Pukul tujuh sore di Babel Cafe. Icha tampak bicara dengan seorang laki-laki seumuran Ardan. Keduanya duduk bersama di sudut cafe.
Entah siapa laki-laki itu dan apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya cukup serius.
Bayu segera mendaratkan bokongnya pada bangku cafe. Matanya tak luput dari Icha yang masih terlihat ngobrol dengan seorang cowok. Dia jadi penasaran. Siapa cowok itu?
"Sore, Kak. Mau pesan apa?"
Suara seorang cewek mengejutkan Bayu yang lagi fokus mandangin Icha. Dia lantas menangah pada sosok yang sedang berdiri di sampingnya saat ini.
Gadis berseragam Babel Cafe itu tersenyum ramah menyambut.
"Gue pesen ini aja." Bayu menunjuk pada salah satu menu kopi dalam buku menu.
Pekerja cafe tersenyum sambil manggut-manggut. "Ditunggu ya, Kak?" pintanya lantas pergi.
Bayu mengembalikan pandangan ke tempat semula. Shit! Icha dan cowok itu sudah tak ada lagi di sana. Kemana mereka pergi? Dia celingukan mencari mereka.
Sementara itu di luar cafe. Icha terlihat sedang berdebat dengan laki-laki yang tadi berbincang dengannya di dalam cafe.
Laki-laki bertubuh tinggi itu bernama, Rudi. Dia adalah pengemudi ugal-ugalan yang menabrak mobil Ardan dan mengakibatkan kecelakaan maut itu terjadi.
Sepertinya hukum di negeri ini tak berlaku pada segelintir orang. Rudi yang notabene anak seorang pejabat malah dinyatakan tidak bersalah dan lolos dari hukuman.
Tentu saja Icha sangat geram. Namun, dia tak bisa berbuat banyak. Rudi dan keluarga memintanya untuk berdamai dan akan memberinya sejumlah uang. Icha tak sudi menerimanya.
"Kamu pikir, dengan uang kamu itu nyawa suami dan anak saya bisa kembali? Simpan saja uang kamu itu, saya tidak sedang menjual nyawa suami dan putri saya." Icha bicara pada Rudi dengan memasang wajah ketus.
Rudi menaikan sudut bibirnya. "Terus mau kamu apa? Saya masuk penjara, gitu? Ya, nggak mungkin lah! Kamu tahu 'kan bapak saya siapa?"
Ekor mata Icha melirik dengan muka sebal. "Saya mungkin nggak bisa penjarain kamu, tapi saya yakin, Allah akan membalas semua perbuatan jahat kamu terhadap keluarga saya!" geramnya.
Rudi tertawa kecil. "Semua orang bakal mati juga, Mbak. Suami sama anakmu juga mati karena takdir, bukan karena saya."
"Bajingan kamu!" Icha mengangkat tangannya ingin menampar mulut busuk Rudi.
Namun, laki-laki itu dengan sigap menangkap tangan Icha. Wanita itu dibuat tersentak saat dia menariknya mendekat. Rudi menatap ke mata Icha dengan bibir yang menyeringai licik.
"Dengar, kalau kamu macem-macem sama saya, kamu akan menyusul suami sama anakmu itu. Paham?" bisik Rudi, lantas melepaskan Icha dengan kasar.
Wanita itu terpelanting nyaris jatuh. Namun, tangan seseorang menahannya dari belakang.
"Kamu nggak pa-pa?"
Icha menoleh pada laki-laki di belakangnya. Bayu menatap dengan muka cemas.
"Nggak pa-pa kok. Makasih," jawab Icha.
Dia segera menjauh dari Bayu. Matanya kembali pada laki-laki menyebalkan di depannya. Rudi cuma tersenyum seringai, lantas pergi. Icha meradang dalam hati.