Valdi Membeli sebuah popcorn ukuran large. Saat ini ia ada di sebuah bioskop, tadi ia sudah membeli dua lembar tiket film The Perfect Love. Valdi berjalan menuju sofa yang ada di dekat teater dua. Laki-laki itu menyerahkan popcorn yang tadi ia beli ke seorang gadis yang masih memakai seragam SMA.
Di pintu masuk Datra dan Arin berjalan sambil bergandengan tangan. Mereka berdiri di depan poster film yang sengaja di pajang.
"Kamu mau nonton apa?" tanya Datra.
Arin melihat satu persatu film di hadapannya. "Gimana kalau Rumah Lama."
"Mmm... itu kan film horor." Meskipun bertubuh kekar karena sering ketempat fitnes tapi Datra adalah pria yang penakut. Jangankan untuk nonton film horor, untuk pergi ke kamar mandi tengah malam saja ia pasti akan membangunkan kakaknya.
"Ya udah The Perfect Love aja," kata Arin sedikit terpaksa sebenarnya ia paling benci film romantis. Arin lebih suka film horor, action dan trhiller.
"Nah gitu dong." Datra lalu jalan meninggalkan Arin. Ia berdiri di belakang orang-orang yang sedang mengantre untuk membeli tiket.
Arin berjalan perlahan sambil melihat satu persatu poster film di hadapannya. Matanya lalu menjelajah melihat kesegala penjuru ruang tunggu. Arin tersentak alisnya mengkerut apa yang ia lihat membuatnya sedikit terkejut. Gadis itu mengerjapkan matanya mungkin ia salah lihat. Ah tapi tidak, matanya masih berfungsi dengan baik. Ia lihat Valdi sedang di samping Fara.
Arin sedikit bersembunyi di balik tembok. Tapi kenapa ia harus bersembunyi seolah dirinya yang salah. Arin melihat ada sesuatu yang janggal dengan tingkah Valdi dan Fara. Mereka berdua terlihat mengobrol sambil sesekali tertawa. Belum lagi mereka makan popcorn bersama dan yang lebih herannya lagi Arin melihat Valdi mengusap usap bagian atas kepala Fara.
Mungkinkah mereka berselingkuh. Huuufff... Arin menghembuskan napasnya. Ia lalu mengeluarkan ponsel dan memfoto Valdi dan Fara secara diam-diam. Gadis dengan potonga rambut bob itu lalu berjalan menghampiri Datra yang sedang berdiri di belakang orang lain.
"Kita gak usah nonton ya."
"Loh kenapa?"
"Mmm... kita karaokean aja. Udah lama kan kita gak jadi Anang Ashanty KW." Arin menarik lengan Datra yang pasrah saja. Gadis itu membawa pacarnya menuju tempat karaoke milik Inul Daratista seorang pedangdut papan atas indonesia.
===
Malam hari Mala sedang duduk di atas kasurnya. Jangan pernah bayangkan kalau kamar mala penuh dengan warna pink dan terdapat banyak boneka di atas kasurnya. Itu semua sama sekali tidak cocok dengan karakter Mala. Kamar Qimala Hanindya di dominasi oleh warna monokrom, hitam dan putih. Hanya ada satu warna kuning mencolok yaitu pada jam dinding.