Hari pembacaan wasiat pun akhirnya tiba. Tama, gue, Nevan dan Cassie udah duduk manis di ruang rapat direksi. Oh ya, atas permintaan papa, pembacaan wasiat dilakukan lebih cepat daripada yang seharusnya. Nggak lama kemudian, papa masuk dengan para notaris dan para saksi.
Dalam waktu 1 jam, pembacaan dan pengesahan wasiat ini pun selesai. Yap, Tama resmi menjadi pewaris kerjaan bisnis Arthur Group. Semua bersalaman sambil mengucapkan selamat sama Tama. Papa pun nampak sangat lega, karena semua berjalan lancar.
“Terimakasih semuanya atas kepercayaan yang sudah diberikan kepada saya.." Tama memulai speechnya dan semua diam mendengarkan Tama.
Ahh.. suami gue ini kalo lagi serius emang ganteng maksimal. Nggak serius aja bikin deg deg ser..
“Karena wasiat nenek sudah dibacakan dan Arthur Group sudah resmi menjadi milik saya, maka saya akan memberitahukan sesuatu yang sangat penting kepada Anda sekalian.." Tama memandang gue.
“MAI HAMIL?!!” Nevan nyeletuk!
“Masa?” gue malah nanya balik ke Nevan.
“Ahh.. jangan bilang lu masih perawan sis!” gue langsung tabok kepala Nevan keras banget.
Gila, yang bener aja lu bahas masalah kayak gini di depan mereka?! Gue malu banget! Walau emang itu kenyataannya, tapi bukan itu yang mau Tama sampaikan badut sirkusss!!! Tama, Cassie dan papa tersenyum.
Ya, akhirnya papa tau semuanya. SEMUANYA.
Ketika papa tau apa yang telah menimpa anak-anaknya, papa menangis menyesal. Lagi-lagi, untuk pertama kalinya, gue melihat papa memeluk Tama dan Nevan. Dengan rendah hati, papa meminta maaf sama mereka. Apalagi waktu papa lihat tanda sayang dipunggung Nevan. Papa sampe down selama berhari-hari.
Selama ini, papa mengakui kalo papa merasa takut. Takut kalo tante Rossy akan melakukan tindakan nekat lagi. Papa takut, setiap kali ada skandal besar, maka reputasi perusahaanlah yang dipertaruhkan. Karena tanggung jawab papa terhadap almarhum nenek dan 3000 orang pegawai Arthur Group.
Tanpa sadar, papa menyangkali setiap ada masalah yang berhubungan dengan tante Rossy muncul. Maka dari itu, setiap ada yang bicara buruk tentang tante Rossy, papa memilih untuk mendiamkan bahkan nggak mau peduli. Papa biarin dirinya dimanipulasi dan percaya sama apa yang tante Rossy bilang.
Papa nggak pernah sadar, bahwa jiwa tante Rossy terbelenggu sama masa lalunya. Papa pikir, dengan membawa tante Rossy ke dunia yang lebih baik, luka masa lalunya akan sembuh. Tapi, ternyata masa lalu tante Rossy yang buruk terus menghantuinya, dan malah mendorongnya untuk berbuat jahat.