CINLOV

Frasyahira
Chapter #16

Aku Kangen Banget Sama Kamu

Hari senin pagi sebelum jam pelajaran semuanya terlebih dahulu berbaris di lapangan. Upacara adalah hal yang wajib dilakukan setiap seninnya. Beberapa murid berlarian menuju lapangan entah karena mereka semangat atau takut di hukum jika tidak mengikuti upacara. Sementara beberapa yang lainnya berjalan santai mereka terlihat malas untuk berdiri selama kurang lebih tiga puluh menit di lapangan.

Mala melihat teman-temannya sudah keluar kelas. Ia mencari cari dasi di dalam tasnya. Gadis itu lupa menyimpan dasinya dimana? 

"Dasar gadis ceroboh," Kata Malto yang baru datang. "Nih pake dasi gue." Malto menyerahkan dasi yang melingkar di lehernya.

"Terus lo gimana?" Muka Mala terlihat panik.

"Tenang aja itu urusan gue. Udah sana duluan nanti gue nyusul." 

Mala mengambil dasi milik Malto lalu memakainya. Gadis itu menuju lapangan dan langsung berbaris. Upacara sudah di mulai namun Malto baru datang ia langsung berbaris di samping Mala.

Beberapa orang yang berdiri di dekatnya tertawa pelan. Ada juga yang melihat Malko dengan terheran-heran. Mala merasa ada sesuatu yang aneh. Ia lihat orang-orang di sekitarnya tertawa pelan. Gadis itu lalu menoleh ke arah kanan dan melihat Malto. Alis Mala mengkerut ia lihat Malto memakai dasi anak SD yang berwarna merah. Pantas saja sejak tadi yang lainnya tertawa.

"Lo bercanda ya," kata Mala terheran heran.

Malto menatap ke arah depan. "Yang pentingkan pake dasi."

Ketika upacara berlangsung biasanya ada patroli keliling dari Pak Ramdan, guru kesiswaan. Malto menelan ludahnya ia sedikit panik ketika melihat Pak Ramdan berjalan perlahan ke arahnya. Guru kesiswaan itu mengecek satu persatu kelengkapan seragam para murid. Langkah kakinya berhenti tepat di hadapan Malto. Pak Ramdan melihat dasi SD yang di pakai oleh Malto. Guru itu menarik napasnya sangat dalam. Sedang Malto hanya tersenyum.

"Malto lagi, Malto lagi, selalu kamu." Pak Ramdan kelihatan jengkel. 

Malto tersenyum sok manis. "Yang penting kan Pak pake dasi." 

Pak Ramdan menyentuh kepalanya. "Darah tinggi Bapak bisa kumat, kalau setiap hari ngurusin kelakuan kamu." Pak Ramdan bicara dengan pelan. "Terserah, terserah kamu aja. Hari ini Bapak mau hidup tenang tanpa masalah." Pak Ramdan lalu pergi begitu saja meninggalkan Malto tanpa menghukumnya.

Kipas-kipas dengan topi atau buku adalah kegiatan yang pasti mereka lakukan ketika selesai upacara. Sinar matahari pagi cukup membuat mereka kepanasan. Malto duduk sambil mengipaskan topinya, sementara Mala mengunakan buku tulis.

"Gila lo To guru aja sampe nyerah ngurusin lo." Datra mengangkat satu kaki ke kursi.

Malto tersenyum mendengar ucapan Datra. "Itu artinya iman dia gak kuat. Orang yang ngurusin gue harus punya iman yang kuat. Lo tau sendiri kan gue kaya gimana."

"Pagi semuanya. Ibu sudah punya pemenangnya." Ibu Tujay masuk kedalam kelas dan langsung duduk. "Artikel yang kalian kirim lewat email udah Ibu baca semuanya. Dan Ibu udah tentuin kelompok siapa yang dapat nilai tertinggi."

Semuanya terdiam mereka penasaran dengan hasil dari tugas membuat artikel. Sementara Mala ia terlihat acuh. Gadis itu tidak peduli siapa pemenangnya. 

"Nilai tertinggi di raih oleh kelompok Malto," ucap Ibu Tujay.

Malto, Mala, Fara dan Valdi terdiam. Mereka seakan tidak senang dengan keberhasilan kelompok mereka. Mungkin itu semua karena perselisihan yang sedang terjadi di antara mereka. Teman-teman mereka yang lain terlihat bingung melihat keempat orang itu. Ibu Tujay juga merasakan hal yang sama. Ia melihat keempat orang itu yang tidak menunjukan ekspresi kesenangan.

"Kalian kenapa? Kok kayanya gak seneng jadi juara satu. Padahal hadiahnya tiket nonton GOMFEST."

Mata Malto dan Mala langsung terbelalak mendengarnya. Mereka baru menunjukan mimik wajah senang ketika tahu apa hadiahnya. GOMFEST, adalah singkatan dari Bogor Musik Festival yang akan di adakan hari minggu ini.

"Seneng, seneng kok Bu. Iya kan, iya kan." Malto meangguk angguk dan entah kenapa Mala, Valdi dan Fara juga ikut meangguk. Malto lalu berjalan ke arah ibu Tujay dan mengambil tiket itu. Ia lalu memberikan dua tiket pada Valdi, lalu kembali duduk di kursinya.

Lihat selengkapnya