Mata yang saling memandang dengan perasaan ketidaksukaan satu sama lain akhirnya teralihkan ketika suara ketukan pintu terdengar keras dari ruangannya.
"Tok...tok...tok.." pengawal pribadi mengetuk pintu ruangan pangeran untuk memberitahukan pangeran perintah sang raja.
"Masuklah!" ucap sang pangeran dan masih terus memandang mata biru Sonia. Pengawal setia pangeran memasuki ruangan. Pengawal itu bernama Han yang merupakan lulusan terbaik militer kerajaan yang sekarang selalu menemani sang pangeran kemanapun berada.
"Yang mulia raja dan ratu ingin bertemu dengan anda dan nona Sofia." ucap Han sambil membungkukkan badannya. Tanpa berbicara, Sonia berjalan keluar dan tidak menoleh sedikitpun kearah sang pangeran.
Sang pangeran segera mengikuti Sonia yang berjalan sangat cepat. "Putri, apakah kau tahu letak ruangan sang raja?" Langkah yang tiba-tiba terhenti dan Sonia menatap tajam sang pangeran dengan mata birunya yang sangat indah.
"Ruangan sang raja?" Sonia mengangkat kedua tangannya. Sonia kembali melangkahkan kakinya dengan cepat tanpa berbicara dan terus berjalan. Sang pangeran menatap Sonia yang terus berjalan dengan senyuman sinisnya sambil memegang dagu dan terbesit rencana licik diotaknya.
Sang pangeran mengarahkan tangannya kepada Han. Dengan cepat Han mendekati sang pangeran. "Han, jangan sampai putri itu sampai diruangan sang raja." ucapnya dengan senyuman sinis. "Baik, yang mulia." Han segera menemui salah satu kepala pelayan dan memberitahukan perintah sang pangeran. Dengan cepat kepala pelayan memberitahukan titah sang pangeran kepada seluruh pelayan yang ada di dalam istana.
Sang pangeran berjalan santai menuju ruangan pertemuan sang raja dan ratu. Sedangkan Han dengan setia mendampingi sang pangeran.
Sonia berputar-putar mengelilingi seluruh ruangan dan tidak menemukan tempat pertemuan sang raja. "Bagaimana ini, aku sudah berputar-putar tidak menemukannya." Sonia akhirnya menghampiri salah satu pelayan untuk bertanya. Tetapi ketika melihat dirinya, pelayan itu langsung pergi meninggalkan Sonia.
"Apa yang terjadi? Kenapa mereka semua tidak mau berbicara denganku? Bahkan melihatku saja langsung pergi." ucap Sonia dengan mengangkat salah satu alisnya dan memegang dagu yang ditutupi cadar merah.
Sonia tetap berjalan dan menemui semua pelayan yang menghindar ketika didekati olehnya. Hah, sepertinya pangeran dingin itu yang membuat mereka terdiam. Aku tidak akan kalah darimu, pangeran."
Sonia menuju ruang dapur kerajaan dan berkeliling mengawasi setiap pelayan yang berlalu-lalang. Sampailah Sonia disebuah ruangan tak jauh dari dapur. Di dalam ruangan itu nampak kue pernikahan yang sangat indah. Kue itu bertingkat dengan tinggi melebihi tinggi manusia dengan berbagai bentuk bunga mengelilinginya. Di bagian atas kue terdapat patung sepasang pengantin yang sangat lucu. Sonia mendekati kue itu dengan penuh kekaguman.
"Apakah ini kue pernikahanku? indah sekali kuenya. Seandainya pernikahanku seindah kue itu pasti aku akan sangat bahagia." Saat Sonia ingin mencicipi sedikit kue didepannya, tiba-tiba terdengar suara beberapa orang mendekati ruangan itu. Sonia segera bersembunyi dibelakang pilar. "Ayo, kita bawa kue ini ke ruangan perjamuan raja!" salah satu koki yang bergegas menghampiri kue dan menarik koki satunya. "Baiklah, tapi bukankah sekarang sedang digunakan untuk pertemuan?" ucap salah satu koki dan bersiap mengangkat kue. "Iya benar, kita akan meletaknya di ruangan sebelahnya." Kedua koki istana mendorong kue pernikahan dengan meja dorong menuju ruangan disebelah ruang pertemuan raja. Tentu saja Sonia dengan diam-diam mengikuti mereka.
Sementara diruangan itu, semua berkumpul untuk menyambut sang pangeran dan putri. Sang pangeran berdiri didepan pintu ruangan sang raja dan akan memasukinya.