CINTA 3 REZIM

Rika Suartiningsih
Chapter #3

Rumah Singgah

Rayhan itu ternyata pribadi yang unik, menarik dan membuat penasaran.  Awalnya aku mengira dia orang yang kaku, ternyata ia cukup fleksibel. Terbukti, Ia dapat  berhadapan dengan anak-anak jalanan yang kotor, dan nakal. Kenakalan mereka  bahkan  terkadang tidak ketulungan dan tidak dapat ditolerir. Kerasnya hidup di jalan membuat anak-anak tersebut terkadang liar, namun jika dilakukan pendekatan, anak adalah anak, mereka akan merasa lemah lalu menjadikan kita orang dewasa sebagai tempat mengadu, mengeluh bahkan bergantung.

Harus kuakui, sebenarnya aku sedikit takut juga akan keberadaan Rayhan bersama teman-temannya di rumah singgah itu. Banyak persoalan di sana, persoalan lingkungan yang tidak setuju keberadaan mereka sampai pada persoalan individu anak-anak. Persoalan mencuri, mengelem, berjudi, itu sudah biasa dilakukan anak-anak jalanan, lantas bagaimana jika ternyata ada anak yang  sudah terlibat dengan narkoba, kemudian berhalusinasi. Bisa jadi mereka akan melakukan tindakan yang tidak senonoh pada perempuan-perempuan cantik yang menjadi kakak pendampingnya.

“Ah, tidak, aku harus menepis pikiran kotor ini. Narkoba yang dilakukan anak jalanan itu hanya sekedar ngelem, itupun tujuannya untuk menahan rasa lapar” pikirku dalam hati. Begitupun aku harus meminimalisir kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi, itu sebabnya aku meminta ada anak laki-laki yang juga menjadi pengawas di rumah singgah ini.

Mereka memberi nama ‘Rumah Singgah Berkah’. Sebuah  rumah singgah yang diharapkan menjadi rumah tempat berkumpul anak jalanan yang di dalamnya penuh keberkahan, dengan adanya kasih sayang serta perhatian dan kakak-kakak pendamping yang menjadi pengganti orang tua mereka.

“Ini tantangan buatku bang, mengajari anak-anak baik di sekolah itu sudah biasa, tapi mengajarkan kebaikan bagi mereka itu baru luar biasa” ujar Rayhan saat itu.

Jelas ada gambaran semangat jihad di mata gadis yang kukagumi itu. Orang yang tak paham akan menyebutnya sombong, tapi aku tahu itu semangat untuk berjuang memenuhi hak-hak anak yang terabaikan negara bahkan orang tua mereka. Ternyata, tidak salah Rudi memilihnya untuk ikut dalam perjuangan ini.

Saat  membayang Rayhan dulu,  saat  pertama kali ikut dalam gerakan,  aku masih tidak percaya, dia sudah mencapai hal seperti ini, sebuah pencapaian yang sangat besar. Kini Ia sudah mampu memimpin kelompok kecil dalam pendampingan anak jalanan bersama teman-temannya. Rayhan  yang dulu  selalu diam, hanya duduk di sudut ruang, tanpa suara, dengan pakaian yang menghalangi gerakannya. Tapi ternyata, anak-anak jalanan itu kini luluh dan patuh  padanya. Rumah singgah yang mereka buat kini tak hanya sekedar  sebagai rumah singgah untuk beristirahat, tapi kini sudah menjadi rumah kerinduan dan kehidupan  buat mereka. Anak-anak jalanan itu  kini memiliki rumah tempat mereka belajar, berkumpul, bermain,  bahkan tempat mereka mengadu segala keluh dan kesah mereka. Tidak salah, jika aku juga selalu merindukan rumah singgah ini setiap saat.

Baru saja aku melamunkan Rayhan dan rumah singgahnya, tiba-tiba Netty muncul di hadapanku dengan wajah penuh kepanikan.

“Bang, Kak Ray ditahan polisi” ujarnya dengan wajah yang sangat cemas.

“Apa, ada masalah apa ?” tanyaku. Aku benar-benar terkejut, bangkit dari tempat dudukku.

“Aku, tidak tahu, bang” jawab Netti yang mulai menangis. Kulihat tubuhnya mulai bergetar.  Aku langsung menyambar jaketku, dan memastikan kartu pengacaraku masih ada dalam dompet.

“Sejak kapan, dia ditahan ?” tanyaku lagi.

“Tadi malam “ jawab Netti

“Kenapa baru ngomong  sekarang!”  ujarku dengan nada suara tinggi. Dengan reflek aku membentak Netty, sebab aku takut terjadi sesuatu pada Rayhan. Netty makin menangis sehingga mengundang perhatian teman-teman yang ada di kantor. Salamah temanku mempertanyakan ada persoalan apa, lalu bersimpati mendekati Netty .

“Ada apa, Teddy, jangan terburu-buru, biarkan adik ini bercerita dulu baru berangkat. Sesuatu yang tergesa-gesa akan menghasilkan hal buruk” ujar Salamah, sembari mempersilahkah Netty duduk, lalu mengambil segelas air putih untuknya.

Lihat selengkapnya