CINLOV

Frasyahira
Chapter #24

Tulisan Kapur Biru

Benar kata Malto bagi anak SMA skors yang di berikan oleh sekolah merupakan liburan gratis bagi mereka. Hari kedua mereka di rumahkan oleh sekolah, kedua gadis itu malah jalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Mala dan Fara saat ini ada di sebuah toko aksesoris wanita. 

"Yang ini bagus gak." Fara memperlihatkan sebuah kalung kepada Mala.

"Kayanya gak cocok deh sama warna baju lo," ucap Mala.

Waktu satu jam rasanya kurang bagi seorang gadis untuk memilih-milih aksesoris yang mereka inginkan. Setelah kurang lebih satu jam mereka lalu keluar dari toko itu dan langsung menuju sebuah kafe yang letaknya ada di lantai satu.

"Jadi hubungan lo sama Malto gimana?" Fara menyesap es cokelatnya.

Mala yang duduk di depannya mengangkat kedua bahu. "Masih belum jelas statusnya. Tapi kita udah saling tau perasaan masing-masing."

"Oh... jadi ceritanya Qimala Hanindya tinggal nunggu di tembak aja nih!"

Mala tersenyum ia tidak menanggapi perkataan teman wanitanya itu. Mala mengaduk aduk Vanila Latte yang ada di cangkir lalu ia menyesapnya.

"Itu mereka!" Fara melihat kedatangan Malto dan Valdi yang masih memakai seragam SMA.

"Hai sayang," ucap Valdi lalu duduk di samping pacarnya.

"Ih jijik gue dengernya." Malto duduk di samping Mala yang sedang tertunduk.

"Nanti juga kalau lo punya pacar lo pasti bakalan ngomong kaya gitu," kata Valdi.

Malto terkekeh. "Gak perlu mesti punya pacar buat bilang sayang. Iya gak sayang," kata Malto sambil mendekatkan wajahnya ke arah Mala.

"Maaf ya saat ini di hidup gue cuma dua orang cowok yang boleh manggil gue sayang, pertama Papah gue kedua kakek gua. Lo tau kenapa? Karena mereka cowok-cowok gue." Mala menatap Malto.

Malto menarik napasnya. "Loh memangnya gue gak termasuk cowok lo?"

Gadis itu tersenyum manis. "Buat sekarang belum."

Malto mengerutkan alisnya. "Sampai kapan?"

Mala tersenyum tidak menjawabnya sama sekali. "Gue duluan ya Val, Ra." Mala berdiri lalu keluar dari kafe. Ia berjalan di atas pedestrian.

Langit sudah berubah warna menjadi jingga. Matahari sore perlahan terbenam di ujung barat. Angin sepoy-sepoy membuat beberapa daun berguguran dan jatuh ke atas jalan. Mala berjalan di pedestrian yang ada di sisi jalan Pajajaran. Di samping kirinya terdapat pagar panjang yang menjadi pembatas dari Kebun Raya Bogor. Gadis itu terus berjalan sambil menikmati pepohonan yang tumbuh dengan rindang.

Malto berlari mengejar Mala. Ia memanggil-manggilnya namun gadis itu seakan acuh. Laki-laki yang masih memakai seragam itu kini berjalan pelan di sisi kanan Mala. Malto menatap mata Mala dari samping, ia melihat hidung, bibirnya, cantik pikirnya.

"Sampai kapan?" Malto menanyakan kembali pertanyaan yang tadi belum Mala jawab.

"Sampai lo bilang sesuatu ke gue."

"Maksudnya i love you atau aku cinta kamu," ujar Malto.

Mala terus berjalan. "Jangan serakah pilih salah satu aja."

Malto tertawa ia lalu merogoh saku celananya ia mengambil kapur tulis berwarna biru muda. laki-laki itu lalu berlari kecil dan tidak lama berjongkok lalu menulis sesuatu di atas lantai trotoar. Mala menaikan satu alisnya ia penasaran apa yang sedang dilakukan oleh Malto. Tidak lama laki-laki itu berdiri dan kembali melangkahkan kakinya.

Mala berjalan dan melihat ada sebuah tulisan di tempat Malto tadi berjongkok.

"Hai, Qimala Hanindya."

Mala melihat Malto yang kembali jongkok beberapa meter di depannya. Tidak lama ia lihat Malto berdiri lalu jalan dan kembali berjongkok. Gadis itu lalu jalan dan berhenti di setiap tempat yang Malto singgahi.

"Hai, gadis yang lahir di kota hujan."

"Hai, teman gue dari SMP."

Lihat selengkapnya