Cinta 50%

Affa Rain
Chapter #2

Mulai Kepikiran Kamu

Punya mimpi itu harus, meski sederhana… dan kamu harus jumpalitan mencari cara untuk mewujudkannya. Selangkah demi selangkah. Dimulai dari sekarang!

“Kamu jangan nyontek lagi, ya?” kata Teguh menaikkan alis. Ida dan Arifin, yang duduknya berada di belakang kami, cekikikan. Aku menengok dan mendelik pada mereka.

“Betul Gi. Kalau ujian nanti, apa kamu harus begadang membuat catatan super panjang?” ujar Galang dengan tangan seolah membuka gulungan kertas.

“Hush. Galang diam!” Aku tak tahan lagi dengan ejekan mereka. Ida menyenggol Galang. Aku menyebut Arifin Pramono dengan Galang. Ya, cowok supel yang sekelas dengan ku sejak kelas satu itu lebih suka dipanggil Galang. Mungkin biar terdengar keren jika dipanggil. Aku melihat mata Teguh yang bulat itu menatapku tajam. Ya, itu artinya aku harus konsentrasi penuh pada les singkat sepulang sekolah. Les 15 menit dari Teguh.

Selain aku, Ida dan Galang yang getol menemaniku. Meski mereka sudah lumayan jago, tetapi saat bersama Teguh selalu ada hal baru yang kami dapatkan. Yang aku tak mengerti, kenapa sampai sekarang Teguh sepertinya enggan membuka hati dengan perempuan di sekolah. Aku merasa, dia memberikan perlakuan berbeda pada kami, Ida dan aku. Mungkin karena aku supel ya. Ga apa kan kalau muji diri sendiri?

“Kamu tersenyum. Kamu udah ngerti soal eksponen ini?”ucapan Teguh mengejutkanku. Aku gelagapan. “Eh, iya iya, f akar x kuadrat kan?”

Teguh terdiam. Membereskan buku cetak yang ada di depan kami. Aku mulai panik. Aku menahan tangannya mengambil buku catatan.

“Masih ada waktu lima menit lagi,” kataku.

 Teguh menatapku. Sorot mata yang bisa membuat cewek sulit melepaskan diri. Ah, dia kan temanku. Jangan sampai aku ikut terpikat juga.

“Jangan diambil, Guh. Jangan pulang dulu,” mohonku padanya. Entah seperti apa wajah memelasku ketika itu.

“Aku pulang, Gi,” ujarnya sembari melepaskan tanganku.

“Kita belum selesai. Aku masih belum mengerti. Minggu depan kita kan ujian semester.”

Aku masih bersikeras. Ini demi memperjuangkan nilaiku yang pas-pasan. Teguh diam sejenak lalu menoleh pada Galang.

“Mungkin Galang bisa bantu. Aku harus pulang sekarang.”Teguh melirik arloji hitam miliknya. Menatapku sebentar lalu mengambil tas ransel cokelatnya. Beberapa detik kemudian, hanya aku yang berdiri mematung. Ah, Teguh! Inilah saat dia menjadi orang menyebalkan!

Galang berdiri dan menyusul langkah Teguh. Mereka berdua berdiri di pintu kelas. Aku dan Ida saling pandang. Dalam sepekan, ada satu hari dia harus pulang tergesa-gesa. Ya, aku baru sadar. Hari itu adalah Kamis. Tepat hari ini. Apa dia punya prosesi mandi kembang Malam Jumat? Sampai harus buru-buru pulang tuk persiapan. Beli kembang gitu? Hah, serem! Masa sih?

Teguh menghentikan langkah panjangnya. Berbalik menatap Galang. “Kamu mau ikut pulang?”

“Tidak.”

“Lalu?”

“Kamu benar-benar ga bisa luangkan waktu lima menit lagi buat Agi?”

Teguh tersenyum menatap Galang. Menggeleng.

Dia berbalik pergi. Namun langkahnya kembali terhenti. Galang mengadangnya.

“Apa maumu?” Teguh terlihat mulai kesal. Dia menyibak rambut yang menutupi dahinya yang sempit. Aku bisa melihatnya dengan jelas dari jendela kaca kelas kami.

“Ujian semester sebentar lagi. Hanya kamu yang bisa membuat Agi paham itu. Ayolah, Guh,” Galang mencoba membujuk Teguh.

“Hari ini ga bisa. Dan… aku rasa kamu bisa lebih membuat Agi mengerti ketimbang aku.”

 Pria keras kepala itu benar-benar pergi. Galang menghela napas panjang.

“Dasar kau, Guh. Kalau udah ada maunya, susah diatur.” Galang berbalik menatapku tersenyum. Cowok ini memang berbeda 180 derajat dibanding Teguh yang tegas, sedikit pendiam tapi cerdas dan jarang bercanda. Tapi justru itulah Teguh menjadi sosok yang berbeda di mataku. 

Selain Teguh, cowok yang akrab denganku adalah Galang. Wajah lumayan keren, bermata cokelat dan lentik. Hidung mancung dengan rambut ikal. Ga kebayang jika rambutnya dibiarkan gondrong. Pasti mirip Ahmad Albar, roker legendaris Indonesia itu. Atau mirip Bang Rhoma Irama, raja dangdut. Hihihi…

Galang ramah dan supel. Tak peduli karakter teman seperti apa. Dia selalu mencoba mendekati dan memahami mereka, termasuk memahami orang seperti Teguh. Tak heran, aku, Ida dan Teguh bisa berteman baik dengan Galang. Masih ada satu lagi teman yang bisa membuat kami tertawa adalah Mesakh Dupe. Cowok asal Maumere. Suka humor dan punya banyak teman.

Lihat selengkapnya