CINTA 1/2 MATENG

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #28

EGO

PLAAAKKK!!!

               Tante Rossy menampar pipi gue dengan keras. Gue ngerasa ujung bibir gue berdarah, kena cincin gede si Tante. Gue berusaha diem dan nggak ngelawan, walau gue nggak terima dipukul sekonyong-konyong gini. Badan gue bergetar karena menahan marah.

Dari luar, gue denger Tama teriak untuk masuk ke ruang kerjanya, tapi ditahan sama 4 orang pengawal Tante Rossy. Nevan dan Cassie pun ngeliatin gue yang lagi dikeramas sama Tante Rossy, dari luar jendela.

               “Dari awal, udah nggak masuk di akal saya, kenapa suami saya memilih kamu untuk jadi istri Tama! Dia selalu bilang kalo kamu ini orang yang simple! Tapi ternyata kamu nggak sesimple yang saya pikirkan!” teriak Tante Rossy sambil melempar foto-foto gue dan Amoi ke muka gue.

               Ya, Foto-foto waktu gue dan Amoi pertama ketemu. Foto-foto yang waktu itu juga bikin Tama marah. Tapi, kenapa si Ikan Buntal ini bisa punya foto-foto itu?

BINGUNG YAAA? Baru ganti chapter, kok udah ada adegan tabok-tabokan? Pasti lu mikir, salah baca chapter nih.. hahaha.. Nggak kok.. lu berada di chapter yang tepat. Nah, gue bakalan flash back sedikit sebelum pertarungan ini terjadi.

Jadi, setelah unforgetable moment gue sama Tama waktu liat sunrise, gue langsung minta maaf ke semua orang, termasuk Cassey dan Nevan. Serasa lagi lebaran deh ah. Gue salamin dan pelukin mereka satu-satu. Cassey peluk gue erat banget, seperti lega udah ketemu gue lagi. Nevan mau peluk gue, tapi Tama narik Nevan.

“ Kenapa sih? Semua orang dapet pelukan, kok gue nggak boleh?” Nevan protes dan maju lagi mau meluk gue.

“ Kerja!” Tama narik vest Nevan dan dorong dia ke sofa.

Gue senyum. Gue nggak pernah liat Tama dan Nevan berinteraksi seperti ini, layaknya seorang kakak dan adik. Pagi ini, kami sengaja berkumpul lebih pagi untuk membahas kesalahan perhitungan biaya produksi yang sudah terlanjur dibuat kontrak dan ditandatangani oleh PT. IMAJI.

“ Mmm.. kemaren gue sama Nevan udah kumpulin data beberapa supplier baru. Untuk bahan baku yang kita bisa produksi sendiri sebetulnya nggak terlalu masalah. Tapi untuk yang lain, mungkin pilihannya adalah ganti supplier dengan harga lebih murah. Dengan catatan tetep masuk standard yang udah dijanjikan.. “ Cassey menjelaskan.

“ Timelinenya gimana?” tanya Tama.

“ PT. Imaji minta dalam waktu 60 hari..” kata Nevan.

“ Nggak keburu dong.. lagian apa kita nggak melanggar kontrak ke supplier yang udah kerjasama sama kita, kalo tiba-tiba kita ganti supplier? “ gue nyeletuk.

Semua pada mingkem kebingungan. Jajaran direksi belom ada yang tau sama kesalahan perhitungan ini. Dalam jajaran direksi itu salah satunya ada si ikan buntal. Kalo sampe tau, maka tamatlah riwayat gue di perusahaan ini.

Sebenernya, gue sih nggak masalah kalo pun didepak dari perusahaan. Tapi, gue nggak mau Tama kena imbasnya. Apalagi ini adalah proyek pertama Arthur Group dengan PT Imaji, yang sudah diprospek selama bertahun-tahun.  Gue juga nggak mau kasih kesempatan ke si ikan buntal, buat bersorak sorai atas kesalahan ini.

Padahal gue rasa nih, kalo Tama dan Nevan mengelola perusahaan ini berdua, mereka more than capable kok. Plus, gue ngerasa Nevan itu nggak serakah seperti ibunya. Meski petakilan dan cengangas cengenges, tapi kalo urusan pekerjaan, dia pasti melakukannya sepenuh hati.

Gue baru tau setelah hampir selama 4 bulan ini, gue kerja bareng Nevan. Gue nilai, etos kerjanya bagus, tapi jiwanya bebas. Makanya Papa ngerasa kalo Nevan nggak bisa megang jabatan CEO yang harus 24 jam fokus sama perusahaan.

               “ Gue bakal ngomong sama Amoi.. “ akhirnya gue memecahkan keheningan.

Lihat selengkapnya