Malto turun dari sebuah bus umum. Ia berjalan memasuki sebuah kawasan perumahan yang setiap sisi jala utamanya di tumbuhi oleh pepohonan. Laki-laki muda itu berjalan sambil tertunduk. Sesekali kali ia menendang kerikil di atas aspal, tidak ada yang sedang ia pikirkan. Remaja tanggung itu berjalan hanya mengikuti langkah kakinya.
Di persimpangan jalan Mala mendadak menghentikan langkahnya. Ia melihat Malto seperti melihat hantu saja. Di saat yang sama Malto juga melihat Mala. Laki-laki itu seketika menghentikan langkahnya. Ada perasaan canggung di antara mereka. Perdebatan yang kedua orang itu lakukan kemarin di sekolah membuat hubungan mereka menjadi kaku.
Mala mengerjapkan matanya. Mulutnya kelu ada sesuatu yang ingin ia ucapkan namun sulit untuk di katakan. Malto menarik napasnya, ia lalu jalan begitu saja tanpa menghiraukan temannya itu. Mala menghembuskan napasnya suasana tegang yang ia rasakan menghilang ketika Malto pergi dari sana. Gadis itu lalu berjalan di belakang Malto. Jarak mereka agak berjauhan Mala berusaha agar tidak terlalu dekat dengan teman prianya itu.
Ketika berjalan pelan mendadak Malto menghentikan langkahnya, yang membuat Mala juga menghentikan langkahnya. Diam beberapa detik lalu Malto kembali berjalan. Tidak lama laki-laki itu mendadak menghentikan langkahnya lagi, Mala yang terkejut juga langsung menghentikan langkahnya. Gadis itu mengerutkan alisnya. Mala penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Malto.
"Dia tuh ngapain sih?" gumam Mala.
Malto tersenyum penuh kebanggaan. Ia sedang mengerjai teman wanitanya itu. Ia lalu kembali melangkahkan kakinya dengan tenang. Malto tiba-tiba jongkok ia sedang menggoreskan sesuatu di atas aspal. Ia kembali berdiri lalu berjalan. Mala penasaran ia ingin tahu apa yang baru saja di lakukan oleh Malto. Gadis itu berdiri di tempat Malto tadi berjongkok.
"Jelek!" Mala mengerutkan dahinya ia membaca kata yang tadi di tulis oleh Malto.
Gadis itu kembali berjalan di belakang Malto. Tidak lama pria itu kembali berjongkok dan menuliskan sesuatu di atas aspal. Malto berdiri lalu kembali berjalan. Mala berlari kecil ia sudah berdiri tepat di tempat Malto tadi jongkok.
"Cewek alay!"
Mala berkacak pinggang ia mendecakan lidahnya. Gadis itu yakin kalau kata-kata itu di tujukan untuknya.
"To ayo masuk," ucap Valdi ketika melihat Malto sudah ada di depan teras rumahnya. "Kalian bareng?" lanjut Valdi ketika melihat pacarnya berjalan di belakang Malto.
"Enggak! Tadi ketemu di depan." Mala melepaskan sepatunya. Ia lalu masuk ke rumah Valdi. Namun langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Fara sudah ada di ruang tengah sedang menatap ke layar laptop.
"La sini," Fara melambaikan tangannya, ia tersenyum manis seolah dirinya adalah seorang bidadari. "Gue udah ngerjain sebagian nih. Tadi Valdi udah masukan foto-fotonya jadi kita tinggal buat kata-katanya aja," ucap Fara ketika Mala berdiri di dekatnya.
Biasanya jika ada kegiatan belajar kelompok. Pasti yang benar-benar belajar hanya satu atau dua orang saja. Sementara sisanya hanya bermain, bercanda, bahkan ada yang malas-malasan tidak peduli apakah tugasnya itu selesai atau tidak. Begitu juga dengan Malto. Ia hanya duduk di ujung sofa. Tangannya memegang remote dan terus mengganti saluran televisi.
Mala juga begitu, ia duduk satu sofa dengan Malto namun ia duduk di ujung satunya. Gadis itu hanya menatap kelayar ponselnya. Sesekali ia melirik ke arah Valdi dan Fara yang sedang berdiskusi di depan laptop. Aneh! kenapa mereka berdua malah asik sendiri. Seharusnya kan mereka mengajak Mala dan Malto berdiskusi. Tapi mereka malah asik berdiskusi berdua.
"Kita harus tulis apa aja yang di lakuin para remaja di tempat umum. Seperti di taman, mal, kafe sama kaya yang waktu itu kita liat," ucap Fara menentukan isi artikelnya.
Valdi meangguk ia melirik ke arah Mala yang terlihat bete. Valdi merenggangkan tubuhnya. Ia lalu menghampiri pacarnya itu dan duduk di sebelahnya. "Kamu kenapa sih dari tadi diem aja." Valdi lalu menoleh ke arah Malto. "Lo juga To kenapa diem aja. Biasanya lo yang paling berisik. Oh, gue tau kalian lagi berantem ya. Kali ini apa lagi yang kalian debatin? Soal artis? Bintang? Mumi?."
Selama mengenal mereka berdua Valdi tahu kedua orang itu suka memperdebatkan hal yang tidak penting menurutnya. Dan perdebatan itu biasanya akan membuat mereka saling diam meskipun beberapa saat kemudian mereka pasti akan berdebat lagi.