CINTA 1/2 MATENG

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #3

QUESERA-SERA

Gue, Emak, dan Tante M menunggu Om James di IGD. Yes, tante M langsung datang kemari, setelah tau kalo Bossnya pingsan dan masuk Rumah Sakit. Tante M sama sekali nggak mau nyapa gue dan Emak. Orang kota, pendidikan tinggi, tapi sopan santunnya ditinggalin di wc rumahnya kali. Gue mah cuek aja, tapi kan kasian sama si Emak yang udah dengan sopannya manggut, malah dicuekin.

Dia malah nanya semua kronologi sama pak Heri. Pak Heri juga nggak bisa jelasin banyak. Lah belum 5 menit dirumah gue, si Om udah pingsan kok. Untungnya dokter bilang kalo Om James hanya kelelahan dan tekanan darahnya tinggi karena stress berlebih. Om James ini emang ada sakit jantung, jadi nggak boleh too much stress. Sukurlah semuanya terkendali. Kalo sampe ada apa-apa, gue pasti akan merasa sangat bersalah sekali.

               Nggak lama setelah Om James siuman, dia meminta kepada semua peserta penunggu kesiumannya untuk ninggalin dia berdua sama gue. Gue udah tau, kalo si Om masih usaha mau ngebujuk gue.

               “ Om.. “ kata gue memulai pembicaraan, yang lagi-lagi diputus sama si Om.

               “ Om dulu yang bicara sama Mai ya.. “ mintanya dengan serius.

               “ Oke.. “ kata gue nurut.

Ya udahlah, daripada nanti ada apa-apa lagi, gue milih nurut.

               “ Kemarin, Mai tanya.. kenapa Om memilih Mai untuk jadi istri Tama? “ kata si Om memandang gue.

               “ Mama Om.. Neneknya Tama, adalah orang yang memperjuangkan Arthur Group dari nol hingga besar seperti sekarang. Seumur hidupnya dipakai untuk membangun company ini. Melihat Emak kamu, Om teringat sama Mama Om. Pejuang.. seorang wanita pejuang, sama seperti Emak kamu, Mai..“ si Om mulai memandang langit-langit.

               “ Om sangat dekat sama Mama. Beliau membesarkan 3 orang anak, sendirian.. sambil membesarkan perusahaan. Karenanya, Om selalu ingin buat Mama bahagia. Pasti Mai juga kan? Ingin selalu bahagiain Emak?” tanya si Om.

Gue mengangguk pelan.

               “ Om sadar, bahwa yang Om minta adalah sebuah permintaan yang terlalu besar. Om meminta masa depan Mai. Sebenarnya, permintaan terakhir Mama adalah supaya Tama bisa meneruskan perusahaan ini. Hanya, Mama tidak mau terjadi pertengkaran di antara cucu-cucunya yang lain. Maka dari itu, tertulislah surat wasiat itu… “ kali ini si Om meneteskan air mata.

Ambyaarr udah.. Gue harus gimana coba sekarang? Tiba-tiba si Om ngambil tangan gue dan menggenggamnya. Gue langsung deg-deg’an, padahal gue nggak lagi jatuh cinta.

“ Om tahu, di kota besar, kolega-kolega Om, mereka punya putri-putri yang sepadan dengan Tama. Tapi bagi Om, sepadan itu nggak hanya melulu soal harta dan pendidikan. Kamu, dibentuk oleh seorang wanita kuat, sama seperti Om… Om tau, pemikiran kamu sederhana.. Om rasa, Tama perlu wanita seperti kamu untuk mendampinginya..Itu yang memantapkan Om memilih kamu..” Om James menatap gue sungguh-sungguh.

“ Seumur hidup, Om akan sangat berhutang budi sama Mai dan Emak kamu..” katanya lagi dengan tulus.

Gue menatap Om James. Sebenernya gue nggak tau harus memutuskan apa. Walau sudah sebulan berpikir, walau udah pertimbangkan ini-itu. Sekali lagi, gue mikirin tentang Amoi, cinta pertama gue. Setelah berpikir beberapa saat, gue menarik nafas berat, dan gue mengangguk pelan. Gue nggak tau keputusan gue ini, bodoh atau enggak.

Selain itu, gue juga yakin, Om James akan selalu ngejar gue sampe ke ujung dunia, seandainya gue menolak lagi. Gue ngerti, Om James melakukan semua ini demi anaknya. Gue tau perjuangan orang tua bisa segila apa, demi anaknya. Setelah gue memberikan jawaban, Om James menggenggam tangan gue dengan lebih erat.

“ Terimakasih.. terimakasih.. Mai.. terimakasih.. “ kata si Om, dan gue menepuk-nepuk tangannya sambil ikut terharu.

Terharu dan takut lebih tepatnya. Beberapa hari kemudian, gue menandatangani surat pernyataan bahwa hutang kami sudah lunas, digantikan dengan gue yang menikah dengan Tama. Serasa dijual nggak sih gue?

Gue hanya berharap, keputusan gue ini membawa hal yang baik, terutama buat Emak. Setidaknya Emak terbebas dari hutang yang selama 15 tahun ini membelenggunya. Setidaknya ini yang gue bisa lakukan buat Emak. Quesera-sera’lah.. what ever will be will be..

Lihat selengkapnya