gak berhasil juga.”
***
”Pa, kok udah dateng?” tanya Pamela melihat ayahnya membuka pintu rumah, kebetulan ia sedang mengambil teh dan sandwitch untuk dibawa ke kamarnya sebagai teman belajarnya.
“Iya nih... Tendernya udah kelar kok. Cuma tinggal nentuin pilihan aja. Dan papa kan cuma dateng sebagai delegasi, semua keputusan ditangan presdir,” jawab Ayahnya dengan raut wajah kelelahan.
”Ya udah papa istirahat dulu aja. Mama lagi nonton drama korea di atas. Jadi, jangan kaget kalau buka kamar terus ngeliat mama nangis sesengukan,” balas Pamela melangkahkan kakinya menaiki anak tangga sambil membawa nampan berisi makanan dan minuman untuk dirinya sendiri.
***
”Woi!” seru Dirga dari kejauhan. Axel membalas sapaan dari orang yang telah menganggapnya sebagai teman baiknya sejak pertemuan di taman bermain itu.
“Kenapa? Lo masih gak nyerah nawarin gue buat daftar audisi?” tebak Axel to the point.
”Kalau lo mah gak usah audisi, langsung auto masuk deh!” jawab Dirga.
”Yee! Gue masih mikir-mikir dulu kali.”
”Jangan kelamaan mikir ntar jadi basi,” ujar Dirga menepuk lengan Axel.
”Lo ngapain pegang-pegang! Jauh-jauh dari gue,” respon Axel nyolot.
”Weits! Galak bener, mentang-mentang pawangnya belum dateng.”
Dirga menyipitkan matanya, ia melihat Velinda sedang berjalan dari arah koridor menuju ke kelasnya.
”Vel!!” teriaknya dengan sekuat tenaga.
Gadis itu menoleh untuk mencari sumber suara yang memanggil namanya.
”Wah! Baru diomongin pawangnya udah dateng,” ucap Dirga melirik Axel yang mematung. Ucapan itu berhasil mendapat balasan berupa tendangan yang cukup keras di lutut Dirga.
”Ngaco mulu lo!”
”Santai bro santai, kalau diinget-inget lo lucu juga ya bro.”
Bulu kuduk Axel bergedik saat mendengar kata-kata itu. “Lo itu penyuka sesama jenis ya, Dir?”
”Astaga! Maksud gue perubahan lo dari yang kaku kaya kanebo kering jadi galak kaya ibu-ibu kosan gue pas nagih uang kosan,” balas Dirga ringan.
”Jangan mentang-mentang suara lo bagus terus lo jadi suka teriak-teriak kaya toa, Dir. Ehh...Kalian lagi asik ngobrolin apa nih??” tanya Velinda setelah menyadari keberadaan Axel di hadapannya.
”Lagi ngomongin elo,” jawab Dirga santai.
Axel mendelik mendengar jawaban dari mulut Dirga.
“Hah kok gue?”
”Tadi Axel nanya siapa yang gue panggil, gue bilang kalau orang itu lo.”
”Ohh...” jawab Velinda menganggukan kepalanya.
”Btw lo abis dari mana? Kok bawa-bawa proposal segala,” ucapnya saat melihat gadis itu sedang memegang map digenggamannya.
”Ini tadi Kak Gilang abis manggil gue buat ngajuin proposal ke bagian kesiswaan. Gue disuruh ngelengkapi data-data yang kurang.”
”Ohh pantes lo senyam senyum kaya orang gila ternyata abis ketemu Kak Gilang toh.”
Alis Velinda bertautan saat mendengar apa yang dikatakan Dirga barusan. Buru-buru ia menginjak kaki laki-laki yang berada dihadapannya itu.
”Aw! Sakit tau! Gue cuma bercanda lagian ish. Dasar pasangan bar-bar,” ledeknya kepada dua orang dihadapannya itu.
Velinda mengerdikkan bahunya. “Gak usah didengerin... dia kalau ngomong suka ngaco,” bisiknya kepada Axel.
”Ohh ya. Lo udah ada list nama pengisi acara yang fix gak? Gue udah ditagih-tagih sama Kak Gilang loh.”
”Udah cuma tinggal nunggu satu orang...”
”Siapa?” tanya Axel ikut nimbrung dalam pembicaraan.
”Lo!” teriak Dirga keras-keras.
”Ya udah deh gue mau.”
“Loh? Kok tiba-tiba lo...?”
“Ya daripada proposalnya ga bisa naik gara-gara nungguin gue doang?”