“Pokoknya keputusanku udah bulat Pak, minggu depan aku akan pergi ke rumah Pakde di Jakarta” Rendy tetap bersikeras dengan keputusannya itu. “tapi le... Bapak khawatir nanti kamu malah menyusahkan Pakdemu disana, terus... apa kamu tidak kasihan sama Bapak? Kalau kamu pergi, siapa yang menemani Bapak lagi?” Ayah Rendy berusaha membujuk agar Rendy mengurungkan niatnya itu. Karena memang sejak kematian Ibunya Rendy, Ayah Rendy tidak pernah menikah lagi, dan hanya ditemani Rendy anak satu-satunya, buah cinta mereka. Saat itu ayah Rendy hanya berpikir untuk fokus mencari uang saja, supaya Rendy bisa lulus sekolah. Setidaknya sampai tamat SMA. Dan dengan menggarap ladang yang hanya beberapa petak saja, Ayah Rendy berhasil menyekolahkan Rendy sampai tamat SMA.
“lebih baik kamu bantu Bapak saja di ladang, terus uang hasil panennya kamu kumpulkan buat modal kamu nikah nanti.” Bujuk Ayah Rendy lagi. “Nikah?.. Ga segampang itu Pak. Kita ini miskin, apalagi aku cuma lulusan SMA, pengangguran... Mana ada perempuan yang mau sama aku.” Rendy sedikit kesal, tetapi Ayah Rendy tetap tidak menyerah dan terus membujuk Rendy. Sampai akhirnya Rendy memohon “Pak, tolong ijinkan Rendy pergi yah... aku juga mau seperti temen-temen yang lain, bisa mencari pekerjaan di kota besar. Aku yakin, kalau nanti juga aku bisa berhasil. Dan kalau sudah berhasil, aku akan bawakan perempuan kota yang cantik untuk jadi mantu Bapak hehehe...” Rendy berusaha meyakinkan Ayahnya sambil tersenyum-senyum.
Ayah Rendy menghela nafas “hhmmm.. kalau memang itu sudah menjadi mimpimu, Bapak mau bilang apalagi. Tapi kamu harus janji sama Bapak, kamu harus bisa jaga diri. Jangan lupa sholat. Jangan buat yang aneh-aneh. Dan yang paling penting... Kamu tepati janji kamu, bawa calon mantu buat Bapak. Oh iya, jangan lupa mumpung masih seminggu lagi, kamu harus rajin latihan ilmu silat yang Bapak ajarkan. Siapa tahu bisa berguna disana. “iya Pak, besok Rendy akan mulai latihan lagi” sahut Rendy dengan senangnya. “Kalau gitu Rendy ke kamar duluan, udah ngantuk” Sebelum Rendy membuka pintu kamarnya, Ayah Rendy memanggil “Ren...” Rendy menoleh melihat Ayahnya “jangan lupa... Mantu yang cantik yah” Rendy tersenyum dan memberikan tanda jempol kepada Ayahnya.
Keesokan harinya... ayam sudah berkokok berkali-kali. Matahari pun sudah memperlihatkan sinarnya disela-sela pepohonan. Pagi itu Rendy dengan penuh semangat sedang berlatih silat. Dengan latihan fisik yang sering dilakukannya selama bertahun-tahun, membuat tubuh Rendy terlihat lebih berotot, tegap dan atletis. Karena itulah Rendy terlihat lebih dewasa dari usianya yang baru menginjak 20 tahun. Ditambah lagi wajahnya yang tampan, pasti membuat perempuan manapun yang melihatnya akan terpesona. Bahkan banyak orang tidak akan menyangka kalau Rendy adalah pemuda miskin yang berasal dari kampung terpencil.
Sampai akhirnya, hari yang dinantikan itu tiba. Mimpi besar seorang pemuda kampung, sebentar lagi akan terwujud. Dengan bekal yang sudah disediakan Ayahnya, Rendy melangkah memasuki bis yang akan membawanya ke Jakarta. “Jakarta tunggu kedatanganku” bisik Rendy dalam hati sambil tersenyum-senyum sendiri. Saat itu bis pun mulai berjalan meninggalkan kampung halaman Rendy.