CINTA 30 HARI

Bobby Septian
Chapter #2

Nadia, Cantik Seperti Model

Dihari yang sama, hiruk pikuk kota Jakarta dengan segala kemacetannya, membuat udara terasa sangat panas, padahal hari itu masih jam 7 pagi. Tampak sebuah rumah kontrakan sederhana yang terletak dipinggiran kota. Dan dari kejauhan, sayup-sayup terdengar suara pertengkaran mulut antara suami-istri. “Pah... mau sampai kapan kamu main judi terus?... utang kita udah banyak, mau dibayar pake apa?” Bentak seorang istri kepada suaminya yang baru pulang berjudi semalaman. “Udah stop, kamu ga usah ngomel-ngomel terus, aku capek” mendengar suaminya berkata seperti itu, mata sang istri langsung melotot lalu berjalan menghampiri suaminya yang sedang senderan dikursi ruang tamu “gimana aku ga ngomel, sekarang beras aja udah habis. Mau makan apa kita hari ini... “ Nada istri semakin tinggi. Karena kesal merasa tidak dihargai, si suami pun berdiri lalu menjambak rambut istrinya itu sampai kepalanya mendongak keatas “kamu sekarang udah berani kurang ajar yah sama aku. Makin dibiarin, makin ngelunjak kamu” Pertengkaran dirumah itupun semakin panas bahkan sampai terjadi pemukulan.

Sedangkan didalam salah satu kamar dirumah itu, terlihat seorang gadis cantik sedang berdandan, bersiap-siap untuk berangkat kerja. Gadis ini sangat cantik, tinggi dan usianya baru 19 tahun. Orang yang melihat gadis cantik ini akan mengira kalau dirinya adalah seorang Model. Di kamar itu ia tampak tidak peduli dengan keributan yang sedang terjadi. Baginya pertengkaran kedua orangtuanya itu sudah menjadi makanan sehari-hari, karena sudah biasa mendengarnya setiap hari. Dengan santainya gadis cantik itu berjalan melenggang keluar kamar melewati kedua orangtuanya yang masih saling baku hantam. Namun belum sempat gadis cantik itu membuka pintu depan rumah, seketika itu Ayahnya memanggil dengan keras “Nadia... jangan lupa hari ini kamu pinjam uang lagi sama Boss kamu, bilang aja kalau beras dirumah udah habis.” Nadia tidak menjawab sepatah katapun lalu pergi begitu saja.

Jarak yang harus ditempuh Nadia ke tempat kerjanya sangat jauh. Nadia harus naik angkutan umum ke Terminal lalu sambung lagi dengan naik angkutan umum lain untuk sampai ke tempat kerjanya itu. Nadia bekerja sebagai pelayan butik disalah satu mall di Jakarta. Sebagai tulang punggung keluarga, Nadia harus bekerja banting tulang dan merelakan masa mudanya hilang begitu saja. Karena kalau mengharapkan Ayahnya yang penjudi, itu sangat tidak mungkin. Apalagi Ibunya hanya seorang buruh cuci saja. Meskipun kehidupan ekonominya sulit, tapi Nadia tidak mau kelihatan miskin. Dari uang gajinya itu Nadia sisihkan untuk membeli perlengkapan make-up. Dan memang pada dasarnya Nadia sudah cantik, dipoles make-up sedikit, kecantikan Nadia tidak kalah dengan Model-Model ternama. 

Lihat selengkapnya