Angin bertiup cukup kencang sore itu. Bayu dan Icha masih duduk di bangku taman yang berada di sekitar mall.
Bayu meraih jemari Icha ragu-ragu. Dan saat mata wanita itu terangkat ke wajahnya, dia menyuguhkan tatapan bersungguh.
"Aku minta maaf karena udah lancang mencampuri urusan kamu. Jujur aja, aku nggak bisa membiarkan kamu disakiti sama siapa pun. Aku sayang sama kamu, El ..."
Icha mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia nyaris tak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Bayu.
"Hm, maksud kamu?" tanyanya masih dengan tatapan heran.
Bayu memalingkan wajah sesaat sebelum kembali menatap wanita cantik di sampingnya itu.
Aduh gila ... dia ngomong apa sih?
Kok bisa dia to the point begitu?
Tapi ... ah sudahlah!
Sudah kepalang basah!
"Hm, gini ... aku suka sama kamu. Udah lama sih, tapi aku nggak berani ngomong sama kamu. Aku rasa ini saat yang tepat buat aku ngomongin perasaan aku ke kamu ..."
Bayu bicara dengan bersungguh. Matanya menatap lembut dan penuh damba pada Icha. Namun, kesungguhan itu tak mendapat respons baik dari wanita pemilik Babel Cafe tersebut.
Icha buru-buru menarik tangannya dari genggaman Bayu. Akibatnya, cowok itu dibuat kaget. Bayu menatapnya heran dan panik. Icha segera bangkit.
"Dek, kayaknya kamu salah makan deh. Terima kasih atas bantuan kamu. Aku pamit," ucapnya lantas menolehkan kepala dari Bayu.
Pemuda itu dibuat tercengang. Dia lantas bangkit dan segera mencekal lengah Icha sebelum wanita itu pergi. Icha dibuat kaget. Dia menoleh langsung ke arah pemuda di sampingnya.
"Nama aku Bayu. Tolong jangan panggil "dek" lagi. Aku serius sama semua omongan aku tadi."
Icha dibuat tercengang kali ini. "Aku rasa, ini bukan waktu yang tepat buat ngomongin hal yang nggak penting. Permisi," ucapnya seraya menarik lengannya dari Bayu. Dia bergegas menjauh dari pemuda itu.
Bayu mematung di tempat. Apa yang salah? Kenapa Icha kayaknya marah padanya? Masih dipandangi punggung wanita itu yang sedang menuju pada Pingkan.
Ali segera mengahmpiri Bayu. Cowok itu masih bengong saja. Dia jadi heran.
"What?! Tadi elu nembak I.L, Bro?"
Bayu cuma ngangguk lesu menjawab pertanyaan Ali. Mereka baru saja tiba di rumah. Setelah ngobrol ngalor-ngidul nggak jelas, akhirnya pertanyaan itu pun Ali lontarkan.
Ali menggeleng. Dia tak habis pikir sama temannya itu. Bisa-bisanya Bayu menyukai cewek yang jauh lebih tua darinya. Mana janda lagi! Parah tuh anak! Pikirnya heran bukan main.
Sambil mengerjakan tugas kuliah, Bayu menoleh pada Ali. "Menurut lu, gue salah nggak si ngomong gitu sama I.L tadi?"
"Jelas salah!" jawab Ali langsung.
Bayu menatap dalam. "Salahnya?"
Ali meninggalkan dahulu tugas yang sedang dikerjakan. Matanya fokus pada cowok kaos putih over size di depannya.
"Masih tanya lagi. Ya, salah! I.L baru aja kehilangan suami sama anaknya, elu malah nembak dia. Nekat bener jadi cowok!"
Bayu tersenyum tipis mendengar penuturan Ali. "Terus gue mesti gimana?" tanyanya kemudian.
Ali tampak berpikir sejenak lantas berkata, "Menurut gue, kalo lu emang suka sama I.L, coba deh deketin dulu pelan-pelan. Ambil hati dia dulu. Nah, kalo udah deket, baru deh lu tembak."
Bayu manggut-manggut. "Iya juga sih," katanya kemudian.
"Lagian lu kayaknya nafsu banget sama tuh janda," cibir Ali sambil cengengesan.
Bayu segera menoyor kepala temannya itu. "Shibal ..."
"Ya kali," sambut Ali masih cengengesan saja.