Pintu gudang terbuka dan seperti yang gue minta, Tama datang sendirian. Begitu masuk, matanya langsung mencari ke seluruh gudang dengan panik. Sorot matanya tampak lega ketika ngeliat gue dan Cassie. Tama langsung berjalan mendekati Amoi. Dua orang pengawal menghadang Tama, tapi Amoi menyuruh mereka untuk memegangi gue dan Cassie.
“ Apa mau lu?!!” Tama bertanya dengan dingin.
Amoi berjalan dan berdiri diantara gue dan Cassie. Dia mengeluarkan pisaunya dan memainkannya ke wajah gue dan Cassie.
“ Gini bro.. seharusnya lu nggak boleh serakah.. lu seharusnya cukup puas sama dia..” Amoi mengarahkan pisaunya ke wajah Cassie dan lagi-lagi berhasil bikin Cassie ketakutan.
Kalo seandainya Tama ini tabung gas, gue yakin Tama pasti udah meledak. Tama mau maju melangkah ketika pisau itu menyentuh wajah Cassie, tapi langkahnya terhenti ketika Amoi mengarahkan pisaunya ke dada gue. Dengan pisaunya, Amoi merobek kemeja gue dan berhasil menggores dada kanan gue. Darah mulai mengalir perlahan.
“ Dan dia.. adalah milik gue!” Amoi berkata tajam ke Tama.
Tama mengepalkan tangannya, pundaknya naik turun karena marah. Tama memandang gue dengan sangat sedih, seperti putus asa.
“ Im okay.. “ gue ngomong ke Tama dan tersenyum.
Amoi nggak suka gue ngomong sama Tama. Dia menarik rambut gue dengan kasar dan berbisik ditelinga gue.
“ Gue nggak minta lu ngomong.. so shut up! Atau lu akan nyesel..” Amoi ngancem gue.
“ Gue udah disini.. come on.. lu mau apain gue?!! ” Tama teriak marah.
" WOW.. easy bro.. the game is about to begin.. " Amoi menghirup aroma rambut gue dan beralih ke pipi gue.
" ANJING!! GUE BILANG JANGAN SENTUH DIA!!!" Tama udah mau melangkah maju, tapi lagi-lagi terhenti ketika Amoi kembali menggoreskan pisaunya ke tangan gue.
" Setiap langkah lu.. adalah luka buat dia.. so you decide! Ini adalah hukuman buat lu karena lu berani MENYENTUH apa yang seharusnya jadi milik gue! " Amoi mengancam Tama.
Gue nggak pernah ngeliat sorot mata Tama yang terus memandang gue dengan perasaan putus asa seperti ini. Maafin gue Tama. Maafin gue karena gue selalu menyiksa lu dengan kebodohan gue.
Saat ini, gue ngerasa Amoi ini kayak joker! Dia seperti sakit jiwa dan puas bermain-main dengan sanderanya. Melihat Tama yang putus asa, Amoi semakin bahagia. Dia memandang Tama dan tersenyum jahat. Satu tangannya menodongkan pisau ke arah Cassie dan satu tangannya lagi merangkul pundak gue.
“ Well Maiii… this is the moment of the truuuthh!! Tama! Diantara 2 wanita ini, siapa yang akan lu selamatkan? Jreng.. jreng..” Amoi nanya ke Tama.
“ Cassie..” Jawab Tama dengan cepat.