Di sebuah kamar yang luas, dengan cat dinding berwarna biru muda. Icha duduk seorang diri pada sofa. Sebuah figuran foto dalam genggaman sedang dipandanginya.
Ardan dan putri kecilnya, Mikaela sedang tersenyum manis ke arah kamera. Senyuman yang tidak mungkin akan pernah dilihatnya lagi.
Usianya baru sembilan belas tahun saat dia dijodohkan dengan Ardan Syahreza, sarjana ekonomi yang nganggur kala itu.
Meski tanpa cinta, Icha mnurut saja wasiat terakhir orang tuanya yaitu menikah dengan Ardan.
Pernikahan tanpa cinta dan tidak pernah saling mengenal sebelumnya. Icha berusaha mengimbangi sikap Ardan yang merupakan anak satu-satunya di keluarga Syahreza.
Ardan tak mau capek kerja. Dia hanya ingin menjadi bos atau mengelola toko sembako milik orang tuanya.
Tahun pertama pernikahan benar-benar berat bagi Icha. Dia harus menerima sikap Ardan yang egois, manja dan tak mau hidup susah.
Sedang Icha, dia dari kecil sudah terbiasa hidup susah karena memang bukan berasal dari keluarga yang kaya seperti Ardan.
"Kalau mau punya duit, lu mesti kerja! Enak aja kerjanya cuma minta duit terus sama gue!"
Begitulah yang Ardan ucapkan setiap kali Icha meminta uang belanja.
Tak jarang juga Ardan merendahkan Icha yang cuma punya ijazah SMA saja, tak memiliki gelar sarjana macam dia.
Rasa sakit yang Icha rasakan dipikulnya sendiri. Hingga setelah ayah dan ibunya meninggal, dia mulai mencari kerjaan.
"Baguslah kalau lu udah kerja. Jadi, gue nggak usah kasih lu duit belanja lagi."
Begitu entengnya Ardan bercakap. Tak diajari kah dia oleh orang tuanya, bagaimana tanggung jawab sebagai seorang suami?
Meski sakit, Icha berusaha menerimanya.
Setelah enam tahun menikah, mereka akhirnya dikaruniai seorang putri. Icha berhenti bekerja karena harus mengurus anaknya. Ardan mulai marah-marah lagi padanya. Icha nyaris minggat saat itu.
Namun, dia tak mungkin meninggalkan putri kecilnya. Icha berusaha mencari informasi di internet, bagaimana caranya agar dia bisa menghasilkan uang tanpa harus meninggalkan rumah.
Tak sengaja Icha melihat beberapa konten penulis novel online yang kebetulan lewat di beranda sosmed. Dengan menulis novel online bisa hasilkan sampai puluhan juta?
Icha amat tercengang.
Dia ingat, semasa sekolah dulu dia amat suka membuat cerita pendek. Apa salahnya kalau dia mencoba menulis sebuah cerbung, pikirnya.
Setelah mencari beberapa referensi, Icha pun mulai menulis satu novel. Tak dirinya sangka, novel yang dia tulis itu mendapatkan banyak antusias pembaca.
Sejak itu, Icha mulai menulis novel dan mempublish-nya di beberapa platform baca online. Novel-novelnya cukup menjanjikan. Icha masih belum memberitahu Ardan tentang itu.
"Main hape terus kerjanya! Dasar bini nggak berguna!"