CINLOV

Frasyahira
Chapter #22

Marah Atau Cemburu

Malto sedang berada di teras depan rumahnya. Laki-laki itu memetik senar gitar dan melantunkan sebuah lagu. Ia menjulurkan kedua kakinya di atas meja. Ada hembusan angin malam yang datang menggerakan tanaman-tanaman yang ada di dalam pot. Sesekali Malto memejamkan matanya namun ketika ia menutup kelopak matanya ia langsung mengingat pertengkarannya dengan Mala di sekolah. Seumur hidup kenal dengan Mala baru kali ini Malto bertengkar besar seperti waktu di sekolah tadi pagi.

Laki-laki itu menghela napasnya. Ia menyesal sangat menyesal telah mengatakan kalau Mala adalah gadis yang bodoh. Syifa menutup pintu rumahnya. Sayup-sayup ia bisa mendengar petikan senar gitar Malto. Gadis itu lalu berjalan ke rumah Malto yang jaraknya hanya lima belas meter dari rumahnya. 

"To," kata Syifa ia langsung duduk di samping Malto yang sedang melantunkan sebuah lagu syahdu.

"Kamu sukanya lagu apa?"

"Mm... aku suka lagu era sembilan puluhan," kata Syifa.

Malto berpikir sebentar ia lalu melantunkan sebuah lagu dari penyanyi era sembilan puluhan. Syifa tersenyum ia menatap Malto baginya saat ini laki-laki itu terlihat sangat tampan. Ia lalu bersandar di kursi dan menaruh kepalanya di pundak Malto.

Mala turun dari GoTrans. Ia berjalan menuju sebuah perumahan elit. Gadis itu menyilangkan kedua lenganya. Ia menuju rumah Malto. Remaja putri yang berumur tujuh belas tahun itu ingin menjelaskan sesuatu pada Malto. Sebenarnya ia bisa saja menunggu hingga masuk sekolah tapi besok hari minggu dan menurutnya itu terlalu lama. Ia paling tidak suka jika harus menunda sesuatu yang ingin ia keluarkan dari isi hatinya.

Di samping kanan dan kirinya berjajar rumah-rumah mewah dengan gaya klasik dan modern. Sudah satu tahun ia tidak ke rumah Malto. Gadis itu terus berjalan sayup-sayup telinganya mendengar ada seseorang yang bernyanyi. Ia menghentikan langkahnya. Mala tertegun melihat Malto dan Syifa sedang duduk berduaan. Mala melihat Malto sedang bernyanyi dan Syifa menyandarkan kepalanya di pundak Malto. 

Gadis itu menarik napasnya dalam. Entah kenapa hatinya jadi sakit. Ia kesini untuk menjelaskan pada Malto kalau sebenarnya ia yang sudah menyakiti Valdi bukan sebaliknya. Tapi sepertinya laki-laki itu yang harus menjelaskan apa yang sedang ia lakukan dengan Syifa. Mala masih terdiam di depan rumah Malto. Ia jadi bingung apakah harus menegurnya atau justru pergi saja dari sana.

Syifa melihat ada Mala di depan sana. Ia lalu melirik ke arah Malto yang masih asik bernyanyi dan tidak menyadari keberadaan Mala. Syifa menarik napasnya ia merasa ada sesuatu yang harus dirinya lakukan. Otaknya menemukan sebuah ide yang menurutnya sangat cermelang.

Syifa menyentuh pipi Malto dan mengarahkan ke wajahnya. Ia lalu dengan tiba-tiba mencium bibir pria itu. Malto terkejut sangat terkejut. Ia langsung memundurkan wajahnya dan menatap Syifa dengan aneh.

"Biar Mala tau kalau kamu cuma punya aku," ucap Syifa masih memegang pipi Malto.

"Mala," kata Malto bingung. Ia perlahan menoleh ke arah kanan melihat bagian depan rumahnya. Di ujung sana matanya menangkap sosok gadis yang sangat ia kenal. Malto membelalakan matanya. Ia langsung berdiri gitarnya terlepas dari tangannya hingga terdengar bunyi dentuman. "Mala!" Ia berlari mengejar Mala yang pergi meninggalkan rumahnya.

Mala menahan tangisannya ia tidak boleh menangis ia harus menahannya. Gadis itu berjalan cepat meninggalkan area rumah Malto. Namum Malto berlari sangat kencang, hingga berhasil menyusul Mala.

"La, La tunggu La. Gue bisa jelasin semuanya." Malto memegang lengan Mala.

"Apa dia termasuk cewek lo?"

Malto terdiam ia mengerti makna tersirat dari pertanyaan Mala barusan. 

Mala berdiri sambil menghadap Malto. "Selain Ibu lo, Nenek, Sepupu, keponakan, Ibu Tujay, apa dia juga termasuk cewek lo?

"La yang barusan itu bukan kemauan gue. Gue juga kaget."

Mala tertawa kecil, ia seakan melecehkan Malto. "He! lo mau ciuman sama siapapun gue gak peduli, karena kita cu..."

"Cuma teman." Malto memotong ucapan Mala. "Teman dari SMP. Iya kan. Terus kenapa lo harus marah. Kalau lo cuma menganggap kita ini teman."

Lihat selengkapnya