12 jam perjalanan, akhirnya bis yang ditumpangi Rendy sampai juga di Jakarta. Sepanjang perjalanan, Rendy tidak tidur. Namun wajahnya yang capek dan mengantuk itu, tetap saja terlihat tampan. Rendy lalu melihat keluar jendela bis, karena merasa pemandangan yang Rendy lihat saat itu, sangat menarik perhatiannya “ternyata Jakarta sangat ramai yah dan banyak lampu yang bagus-bagus, beda sama di kampung” bisik Rendy dalam hatinya. Rendy terus berdecak kagum melihat banyaknya deretan gedung-gedung bertingkat dan lampu-lampu yang menambah indahnya suasana kota Jakarta dimalam hari. Lima belas menit kemudian terdengar salah seorang kondektur bis berteriak “terminal abis... terminal abis...” Bis yang ditumpangi Rendy pun berhenti karena sudah sampai tujuan akhir yaitu salah satu terminal besar di Jakarta. Rendy segera bangkit dari tempat duduknya lalu melangkahkan kakinya keluar dari bis sambil menggendong tas ransel yang dibawanya. Saat itu terminal sudah agak sepi dan lalu lalang kendaraan tidak seramai yang Rendy lihat dijalan tadi.
Rendy terlihat kebingungan sambil melihat secarik kertas yang bertuliskan alamat dan nomor handphone “waduh... mau nanya siapa nih” gumam Rendy sambil berjalan menuju keluar terminal. Rendy celingak-celinguk mencari seseorang yang mungkin bisa dia tanya. Semakin lama Rendy berjalan, suasana sekitar itu mulai semakin gelap, karena memang tidak adanya lampu penerangan jalan. Ditengah kebingungannya itu, samar-samar Rendy melihat ada seorang perempuan yang berjalan tergesa-gesa kearahnya “mungkin dia bisa aku tanya” bisik Rendy dalam hatinya. Rendy pun mulai berjalan mendekati perempuan itu, namun tanpa disangka-sangka perempuan itu malah hampir terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Beruntung saat itu Rendy sudah dekat lalu mencoba menahan agar perempuan itu tidak terjatuh ke aspal. Tapi karena kondisinya sangat gelap, perempuan itu malah jatuh ke pelukan Rendy dan terlihat ketakutan “mas tolong saya mas, ada dua orang yang mengejar saya, mereka bawa pisau mas” lirih perempuan itu dengan suara gemetar.
Rendy langsung menyadari kalau perempuan itu sedang dalam bahaya “kamu ga usah takut, biar saya yang hadapi mereka” ujar Rendy berusaha menenangkan dan membantu perempuan itu berdiri. Tidak lama setelah itu, terlihat dua orang laki-laki berjaket datang menghampiri “oh ternyata ada monyetnya disini... Heh kalo lu masih pada mau hidup, serahin tas sama dompet lu” ancam salah satu orang berjaket itu. Saat itu dengan tangannya Rendy mengisyaratkan supaya perempuan yang didekatnya itu mundur kebelakang Rendy “maaf Mas... Saya ga bisa berikan apa yang Mas minta” jawab Rendy kepada orang itu. Merasa korbannya ini akan melawan, kedua orang berjaket itu saling bertatapan seolah memberi kode untuk menyerang. Dan pisau yang dari tadi sudah keluar dari sarungnya, kini siap menghujam perut Rendy. Namun Rendy yang dari tadi mencium gelagat yang tidak baik, tentu saja sudah bersiap-siap dengan kuda-kuda ilmu silat yang dipelajarinya. Ketika tangan yang memegang pisau itu mengarah ke perut Rendy, dengan mudahnya Rendy menangkap pergelangan tangan orang tersebut dengan tangan kiri lalu memelintirnya sehingga terdengar bunyi “kreek..” Rendy berhasil membuat tangan kanan salah seorang penjahat itu patah dan merebut pisaunya. Dengan tangan yang masih dipegang oleh Rendy, penjahat itu berteriak minta tolong pada temannya “ aaaww... John tolongin gue..aaarrghhh...” Melihat temannya tak berdaya, orang yang dipanggil “John” ini lalu menyerang Rendy dengan menendang. Tapi tangan kanan Rendy yang sedang memegang pisau dengan cepat menancapkan pisau itu ke paha John. Otomatis saat itu John berteriak kesakitan dan langsung terpincang-pincang. Tidak sampai disitu saja, Rendy kemudian mendaratkan dua pukulan telak ke rahang dua penjahat itu. Seketika itu juga keduanya langsung ambruk ke aspal dan tidak sadarkan diri. Hanya dalam hitungan menit saja Rendy berhasil merobohkan kedua penjahat itu.