CINLOV

Frasyahira
Chapter #7

Pasword

Hari minggu jam dua siang Malto sudah duduk di kursi kayu cokelat yang ada di dalam kafe Abnormal Coffee. Ia memilih meja yang berada tepat di sisi tembok kaca bening. Ada secangkir Americano yang baru saja ia pesan. Ia menyeruput kopi itu lalu menatap ke arah luar, memperhatikan beberapa orang berlalu lalang.

Lonceng di pintu masuk kafe berbunyi. Mala baru saja tiba matanya langsung menjelajah mencari teman-temannya. Ia tersenyum kecil ketika melihat Malto melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu menghampiri Malto dan langsung duduk di depannya.

"Baru kita yang dateng?" tanta Mala.

"Memangnya lo gak punya mata. Lo bisa liat sendiri kan."

Mala mendecakan lidahnya. "Baru dateng udah ngajak ribuk."

"Ya lagian lo nanya pertanyaan yang udah jelas jawabannya."

"Gue kan cuma basa basi. Gitu aja ketus banget."

"Tunggu sini," kata Malto lalu ia pergi ke meja barista. Mala menyunggingkan bibirnya ketika Malto sedang memesan sesuatu pada seorang barista. Tidak lama Malto datang ia membawa satu gelas Frappe dingin. "Nih, lo gak suka kopi panas kan."

Dengan ragu Mala menggeser minuman itu ke hadapannya. "Makasih," ucapnya sangat pelan. Malto tahu betul kalau Mala tidak suka kopi panas. Bahkan ketika hujan atau udara dinginpun Mala lebih suka minum kopi yang dingin di bandingkan kopi panas.

"Lo gak di jemput sama Valdi," tanya Malto.

Mala menyipitkan matanya. Ia berusaha menelaah terlebih dahulu pertanyaan Malto sebelum menjawabnya. Ia merasa ada maksud lain dari pertanyaan laki-laki itu. Tapi apa? Mala sama sekali tidak bisa menebak isi pikiran orang yang sudah di kenalnya sejak SMP itu.

"Gue ini cewek mandiri jadi gak perlu di anter jemput."

Malto menyeruput kopinya. "Oh, gue pikir."

"Memangnya lo pikir apa?"

"Gue pikir lo udah di putusin."

"Kenapa juga Valdi harus mutusin gue."

Malto tersenyum, ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Ya karena lo berisik. Lagian gue heran deh kok bisa ya cowok kalem kaya Valdi pacaran sama cewek berisik dan ajaib kaya lo. Lo pake pelet ya. Pasti pake ajian semar mesem, atau pake peletnya Mbah Grondong. Ayo ngaku!"

Mala menggelengkan kepalanya. Ia menatap tajam ke arah Malto. "Orang yang gak pernah jatuh cinta kaya lo gak akan pernah ngerti. Asal lo tau ya, gak perlu pake ajian semar mesem atau mantranya Mbah Grondong. Ini semua tuh karena kekuatan cinta, CINTA!" tegas Mala.

"He, alay siapa bilang gue gak pernah jatuh cinta. Sok tau!" 

"Memangnya pernah? Sama siapa?" 

Malto terdiam jakunnya naik turun karena ia baru saja menelan ludahnya sendiri. Tidak lama Valdi datang ia langsung duduk di samping Mala. Kedatangan Valdi membuat Malto merasa lega, sehingga ia tidak perlu menjawab pertanyaan Mala barusan.

"Fara belum dateng?" tanya Valdi.

"Ini juga cowoknya sama aja. Lo bisa liat sendirikan kalau Fara belum dateng," kata Malto.

Valdi tersenyum seperti biasa ia selalu ramah pada siapapun. "Kenapa sih dia lagi PMS ya."

"Tau! Lagi gak waras dia. Gak usah di tanggepin." ucap Mala.

Valdi tertunduk ia melihat ke layar ponselnya ada sebuah pesan masuk. Dengan cepat Valdi memasukan pasword. Mala yang ada di samping tidak bisa melihat dengan jelas kata apa yang di masukan pada pasword di ponsel Valdi. Valdi lalu meletakan ponsel di atas meja. Ia lihat Mala dan Malto sudah memesan minuman.

"Kalian udah pesen minum ya. Aku haus nih aku pesen minum dulu ya. Oh ya kalian mau cemilan apa?" tanya Valdi ia berdiri dan menatap Mala serta Malto.

"Apa aja terserah kamu," kata Mala.

Valdi pergi menuju meja pelayan. Sementara dengan cepat Mala meraih ponsel Valdi yang tertinggal di atas meja. Mala memasukan pasword beberapa kali namun salah. Ia coba memasukan namanya sendiri hingga tanggal mereka jadian tapi semuanya salah.

"Lo gak tau pasword cowok lo sendiri," ujar Malto yang sejak tadi melihat Mala sibuk memasukan pasword.

"Dari awal pacaran sampai detik ini gue sama dia gak pernah saling cek smartphone kita masing-masing. Karena bagi kita itu adalah wilayah pribadi."

Lihat selengkapnya