Nafas yang tidak beraturan dan mata biru Sonia yang terus menatap tajam Erick, membuatnya merasa tidak nyaman dan membalas tatapan dingin ke arah mata biru Sonia.
"Kenapa terus menatapku putri. Apa sudah mulai jatuh cinta padaku?" Katanya sambil mengangkat salah satu alisnya. Sonia menggelengkan kepalanya dan segera memalingkan wajahnya. Tiba-tiba wajah Erick yang mendekati telinga Sonia dan berbisik yang membuat Sonia membelalakkan mata indahnya. "Aku tidak sabar melihat wajah burukmu saat kita berada dalam satu kamar nanti."
Pangeran Erick berdiri dari singasananya dan mengambil gelas mewah dari emas berisikan anggur yang sangat mahal dan hanya atas seijin raja yang bisa meminumnya. "Yang mulia raja Arthur dan ratu Delichia, ijinkan aku bersulang untuk sang putri Sonia Redrice yang akan menjadi pendampingku." Erick mengangkat gelasnya diikuti semua yang ada diruangan itu termasuk Sonia yang terkejut dengan perkataan Erick. "Semoga putri panjang umur dan berjaya selalu. Tos...." yang diikuti oleh sang raja dan ratu serta semua tamu. "Tos....."
Sonia masih menatap tajam Erick dan merasa sangat penasaran dengan apa yang akan dilakukannya. "Aku harus waspada dengan dia." Sonia memejamkan matanya sejenak dan membukanya kembali.
Erick kembali menuju Singasananya dan tersenyum licik kearah Sonia. "Apa yang harus aku lakukan? Tenangkanlah hatimu Sonia." Ucapnya dalam hati dengan memegang cadar merahnya.
Sang raja Arthur dan ratu Delichia saling menatap dan tersenyum melihat Erick yang akhirnya mau menerima Sonia sebagai istrinya yang sebelumnya sempat melakukan percecokan sengit dengan kedua orang tuanya. "Sepertinya mereka sudah saling menyukai, raja." Ucap sang ratu Delichia dengan tidak hentinya memandang Sonia yang menganggukkan kepalanya ketika ratu menatapnya. "Kamu benar ratuku. Baiklah, ayo kita kembali kekamar dan mempersiapkan tenaga buat pernikahan pangeran kita. Sang raja Arthur dan ratu Delichia berdiri dari singasananya diikuti para undangan dan meninggalkan ruangan. Hingga tinggalah Erick dan Sonia yang masih saling menatap.
Sonia berbalik dan melangkahkan kakinya meninggalkan sang pangeran. "Jangan katakan kau ingin tersesat lagi." Langkah Sonia yang menjadi terhenti mendengar kata pangeran Erick. "Jadi memang benar kau yang membuatku tersesat?" Sonia menghampiri pangeran Erick dan menjulurkan salah satu jarinya. "Bukankah kau sangat pintar, putri. Semua akan bisa kau atasi. Bagaimana? Apa kau mau menunjukkan kepintaranmu lagi? Istana ini ada lebih dari seribu kamar." Pangeran Erick tersenyum dan meninggalkan Sonia yang mematung diikuti Han disebelahnya.
"Tunggu, pangeran Erick!" Sonia berjalan cepat menghampiri pangeran Erick. "Aku tidak akan pernah kalah. Pergilah! Aku pasti akan menemukan kamarku." Pangeran Erick menatap Sonia dan menghampirinya dengan langkah pelan sambil memegang dagunya. "Baiklah, aku akan menunggumu di altar jika kau bisa sampai disana tepat waktu." Pangeran Erick berjalan dengan cepat diikuti Han. Sonia mengikuti pangeran Erick yang berjalan sangat cepat dan akhirnya terjatuh ketika seorang pelayan yang dengan sengaja menabraknya hingga Sonia kehilangan pangeran Erick dari pandangannya.
"Ah, kemana pangeran Erick? Aku kehilangan dia lagi. Pasti dia sengaja meninggalkanku. Dasar pangeran menyebalkan." Sonia dengan santai berjalan menelusuri istana sambil mencari kamarnya.
Tapi lama-lama kakinya merasa lelah dan tak sanggup menumpu lagi. "Ahh, aku lelah sekali, tapi kamarku belum ketemu juga. Aku harus berfikir, bagaimana caranya menemukan kamarku tanpa bertanya ke orang-orang karena pasti mereka akan tutup mulut. Sepertinya aku ada ide." Sonia melihat kain berwarna putih di ruangan pelayan. Dengan diam-diam Sonia mengganti kain sutra merah yang menjuntai dirambut indahnya dengan kain berwarna putih.
Penutup wajahnya pun diganti dengan saputangan miliknya sehingga tidak ada yang tau bahwa dirinya adalah sorang putri. Dengan percaya diri Sonia mengikuti pelayan yang membawa nampan berisi buah-buahan memasuki ruangan tak jauh dari dapur kerajaan. Di ruangan itu penuh dengan berbagai macam buah-buahan segar, aneka kue dengan bentuk yang sangat indah dan minuman berwarna-warni. " Ini pasti disiapkan untuk acara pernikahanku besuk." Sonia membatin sambil mendekati salah satu pelayan yang ada disana.
"Permisi, saya pelayan pribadi putri Sonia. Apa anda bisa membawakan buah-buahan ke kamar putri?" Pelayan yang melihat Sonia merasa curiga dan tidak percaya padanya. " Maaf nona, tapi kami tidak mendapat perintah apapun." Pelayan itu mengabaikan permintaan Sonia.
"Baiklah, jika kau tidak mau, nanti aku akan mengatakan kepada pangeran jika pelayannya tidak mau melayani calon istrinya." Sonia berbalik dan hendak pergi, tiba-tiba pelayan memanggilnya. "Tunggu, nona! Aku akan mengantarkannya ke kamar putri."
Pelayan langsung meletakkan berbagai macam buah-buahan di nampan berwarna emas dan segera berjalan menuju kamar Sonia. Tentu saja Sonia mengikuti di belakangnya.