Pagi hari ini udara terasa dingin. Mala memakai jaket berwarna putih. Ia berjalan perlahan menuju sekolahnya. Sebuah mobil hitam melintas di dekatnya. Mobil itu berhenti tepat di depan gerbang sekolah. Mala melihat Malto keluar dari mobil itu. Gadis itu heran karena biasanya Malto berangkat dengan menggunakan GoTrans. Setelah Malto, Mala melihat seorang gadis keluar dan berdiri di dekat Malto.
Mala mengerutkan dahinya. Ia tidak mengenal siapa gadis itu. Mala baru pertama kali melihatnya. Mala terdiam sejenak ia berpikir siapa sebenarnya gadis itu. Ia lalu kembali jalan menuju gerbang sekolah yang berwarna hijau.
Mala sudah terduduk di kursinya. Ia membuka tas dan mengeluarkan LKS bahasa Inggris. Ia melihat Malto datang sambil tersenyum senyum tidak jelas. Ada apa dengan pria itu sepertinya ia terlihat bahagia. Mala ingin menanyakan siapa sebenarnya gadis yang tadi ia lihat bersama Malto. Namun Mala terdiam ia menunggu Malto untuk memberitahunya sendiri.
"Widih... Malto si bad boy." Datra datang sambil menepuk-nepuk pundak Malto. "Tadi gue liat lo lagi ngegandeng cewek. Siapa tuh? Calon korban lo?"
"Bukan, dia tuh Syifa temen masa kecil gue. Dia pindah kesini, terus masuk di kelas 12-F."
"Kalau temen dari kecil berarti hubungan lo sama dia udah kuat ya. Bisa di jadiin pacar dong." Zalmi duduk bersandar di kursinya.
"Pacar apanya. Gue sama dia cuma temen."
"To, pacaran itu kan berawal dari temen. Meskipun sekarang cuma teman tapi nanti lama-lama pasti jadi demen." Datra menyimpan tas di atas mejanya.
Mala sejak tadi terdiam namun kupingnya ia pasang baik-baik. Entah kenapa Mala menjadi kesal. Ia tidak menyukai pembicaraan ketiga orang itu. "Kalian tuh ya pagi-pagi gak ada obrolan yang lebih berkualitas apa." Mala berdiri lalu pergi dari sana.
"Idih, kenapa lo La kesambet setan sekolah lo ya." Zalmi bingung dengan sifat Mala barusan.
Malto juga heran kenapa Mala marah, padahal mereka bertiga tidak sedang membicarakan hal yang kotor.
Mala berada di dalam toilet. Ia menghadap cermin gadis itu menghela napasnya kencang. Ia membasahi bibirnya dengan air lalu kembali menatap dirinya sendiri di cermin. Seorang gadis masuk dan berdiri di sebelah Mala. Gadis itu menyalakan keran air dan mencuci tangannya. Mala tersentak melihat gadis itu. Ia jadi terdiam melihat gadis yang tadi ia lihat turun dari mobil bersama Malto.
Mala melihat bayangan Syifa di cermin. Rambutnya hitam lurus, kulitnya putih, bibirnya merah ceri, dan yang paling penting ia cantik. Syifa melirik ke arah Mala lalu tersenyum. Di saat yang sama Mala juga melihat Syifa ia membalas senyuman gadis itu. Agak sedikit canggung namun Mala berhasil tersenyum.
Jam pelajaran terakhir sebelum istirahat adalah fisika. Hitung-hitungan yang rumit membuat banyak murid kelas 12-E terlihat malas-malasan.Tapi ketika bel istirahat berdering semuanya langsung semangat.
"Kalian tuh ya, giliran istirahat semangat. Tapi dari tadi ibu jelasin malah males-malesan, nguap, tidur. Gak sopan." Guru Fisika terlihat geram.
"Bu udah jam istirahat saya mau makan dulu." Malto berlari keluar kelas meninggalkan gurunya yang sedang kesal. Sebenarnya Malto tidak ke kantin ia menuju kelas 12-F yang ada di sudut gedung sekolah. Ia berdiri di dekat pintu dan menunggu Syifa untuk keluar.