CINLOV

Frasyahira
Chapter #8

Meninggalkan Mala Di Sudut Lapangan

Mala terduduk di samping Arin. Mereka berada di taman belakang sekolah. Mala menceritakan soal Whatsapp Valdi yang ia lihat kemarin. Mereka berhenti bicara ketika ada adik kelas yang melintas di dekat mereka.

"Ya ampun La! Itu sih udah jelas banget kalau mereka selingkuh," Arin membuka matanya lebar-lebar.

"Tapi gue butuh bukti yang lebih kuat."

"Qimala Hanindya, please deh! temen biasa tuh gak mungkin kirim chat semesra itu."

"Malto sering kok kirim chat mesra ke gue," kata Mala.

"Ya dia sih memang gak waras kan. Semua cewek juga sering dia gombalin. Terus intinya sekarang lo mau ngapain. Kalau mereka beneran selingkuh itu artinya lo sama Valdi harus putus. Gak ada pilihan lain, lo pastinya gak mau kan di duain."

Mala menghela napasnya. Ia menatap kosong kedepan. Gadis itu tidak tahu apa yang harus ia pikirkan. Bunyi bel masuk mengembalikan kesadarannya. "Udah masuk, nanti aja kita obrolin lagi."

Mala masuk kedalam kelas. Dilihatnya Fara sudah duduk di kursinya. Di belakang Fara, Valdi juga sudah duduk. Pacarnya itu sedang mengobrol dengan Malto. Mala berjalan ke mejanya. Gadis itu sempat melirik ke arah Malto. Di saat yang sama teman sejak SMPnya itu juga melirik ke arah Mala, tatapan mereka bertemu Malto tersenyum kecil lalu mengalihkan tatapannya.

"Lo udah ngerjain PR?" tanya Fara ketika Mala duduk di sampingnya.

"Itu bukan urusan Lo DASAR CEWEK SIALAN!!!"

"La? Lo udah ngerjain PR?" tanya lagi Fara.

Mala tersadar dari khayalannya. Rasanya ia ingin sekali mengucapkan kalimat yang baru saja ia khayalkan. Mala tersenyum manis. "Udah," ucapnya singkat.

"Pagi semuanya. Ayo kita belajar," ucap Pak Bono guru fisika yang selalu ceria. Jam pertama sudah belajar fisika membuat banyak murid merasa malas. Hanya ada beberapa orang saja terlihat semangat. Sementara yang lainnya terlihat malas-malasan.

Jam istirahat dipakai Malto untuk bermain basket bersama Datra dan Zalmi. Remaja itu sedang mendribble bola. Ia menggiringnya lalu memasukan kedalam ring. 

"Poin gue lima belas ya," ucap Malto.

"Lo curang sih. Badan lo jangkung kaya kangkung," kata Datra.

Malto tersenyum ia berusaha mencuri bola dari Zalmi. "Bukan salah gue kan." Malto berlari untuk mengambil bola namun Zalmi sudah terlanjur memasukannya kedalam ring. 

Napas Malto terengah-engah. Ia berhenti sejenak sambil berkacak pinggang. Tatapannya menuju koridor yang ada di depan kelas 10. Ia melihat Mala dan Valdi sedang berjalan berdampingan. Malto mendesis seperti ular. Ia merasa kesal pada Valdi yang ia tahu sudah menduakan Mala. Tapi Malto juga kesal pada Mala yang masih saja berdekatan dengan Valdi, padahal dirinya sudah tahu apa yang dilakukan oleh pacarnya itu.

"Besok kita nonton yuk. Udah lama lo kita berdua gak nonton." Mala menatap Valdi dari samping sambil berjalan pelan.

"Besok ya. Mm... kayaknya gak bisa deh. Soalnya aku harus ikut sama mama aku. Ada saudara yang nikahan jadi aku harus dateng. Lain kali aja ya." Valdi menggaruk hidungnya.

Mata Mala memicing ketika melihat Valdi menggaruk hidungnya. Ia pernah baca di sebuah buku, bahwa salah satu ciri orang berbohong adalah ketika selesai bicara orang itu langsung menggaruk hidungnya. Tapi apakah benar Valdi berbohong. Bisa saja kan hidungnya gatal lalu ia menggaruknya.

"Oh, yaudah gak apa-apa. Lain kali aja." Mala menghembuskan napasnya. Ia berjalan sambil sedikit menundukan kepalanya. Tiba-tiba ia mendengar suara hantaman yang cukup kencang.

Duubbkkk... Mala melihat Valdi oleng dan jatuh ke lantai. Ada sebuah bola basket yang memantul mantul di lantai.

"Ya ampun sory, sory. Lo gak apa-apa kan Val." Malto membantu Valdi berdiri.

Lihat selengkapnya