Keesokan paginya dengan ditemani Nadia, Rendy mencari alamat rumah Pakde-nya. Tidak cukup sulit bagi mereka untuk menemukannya karena Nadia membantu Rendy mencarinya lewat aplikasi maps dihandphonenya. Sebagai orang yang berasal dari kampung terpencil, tentu saja aplikasi itu sangat luar biasa bagi Rendy karena Rendy tidak memiliki handphone. Jangankan untuk beli handphone, bisa makan dua kali sehari saja, Rendy sudah sangat bersyukur. “Kamu yakin Nad kalau disini rumah Pakde aku?” Tanya Rendy ketika mereka sudah sampai, “tapi kok sepi yah” lanjut Rendy merasa ragu. “udah kamu ketok aja pintunya, mungkin masih pada tidur kali” seru Nadia. Rendy kemudian menghampiri sebuah rumah yang sangat sederhana lalu mengetuk pintunya.
Berkali-kali Rendy mengetuk dan mengucapkan salam, tapi tidak ada jawaban sama sekali “apa mungkin Pakde sudah pindah rumah?” bisik Rendy dalam hatinya. Nadia yang melihat Rendy tampak bengong, lalu menghampiri dan menepuk pundak Rendy “Ren...mungkin Pakde kamu sedang pergi kali, kita cari makan dulu yuk, aku laper. Tadi kan ga sempet sarapan. Abis itu baru kita balik lagi kesini” ajak Nadia. Rendy mengiyakan ajakan Nadia untuk cari makan tapi ternyata agak susah untuk mencari warung nasi disekitar situ. Karena letak rumah kontrakan Pakde-nya Rendy dikelilingi oleh bangunan-bangunan seperti perkantoran. Nah ketika mencari warung nasi itu, Rendy sempat melihat selebaran yang ditempel dipagar salah satu gedung perkantoran yang dilewatinya. Isinya tentang lowongan pekerjaan. Saat itu Rendy berpikir akan mencoba untuk melamar kesana nanti.
“Ren... akhirnya ketemu juga, tuh ada warteg disana” seru Nadia kegirangan. Mereka berdua akhirnya makan dengan lahapnya dan tentu saja Rendy yang membayar. Karena meskipun Rendy orang miskin, tapi Rendy masih punya harga diri, dia tidak mau kalau makan harus dibayarin oleh perempuan. Kebetulan waktu itu Rendy masih memiliki cukup uang pemberian ayahnya dari hasil panen sebelum Rendy pergi ke Jakarta. Setelah makan, mereka kembali ke rumah Pakde Rendy. Dan benar, ternyata ketika sampai disana, pintu rumah sudah terbuka dan terlihat seorang lelaki yang sudah berumur sekitar 50 tahunan sedang mencuci motor butut miliknya. “assalamu’alikum Pakde” Rendy memberikan salam “wa’alaikumussalam” balas Pakde “Rendy...kok ga kasih kabar dulu kalau mau kesini” tanya Pakde sedikit terkejut dengan kedatangan Rendy yang tiba-tiba. Apalagi disampingnya terlihat perempuan yang sangat cantik. “maaf Pakde, aku kan ga punya hp, jadi bingung mau ngabarin Pakde. Untung aja ada Nadia. Oh iya kenalkan Pakde, ini Nadia” jawab Rendy.
Nadia mengulurkan tangannya memberi salam “saya Nadia Om” lalu dengan ragu-ragu Pakde Rendy menyambutnya “saya Narto, Pakde-nya Rendy. Ayo silakan duduk... silakan duduk” Nadia dan Rendy kemudian duduk dibangku kayu yang ada di teras rumah itu. “Le... Sini sebentar” panggil Pakde kepada Rendy lalu tersenyum kepada Nadia. “sebentar yah Nad, aku tinggal dulu” Rendy lalu menghampiri dan mengikuti Pakde-nya masuk kedalam rumah. Setelah didalam, Pakde menarik lengan Rendy supaya mendekat “dia itu beneran temen kamu?” tanya Pakde penasaran. “Memangnya kenapa Pakde?” Rendy balik bertanya. Sambil cengengesan Pakde memberikan tanda jempol kepada Rendy “mantep tenan Le... Kalo bisa kamu jadiin istri, pasti Bapakmu seneng banget punya mantu orang kota” Pakde begitu bersemangat “udah buruan kamu buatin minum, soalnya bude kamu lagi ke rumah sodaranya” Rendy segera membuat teh manis untuk Nadia. Dan setelah itu Rendy dan Nadia semakin larut dalam obrolan sampai hari tidak terasa sudah sore.
“Ren... udah sore nih, aku pulang dulu yah” seru Nadia. “Aku anterin yah, soalnya aku khawatir, takut kamu kemaleman dijalan”. Rendy akhirnya mengantarkan Nadia pulang dan selama diperjalanan, mereka sangat asyik mengobrol. Mungkin kalau orang lain melihat, mereka seperti orang pacaran. Nadia sendiri pun mulai merasa nyaman dekat Rendy, tetapi logika Nadia saat itu mengalahkan perasaannya. Dalam pemikiran Nadia, pokoknya dia harus mempunyai pacar atau bahkan suami yang berduit, kaya raya. Jadi hidupnya tidak perlu susah lagi.