Soto kuning cap Mang Kardun yang ada di jalan Surya Kencana adalah salah satu kuliner paling di cari oleh para pelancong. Letaknya ada di pinggir jalan. Tepatnya di atas pedestrian. Setiap kali makan di sini pasti ada sedikit rasa penyesalan di hati Mala dan Malto. Bukan karena masakannya tidak enak. Tapi karena mereka harus makan di atas pedestrian, yang mana kita tahu pedestrian itu adalah hak pejalan kaki.
"Kapan ya terakhir kali kita kesini?" Mala menambahkan perasan jeruk nipis kedalam soto kuningnya.
"Mmm... lupa. Seinget gue sih, semenjak lo pacaran sama Valdi kita udah gak pernah lagi kesini." Malto memakan cincangan daging ayam yang ada di dalam soto kuning.
"Lo nyindir gue ya?"
Malto meanggukan kepalanya. "Di bumi ini ada dua tipe teman. Pertama teman selalu ada waktu untuk temannya meskipun dia udah punya pasangan. Kedua teman yang lupa dengan temannya ketika dia sudah punya pasangan."
Mala duduk di bangku kayu memanjang. Ia menggeser lututnya untuk lebih dekat dengan Malto. "Menurut lo gue yang pertama atau kedua?"
Laki-laki yang masih menggunakan seragam SMA itu tersenyum. Di menyeruput kuah soto lalu meletakan sendok di atas mangkuk. "Tenang aja lo yang pertama. Meskipun lo punya pacar tapi lo tetap ada waktu buat gue. Makasih ya."
Mala mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia merasa perkataan Malto barusan memiliki makna yang tersembunyi. Kenapa Malto mengucapkan terima kasih padanya. Seumur hidup kenal dengan laki-laki itu, Mala sangat jarang mendengar Malto mengucapkan kata terima kasih. Mala menjilati bibirnya. Ia tidak mengerti kenapa perasaannya mendadak jadi aneh.
Hari sudah sore semilir angin senja berhembus pelan. Dedaunan berguguran ketika angin melayang terbang di sekitar pepohonan. Mala dan Malto berjalan perlahan di atas pedestrian. Di samping kiri mereka terdapat kebun raya bogor.
"Lo tuh kenapa sih gak pernah pacaran. Padahal banyak cewek yang suka sama lo. Dan setahu gue juga lo kayanya sering banget godain cewek-cewek di sekolah." Mala harus sedikit mengangkat wajahnya karena Malto sepuluh centimeter lebih tinggi darinya.
"Karena gue pengen cinlov." Malto memasukan kedua tangannya kedalam saku jaket yang sedang ia kenakan.
"Cinlov? Apa itu?" Mala baru pertama kali dengar kata itu.
"Iya cinlov. Karena cinta pasti love kan. Sementara kalau suka belum tentu cinta atau love. Jadi intinya gue cuma mau pacaran sama cewek yang gue cinta atau love. Bukan sama cewek yang gue suka."
Mala meangguk pelan ia kini sudah mengerti arti kata cinlov. Baru kali ini Malto menjelaskan arti kata aneh yang ia ucapkan. Karena biasanya setiap kali Malto mengucapkan kata-kata aneh pasti orang itu menjelaskannya dengan asal-asalan. Tanpa sadar mereka sudah sampai di sebuah halte, belum sampai satu menit ada bus GoTrans yang berhenti di depan depan mereka.
Mereka berdua naik bus itu. Tidak ada bangku yang kosong terpaksa kedua remaja SMA itu harus berdiri. Mala berdiri di samping Malto kondisi bus lumayan penuh sehingga mereka berdua saling berdempetan. Tubuh Mala menempel di tubuh Malto. Gadis itu menyadarinya ia berusaha menjauh namun tidak bisa.