CINTA 1/2 MATENG

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #10

STRATEGI

Tama ngegendong gue dan langsung bawa gue ke Rumah Sakit. Pak Heri menyetir mobil dengan cepat. Emak duduk didepan dan terus menangis. Gue meringkuk di belakang, dipelukan Tama. Kalo kaki gue dilurusin rasanya lebih sakit lagi. Gue terus mengerang kesakitan. Keringet dingin keluar dari dahi gue karena gue nahan sakit yang luar biasa. Setiap ngelewatin jalan yang nggak rata, perut gue semakin sakit.

       “ Sa..kit.. “ kata gue ke Tama sambil terengah-engah.

               Gue meremas baju Tama sekuat tenaga. Tama memeluk gue dengan erat. Wajahnya terlihat sangat khawatir dengan keadaan gue. Tuhan, gue belom mau mati. Tapi, rasanya gue seperti sekarat.

               “ Ta..ma.. gue.. ta..kut..” kata gue yang nangis ketakutan sambil menatap Tama.

               “ Mai.. liat gue.. “ Tama memegang pipi gue dan menatap mata gue dalam-dalam.

  “ Lu akan baik-baik aja..” Tama memeluk gue kembali dengan lebih erat.

Sesampainya di Rumah Sakit gue langsung dibawa ke IGD. Tama dengan tegas minta seseorang yang bernama dokter Alex untuk segera datang memeriksa gue. Gue dibaringkan diranjang. Tangan gue diinfus. Damn! Super sakit! Emak masih menangis dan berdiri disebelah gue sambil ngelus-ngelus kepala gue.

Gue liat baju Tama penuh darah gue. Gue ngerasa sangat lemes. Gue udah nggak tau berapa banyak darah yang keluar dari badan gue.  Bibir gue pecah-pecah dan kulit gue udah pucat.

“ Mai.. hey Mai.. stay with me oke.. “ Tama memegang tangan gue dan tiba-tiba semua terasa gelap.

Gue membuka mata dan gue ngeliat Tama berbaring disebelah gue. Ada selang yang menghubungkan tangan kami berdua. Tama transfusi darahnya ke gue.

“ Mai.. “ katanya ke gue, dan gue kembali tertidur.

Lagi-lagi gue membuka mata dan gue denger Ayu menangis-nangis di kamar.

“ Pil itu dari Ibu Rossy, Pak.. saya nggak tau apa isinya. Ibu cuman bilang itu obat diet buat Non Mai.. “ Gue kembali tertidur.

               Tek.. tek.. tek.. suara detik jarum jam membangunkan gue perlahan. Gue membuka mata dan waktu menunjukkan pukul 1 pagi. Kepala gue sedikit berat. Berapa lama gue pingsan? Gue melihat ke sekeliling. Gue liat Emak tertidur di sofa. Tama tertidur dikursi, didekat gue.

               Perut gue udah nggak sakit, walau gue masih lemes. Tama bangun karena ngerasain tangan gue yang bergerak-gerak.

               “ Kenapa? Ada yang sakit?” dia langsung bangun dengan sigap.

               Gue menggeleng.

               “ Gue panggil dokter” kata Tama seraya berdiri.

               “Nggak usah..nanti Emak bangun.. “ kata gue perlahan, gue nggak mau ngebangunin Emak.

               Tama bantu gue untuk duduk dan ngasih gue air minum.

Lihat selengkapnya