Gue perintahkan Cassie buat bawa Tama masuk dan nggak boleh ada seorang pun yang masuk kesini, kecuali Tama. Cassie langsung menuruti perintah gue. Tante Rossy masih tetap berdiri ditempatnya. Matanya hanya melihat Papa dengan sedih. Bener dugaan gue, kalo cinta Tante Rossy untuk Papa itu tulus. Hanya sayang, ketamakannya menutupi rasa cintanya buat Papa.
Nggak lama, Cassie memapah Tama masuk. Wajahnya sangat pucat dan Tama terkejut melihat Papa dan Nevan yang sudah terikat. Tama lebih terkejut lagi, ketika melihat gue memegang dua buah pisau. Sorot mata Tante Rossy berubah seperti lega ketika melihat Tama masuk. Mungkin dia berharap, Tama mau membujuk gue.
“ Tama.. tolong.. bilang sama istri kamu.. lepaskan Papa.. “ Tante Rossy membujuk Tama dari kejauhan.
“ Kamu mau bales dendam kan Tama? Ini saatnya.. “ kata gue menatap Tama.
" Oh, Tante.. Tolong ingatkan saya.. kalo tepat 1 minggu lalu, Tante menempatkan Tama untuk memilih.. siapa orang yang paling Tama cintai untuk diselamatkan.. " kata gue memandang Tante Rossy, yang kini membelalakan matanya.
Tama menatap gue dan tersenyum.
“ Terserah lu mau apain Papa.. selama ini Papa nggak pernah peduli sama gue.. Seperti yang sudah-sudah, biar Tante Rossy yang putuskan.. Papa harus gimana.. “ Tama berkata dengan lemah.
Cassie yang sedang memapah Tama, menatap Tama dengan kecewa, kemudian melepaskan tangannya dari Tama dan mundur menjauhi Tama. Tante Rossy melotot dan badannya bergetar marah, kemudian mengambil gelas dari atas meja dan melempar gelas itu ke arah Tama dengan frustasi. Tama nggak bergeming ketika gelas itu pecah dikakinya.
“ Ta..ma… “ Papa bicara dengan bergetar, nggak percaya bahwa Tama tidak peduli sama keselamatan Papanya.
“ ANJING LU TAMA!!! “ Nevan mulai berontak.
PLAAAKKK!! Gue menampar Nevan dan Nevan menatap gue dengan marah. Seluruh badan Tante Rossy bergetar karena menahan marah.
“ Dari awal ketemu, gue selalu pengen nampar lu.. so SHUT UP!! “ Nevan meludah ke arah gue.
Gue menghampiri Papa dan kembali menggores lengan Papa. Papa teriak kesakitan. Tama membalikkan badan dan naik ke lantai atas. Tama menyaksikan pertunjukkan ini dari kejauhan.
“ STOOOOPPPP!! “ Tante Rossy berteriak lagi.
“ Berlutut!!” gue nyuruh Tante Rossy berlutut didepan gue.
Tante Rossy melotot mandang gue dengan marah.
“ BERLUTUT!! “ gue ngebentak Tante Rossy, kali ini gue menggores paha Nevan.