CINTA 1/2 MATENG

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #15

HAK MILIK

Tama membanting badan gue ke atas kasur. Gila! Tenaga Tama kuat banget. Gue nggak pernah liat Tama semarah ini. Kenapa? Hanya karena gue pulang terlambat, Tama jadi semarah ini.

               “ Gue udah bilang, inget status lu!” Tama membentak gue.

               “ Emang apa yang gue lakuin? “ gue berdiri dari Kasur, nggak terima Tama bentak gue.

               Tiba-tiba, Tama menyodorkan HPnya ke gue. Mata gue terbelalak nggak percaya. Gue liat ada banyak foto-foto gue dan Amoi tadi siang. Foto Amoi lagi meluk gue, foto kami tertawa, bahkan foto Amoi lap bibir gue!       

               “ Nggak pernah ada kata sahabat dalam hubungan pria dan wanita!” Tama menatap gue lekat.

               “ Jadi lu mata-matain gue?!!” Gue balik marah menatap Tama.

               Padahal emang bener gue nggak ngapa-ngapain sama Amoi. Gue tau batesan kok! Tapi foto-foto itu, berhasil bikin gue ngerasa bersalah sama Tama. Ditambah, siang ini gue dan Amoi saling mengakui perasaan kami masing-masing. Damn! Siapa juga sih yang ambil foto itu? Gila! Gue serasa dimata-matain gini.

               “ Lagian apa urusan lu, kalo memang ada apa-apa antara gue dan Amoi?!” gue nggak suka, tiba-tiba Tama jadi posesif gini ke gue.

               “ Apa urusan gue?!!” Tama semakin marah sama pertanyaan gue.

               “ iya! Selama ini lu anggep gue nggak ada kan?! Lu nggak pernah makan makanan yang gue bikin! Lu nggak pernah ajak gue jalan! Lu nggak pernah ngobrol sama gue lebih dari 1 jam tiap harinya! Lu nggak pernah peduli sama gue yang kesepian dirumah ini! Lu nggak pernah senyum sama gue, seperti yang lu lakukan ke Cassie tadi siang!” saking marahnya nggak sadar air mata gue keluar.

               Tama berdiri di depan gue dan menatap gue dengan marah. Gue liat bahunya naik turun.

               “ Kenapa ada foto-foto itu, terus gue harus ngerasa bersalah sama lu?! Gue bukan hak milik lu! Dan pernikahan kita cuma pura-pura kan?! Terus aja anggep gue nggak ada, seperti yang biasa lu lakukan!” Gue mendorong Tama dengan kuat, sampe badannya terdorong ke belakang.

               Tama maju dan mendorong gue ke Kasur. Badannya yang kekar kini ada diatas badan gue. Gue berusaha berontak, tapi Tama memegang kedua tangan gue. Dia menatap gue dengan pandangan yang sangat tajam.

               “ Lu memang milik gue!!!!” Tama berkata begitu.

               Selanjutnya, semua terasa begitu cepat. Tiba-tiba Tama mencium bibir gue dengan kasar. Dia melumat kasar bibir gue seakan mau bilang kalo gue adalah miliknya. Badannya yang kekar menindih badan kecil gue. Gue masih berusaha berontak. Gue berusaha mendorong, tapi Tama semakin kuat mencium gue.

               Tangannya mulai meraba dengan kasar seluruh bagian badan gue. Gue kaget dan makin berusaha berontak. Apakah gue harus kehilangan keperawanan gue karena diperkosa suami gue sendiri????

               “ Tama.. sakit..please.. jangan gini.. “ gue mulai ketakutan dengan nafsu Tama yang mulai nggak terkontrol.

               Tama nggak peduli. Dia menciumi leher gue dan dengan kasar merobek kemeja yang gue pakai, sehingga bra gue terlihat. Tama kembali memegangi wajah gue dan mencium bibir gue lagi dengan kasar. Nafasnya yang memburu bisa gue rasain di wajah gue. Gue yang tadinya berontak, akhirnya gue memilih pasrah dan tangisan gue pecah. 

               “ Tama.. stooppp.. “ tangis gue, berharap Tama mau berhenti.

               Sepertinya Tama mulai sadar saat mendengar tangisan gue. Dia perlahan menghentikan ciumannya dan akhirnya menatap gue. Tatapannya mulai melembut dibalut dengan rasa penyesalan. Nafasnya masih terengah-engah. Tangannya kemudian menghapus air mata gue.

Lihat selengkapnya