CINTA 1/2 MATENG

Jessy Anggrainy Rian
Chapter #41

BONUS CHAPTER

Pagi ini, gue terbangun di pelukan tangan kekar seseorang. Tangan yang akan selalu menjaga dan ngelindungin gue. Tangan suami gue. Gue bangun dengan senyuman terlebar selama gue hidup. Tama bangun dan mencium pundak gue.

"Good morning..." katanya dengan senyuman tertampan didunia.

Gue terus memandangi Tama, nggak percaya kalo laki-laki tampan disebelah gue ini adalah suami gue. Tama segera mengecup kening gue dan berdiri.

"Mau kemana?" tanya gue nggak rela moment ini berakhir.

Will be back soon..” Tama tersenyum , kemudian memakai baju dan pergi keluar.

Badan gue agak sedikit pegal dan sakit. Ah..jadi ini rasanya malam pertama. Kayaknya di dunia ini, cuma kami pasangan yang melakukan malam pertama saat udah hampir 1 tahun menikah! Gue senyum – senyum sendiri.

Gue sarapan dan menikmati matahari pagi. Gue lalu pergi ke kamar mandi. Pas masuk gue ngeliat ada 1 terusan gaun putih sederhana yang tergantung dengan selembar kertas.

Wear me..” gue lagi-lagi tersenyum.

Gue cepet-cepet mandi dan memakai gaun putih pemberian Tama. Gaun ini putih polos, sabrina dan panjangnya hanya selutut. Cantik banget. Gaun ini, bikin badan gue keliatan lebih panjang. Im so excited! Kira-kira Tama mau ajak gue kemana ya hari ini?

Jam 12, Tama belum pulang. Akhirnya gue pesen room service dan makan siang sendiri. Gue telpon Tama, tapi nggak diangkat. Jam 4 sore, Tama belom pulang juga. Gue mulai kesel dan juga khawatir karena Tama sama sekali nggak ada kabar. Hari ini gue bener-bener super boring, cuma seharian dikamar.

Jam 6 sore Tama belom pulang juga dan masih nggak ada kabar. OKE THAT’S IT! Gue mau jalan-jalan sendirian aja! Tapi, betapa kagetnya gue saat gue buka pintu, Tama udah ada didepan pintu. Tama pakai celana pendek dan kemeja pantai.

“Lu dari mana aja?!! Kenapa nggak ngabarin?! Gue nungguin lu seharian tauu!” Tama nggak ngegubris gue yang kesel dan narik gue berlari ke suatu tempat.

“Mau apa?” kata gue yang heran karena Tama ngajak gue ke depan hutan yang bersebrangan dengan lautan.

“Ssstt.. jangan ribut.. liat sebentar lagi.. 5..4..3..2..1..” Tama selesai menghitung dan gue menyaksikan pemandangan yang sangat menakjubkan.

Ratusan kunang-kunang menyala dan berterbangan kesana kemari. Kerlap kerlipnya menyihir gue. Its really magical! Gue udah lama nggak pernah liat kunang-kunang sebanyak ini!

“Tamaaa.. baguuuss banget! Gue kaya ngeliat bintang dari deket!" gue menoleh dan kaget melihat Tama sedang berlutut didepan gue.

“Mai... I never made a real proposal to you.. mungkin ini udah terlambat.. Tapi, gue nggak mau lu melewatkan moment-moment penting dihidup lu.." Tama menatap gue yang udah mulai berkaca-kaca, kemudian mengeluarkan kotak cincin dari saku celananya.

“Ada bagian dari diri gue yang ngerasa takut kalo gue nggak bisa bahagiain lu.. Tapi.. kalo lu nggak ada, gue seperti hilang arah.. and now, I need you more than before.. and I think I love you more than I should.. “ Tama membuka kotak cincinnya.

“Tanya Maitreya, my wife…will you love me again and again and again until my last breath?” Tama bertanya sama gue.

YES.. “ gue menjawab Tama tanpa ragu.

Tama menyematkan cincin yang indah ke jari gue. Gue langsung berlutut dan memeluk Tama.

And i will love you more, until my last breath.. Mai..” Tama memeluk gue dengan erat.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“PA..PA.. " Abbie berlari ke arah papanya.

Nama putri pertama kami adalah Tamai Abigail Arthur. Tamai itu singkatan nama gue dan Tama. Kami memanggilnya Abbie. Usianya baru aja menginjak 2 tahun. Aktifnya bukan main! Kayak bawa genset diperutnya.

Tama sangat sayang sama Abbie. Bahkan kadang perhatiannya ke Abbie lebih detil daripada gue. Tama juga selalu tertawa lebar setiap kali melihat dan bermain bersama Abbie. Kadang gue suka cemburu, karena Tama aja nggak pernah ketawa lebar gitu sama gue.

“Liat Abbie.. Mama manyun.." kata Tama godain gue.

Lihat selengkapnya